Makna apa yang dapat kita ambil dalam bacaan Kitab Suci ini Luk 10 1 12?

Makna apa yang dapat kita ambil dalam bacaan Kitab Suci ini Luk 10 1 12?
Pergilah berdua-dua dan wartakanlah Injil kepada seluruh bangsa.

Hari ini, 5 Oktober 2017. Penanggalan liturgi Gereja Katolik mengajak kita untuk merefleksikan Injil Lukas 10:1-12. Semangat yang diperlihatkan dalam bacaan ini seperti dinyatakan secara eksplisit dalam Baik Pengantar Injil: “Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Ini menegaskan kemendesakkan Kerajaan Allah dan pentingnya menyebarkan warta keselamatan untuk segala bangsa. Tuhan melihat bahwa umat manusia sedang menantikan kedatangan warta keselamatan (“tuaian memang banyak”), dan karena itu dibutuhkan para pewarta yang siap diutus ke seluruh penjuru dunia, mewartakan kabar suka cita keselamatan yang datang dari Allah melalui Putra-Nya itu.

Tujuh Puluh Murid

Lukas menyebutkan bahwa Tuhan mengangkat tujuh puluh orang murid (manuskrip lainnya seperti New International Version/NIV menyebutnya sebagai tujuh puluh dua murid). Siapakah mereka? Tampaknya ketujuhpuluh murid ini dibedakan dari bilangan dua belas murid yang sudah dipanggil Yesus (Luk 6:12-16, Mat 10:1-4, Mrk 3:13-19). Kalimat pembuka di ayat 1, yakni “Kemudian daripada itu…” sebetulnya kurang mampu memberi kita rujukan waktu atau peristiwa sebelumnya. Versi Bahasa Inggris mungkin lebih jelas sebagaimana bisa kita baca dari The New International Version/NIV: “After this…”. Sepertinya ini merujuk kepada sebuah pembabakan karya kerasulan. Jika keduabelas murid diangkat Yesus di Lukas 6:12-16 memfokuskan karya kerasulan bersama Yesus di wilayah Palestina, di lingkungan Israel, di mana mereka mewartakan kerajaan Allah dari Galilea ke Yudea lalu kembali lagi ke Galilea dan daerah-daerah sekitarnya, maka tidak demikian dengan misi tujuh puluh murid. Dengan pengangkatan ketujuhpuluh murid ini, karya kerasulan mulai diarahkan ke luar wilayah Palestina.

Kita tahu bahwa pembaca Lukas adalah kelompok terpelajar yang mahir berbicara Bahasa Yunani dan berada yang tersebar di berbagai kota dan wilayah yang dikuasai Romawi. Mereka adalah kelompok-kelompok non-Yahudi yang suka berkumpul dan merenungkan peristiwa Yesus. Pengangkatan tujuhpuluh murid menegaskan karya kerasulan para murid Kristus di antara kelompok-kelompok ini.

Baik juga kalau kita sedikit mengenal beberapa tafsiran mengenai “tujuh puluh murid” ini. Saya merujuk ke Ellicott Commentaries for English Reader di mana tiga tafsiran dapat diberikan. (http://biblehub.com/commentaries/ellicott/luke/10.htm). Pertama, rujukan kepada Musa yang mengangkat tujuh puluh penatua yang akan membantu dia dalam pengajaran dan dalam pembimbingan jemaat (Bil 11:16). Dengan pengangkatan ini, semangat kenabian telah diberikan kepada mereka agar mereka bisa berbagi beban pewartaan dengan Musa. Dengan mengangkat tujuh puluh murid dalam konteks Lukas, dengan mengangkat tujuh puluh murid, Yesus sepertinya meremajakan kelompok para nabi dan tugas pewartaan mereka yang memiliki akar dan tradisi yang kuat dalam Perjanjian Lama. Kelompok para rasul yang menjalankan peran kenabian ini juga tampak misalnya dalam Kis 13:1, 15: 32; 1Kor 12:28, 14:29; 1Tes 5:20; Ef 2:20, 3:5, 4:11; 2Pet 3:2. Di sini juga tampak bahwa kelompok ini memainkan peran penting pewartaan dalam Gereja. Meskipun tidak memiliki otoritas seperti keduabelas murid, mereka memiliki kuasa mewartakan, dan bahwa misteri kerajaan dinyatakan kepada mereka (Luk 10:21).

Kedua, Sanhedrin atau Dewan Utama para ahli Taurat dan para imam agung serta para penatua juga memiliki tujuh puluh anggota (atau tujuh puluh dua). Para anggota Sanhedrin mengidentifikasi diri sebagai para penerus Musa dan yang telah dipilih oleh Musa. Jumlah yang sama yang digunakan Yesus memiliki makna simbolik. Pertama-tama ini menegaskan bahwa tujuh puluh murid itu dipilih secara langsung oleh Yesus, dan itu berbeda dengan anggota Sanhedrin yang tidak langsung dipilih oleh Musa. Mereka hanya meneruskan tradisi Yahudi. Tetapi lebih dari itu, makna simbolik angka ini hendak menegaskan bahwa sama seperti Yesus dan karya keselamatanNya ditolak oleh bangsanya sendiri, Dia juga akan menolak mereka dengan mengangkat muridNya sendiri dan mengutus mereka pergi mewartakan kabar suka cita Allah kepada bangsa lain.

Ketiga, jumlah tujuh puluh murid yang diangkat Yesus dalam Injil Lukas juga dapat dihubungkan dengan jumlah bangsa yang masih tersisa setelah bencana Air Bah yang menunjukkan bagaimana mereka yang selamat (termasuk anak-anak Nabi Nuh) karena berlindung dalam perahu Nabi Nuh menjadi banyak dan berkembang biak (Kitab Kejadian bab 10).  Demikianlah, angka tujuh puluh menunjukkan kesempurnaan angka yang mewakili seluruh bangsa di dunia. Dalam konteks Injil Lukas, angkah tujuh puluh menegaskan representasi atau perwakilan bangsa-bangsa di dunia.

Mendesaknya Pewartaan

Perikop Injil yang kita renungkan hari ini memperlihatkan kemendesakkan pewartaan Kabar Sukacita Injil. Yesus mengingatkan kita bahwa ada ribuan orang di dunia yang sedang menantikan kabar gembira tersebut diwartakan. Tujuh Puluh murid yang diangkat itu menegaskan bahwa para pewarta itu seharusnya tersebar di seluruh dunia. Mereka itulah kita semua yang sudah dibaptis dan yang seharusnya juga membuka diri bagi karya pewartaan ini. Kita minta kepada yang punya kebun anggur Tuhan supaya bisa memilih banyak orang dari kita yang siap melaksanakan peran kenabiannya secara penuh, yakni menjadi pewarta. Tentu di sini tidak bisa dilupakan bahwa panggilan menjadi pewarta secara penuh dalam diri para imam dan para biarawan dan biarawati. Kita sebagai umat Allah ikut dalam misi pewartaan itu dengan peran khusus sebagai orang yang hidup dalam dunia.

Menariknya, pewarta yang membuka diri kepada panggilan Tuhan dan siap menjadi pewarta di tengah tuaian yang melimpah dewasa ini harus menjalankan misi ini dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Tuhan Yesus sendiri sudah memberikan syaratnya sebagaimana kita baca mulai dari ayat 3-10. Di situ dinyatakan bahwa kita akan diutus secara berdua-dua, tetapi juga bagaimana kita berperilaku dan memperlakukan orang yang kita jumpai dan apa sikap kita terhadap mereka yang menolak menerima kabar suka cita Injili itu.

Memang tuaian berlimpah, tetapi tidak mudah menjadi pewarta kabar suka cita Injili. Membaca seluruh syarat yang diberikan Yesus dalam ayat 3-10 itu, kita diingatkan bahwa menjadi pewarta itu bukan sebuah pekerjaan sampingan. Karya ini harus dilakukan dengan sukacita dan sepenuh hati. Tetapi lebih dari semuanya itu, kita juga diingatkan mengenai kemungkinan buruk dari pewartaan yang kita berikan. Pertama-tama memang kemungkinan penolakan, bahwa orang yang mendengar pewartaan kita menolak menerima kabar sukacita Injili itu. Tetapi kemungkinan yang paling buruk adalah pembinasaan. Ini karena Yesus sudah melihat, bahwa kita memang diutus ke tengah-tengah serigala (ayat 3), dengan risiko bahwa menjadi pewarta adalah siap mengorbankan diri. Kemartiran adalah realisasi tertinggi dari tanggapan menjadi pewarta Injil.

Demikianlah, perikop Injil Lukas yang kita dengar hari ini mengingatkan kita akan tiga hal. Pertama, menjadi pewarta adalah sebuah panggilan suci. Kesediaan menerima panggilan ini adalah kesediaan dan penyerahan diri masuk ke dalam bilangan para pewarta dengan tugas kenabian yang penting. Tugas itu mendesak dilakukan sekarang. Bahwa dunia sekarang sangat membutuhkan kabar sukacita Injili dan kita yang bersedia menyerahkan diri untuk misi ini, harus siap juga diutus.

Kedua, ada persyaratan untuk menjadi pewarta. Yang harus diingat bahwa perutusan dan pewartaan adalah perutusan dalam komunias. Kita tidak dipanggil untuk mewartakan sendiri-sendiri. Kita melakukannya bersama sama saudara seiman supaya bisa saling menguatkan dan supaya bisa saling berbagi beban berat kerasulan. Dan ini sudah menjadi tradisi yang dipraktikkan sejak Nabi Musa.

Ketiga, apakah kita bisa menolaknya? Seharusnya tidak. Tuaian sedang banyak-banyaknya, apakah kita masih rela dan berpuas diri untuk tidak mengambil bagian dalam menjawab kebutuhan gereja? Tetapi di ayat 11 ditegaskan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat”. Jadi penolakan kita yang sudah dibaptis untuk menjadi pewarta dapat berdampak pada “hukuman” yang diberikan Tuhan kepada kota yang tidak menerima pewartaan Injil. Sama seperti debu dari sepatu para pewarta dikebaskan di gerbang kota yang menolak warta suka cita Injili dan Allah akan menghukum kota itu, kita yang menolak menjadi pewarta pun dapat menerima akibat yang kurang lebih sama. Dan itu dampaknya jauh lebih besar daripada yang pernah ditanggung oleh orang-orang di Sodom dan Gomora.

Jangan menunda menjadi pewarta. Mari, kita semua dipanggil untuk masuk ke dalam bilangan tujuh puluh murid itu. Tuhan memberkati.

Sumber:

  • https://www.epriest.com/
  • http://biblehub.com/commentaries/ellicott/luke/10.htm
  • https://www.biblegateway.com/passage/?search=Luke%2010:1-12
  • http://www.biblestudytools.com/commentaries/lightfoot-new-testament/luke/10.html
  • http://www.biblestudytools.com/commentaries/jamieson-fausset-brown/genesis/genesis-10.html
  • Kitab Suci Katolik (Nusa Indah)

Blog ini saya gunakan untuk merefleksikan dan menulis hal-hal yang berhubungan dengan iman, utamanya iman Kristiani (Katolik). Semoga blog ini dapat memperteguh iman kepada Tuhan Yesus dan Gereja-Nya. Mari menjadi PEWARTA SABDA dan Tuhan Yesus memberkati! Lihat semua pos dari Pewarta Sabda

Mengapa Yesus mengutus murid muridnya Lukas 10 ayat 1 sampai 12?

bahwa alasan Tuhan Yesus mengutus para murid adalah untuk mendahului-Nya dengan maksud mempersiapkan jalan bagi Dia yakni pelayanan-Nya.

Apa makna dari Lukas 19 ayat 1 10?

Jangan menganggap bahwa orang yang hidupnya berkecukupan tidak perlu kita tolong. Tanpa merasakan kasih Tuhan, mereka sesungguhnya merasakan kegersangan di dalam hatinya. Jangan sampai, berkat Tuhan yang luar biasa yang telah kita terima, kita simpan begitu saja.

Jelaskan apa pesan yang dapat kita peroleh dari bacaan Kitab Suci Lukas 10 25

Kisah ini tercantum di dalam Lukas 10:25-37. Perumpamaan ini menggambarkan cinta kasih yang tidak terbatas, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci sekalipun. Cerita ini penting, sebab ini adalah salah satu asas atau dasar agama Kristen yaitu: cinta kasih sesama.

Dalam tugas perutusan murid Yesus Luk 10 1 12 Berapakah murid yang Yesus utus?

Lukas 10:1-12. 10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan p menunjuk tujuh puluh murid yang lain, q lalu mengutus mereka berdua-dua 1 r mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.