Manfaat belajar bahasa Turki

Aku udah pernah membahas hal ini berkali-kali tapi nyatanya pikiran tentang hal ini ga pernah bisa berhenti. Masih aja ada orang-orang yang juga menanyakan hal serupa. Dan sampai detik ini, diperjalanan kelas 4 alias tahun terakhir pun aku masih belum menemukan jawaban yang tepat.

Setiap orang pasti punya alasan atau latar belakang untuk menentukan pilihan. Begitu juga aku dengan pilihanku sekarang tapi kadang aku malu untuk mengakui latar belakang sebenarnya dari pilihan ini.

Sejujurnya, alasan terbesar aku bisa sampai di jurusan ini adalah murni karena kesalah pahaman. Dulu ketika masih berstatus pejuang beasiswa sebetulnya aku bukanlah pejuang sesungguhnya. Aku masuk ke daftar pejuang malas yang sudah puas mendapatkan informasi dari satu sumber saja.

Ditambah lagi aku juga enggak ngebet banget untuk mendapatkan beasiswa ini karena saking takutnya kecewa lagi aku jadi benar-benar mengikhlaskan apa yang akan terjadi dengan hanya berjuang seikhlasnya pula. (Inilah mengapa aku selalu berkoar-koar jangan jadi pejuang malas karena aku merasakan sendiri dampaknya).

Tapi bukan berarti kesalah pahaman ini terjadi begitu saja dengan tanpa aku memiliki pertimbangan lainnya. Jadi dulu ketika proses mendaftar aku mendapatkan informasi dari pembimbing disalah satu yayasan swasta kala itu. Orang yang aku panggil abla itu memberi tahu kan kepada temanku yang juga sedang mendaftar bersamaku bahwa kita hanya bisa mendaftar di pilihan Yunus Emre. Aku mengiyakan informasi tersebut karena ketika aku mencari nama Indonesia dibagian negara untuk jenis beasiswa tertentu tidak aku temukan jadi aku amini saja informasi yang aku dapatkan. Padahal waktu itu aku sudah memilih untuk jurusan lain dibidang ilmu sosial yang aku minati. Setelah mendengar penjelasan temanku yang bersumber dari abla maka aku mulai meneliti apa yang jadi pilihan untuk Yunus Emre. Ternyata didalamnya adalah jurusan yang berhubungan dengan Turkologi atau Ilmu Keturkian. Aku yang juga berminat di ilmu kebudayaan kemudian berpikir ini bisa jadi pilihan. Setidaknya aku masih memiliki pandangan dan minat untuk pilihan-pilihan itu. Pilihan utamaku jatuh pada Literature yang dulu aku pikir akan lebih banyak membahas tentang kebudayaan Turki (ternyata kebudayaan dalam bentuk sastra ; Alhamdulillah Ya Allah Engkau sebaik-baiknya Maha Pengatur). Kemudian pilihan kedua adalah ilmu pendidikan Bahasa Turki. Aku dan bapak sempat berdiskusi tentang ini. Bapak mendukung dengan memberikan gambar prospek masa depan yang bisa aku dapatkan. Disamping itu aku juga berpendapat bahwa aku akan murni mempelajari bahasa turki tanpa harus kerja double ketika memilih cabang ilmu lainnya yang menggunakan pengantar Bahasa Turki (nyatanya aku harus kerja doublenya double double lol). Tapi yang jadi alasan terbesar adalah karena masa itu aku masih diliputi euforia minatku dengan isu pendidikan dan aku menganggap bahwa ini bisa jadi awal yang bagus. Selain kedua jurusan itu masih ada 2 jurusan lain yang berbau tata bahasa Turki tapi aku tidak ingat betul apa istilahnya (philology turki dan apaaa itu).

Singkat cerita, aku mendapatkan hasil bahwa aku keterima dijurusan pendidikan. Sebelum melangkah lebih jauh aku sudah melakukan pertimbangan dengan orang-orang yang bapak anggap berkompeten untuk diajak berdiskusi. Sadar akan kemampuan diri, aku berdoa kepada Allah untuk diberi jalan yang terbaik. Aku ingat betul aku berdoa begini,

Ya Allah jika aku tidak bisa lulus dari Turki maka jangan buatku aku lolos

Bahkan aku berdoa ketika kesempatan pulang tiba untuk tidak diberangkatkan kembali jika aku tidak bisa lulus dari sini. Aku masih berdoa seperti itu sampai terakhir pulang kemarin.

Dan nyatanya aku masih disini menjalani 2 semester terakhirku.

Masih berat memang bahkan rasanya semakin berat. Ada beban tersendiri yang aku bayangkan. Kadang aku masih meragu apakah aku sanggup tapi sekali lagi aku serahkan jawaban itu kepada Yang Membuat Skenario.

Seiring berjalannya waktu, setiap kali aku dirundung pertanyaan ini aku selalu menerka-nerka jawaban yang rasional (selain karena jawaban dari doa). Aku berkali-kali mengumpulkan alasan yang manis dan perencanaan yang indah dari perjalanan ini.
Aku melihat Turki sebagai model yang bisa Indonesia tiru kebaikannya. Status negara berkembang yang sama, kemampuan dan image Turki yang mungkin selangkah dua langkah lebih maju dari Indonesia bisa kita kejar. Dengan belajar dari cara mereka melangkah, aku berharap Indonesia nantinya bisa lebih unggul dari Turki. Tak usah kejauhan untuk belajar seperti Amerika atau Singapura, kita bisa belajar dari yang dekat dulu dan aku kira Turki adalah salah satunya.

Aku masih berharap bisa menjadi pendidik yang baik atau paling tidak memiliki pengetahuan untuk dunia pendidikan bagi Indonesia yang lebih baik. Aku ingin bagaimana siswa di Indonesia bisa bangga dan mencintai Bahasa serta Negaranya seperti orang Turki yang begitu mencintai kedua hal tersebut.

Ahhh tapi inti dari berbagai alasan rasional yang pernah aku kumpulkan, jawaban termanis untuk pertanyaan ini adalah ..

karena kakiku yang melangkahkan aku kemari.

Ditulis oleh: Roida Hasna A
Tulisan lainnya bisa dilihat di:roidahasna.blogspot.com.tr

Beri peringkat:

Bagikan tulisan ini:

  • Twitter
  • Facebook
  • Tumblr
  • WhatsApp
  • Telegram

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Related

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA