Lebih baik pecah di perut daripada pecah di mulut

Pecah di Perut

Ilustrasi. (Foto: Dok/Hellosehat)

DUNIA menjadi panggung sandiwara dengan pelakonnya adalah manusia sebagai makhluk yang diberi kuasa, sehingga setiap kejadian di dunia akan mendapat tanggapan dari manusia itu sendiri. Mereka tertawa jika terasa kocak.

Namun, ada juga dalam kejadian di dunia yang membuat reaksi positif bagi kalangan dominan, walau di pihak lain banyak orang mengetahui dan merasa lakon itu negatif.






"Itulah yang namanya konspirasi. Semua tahu itu bohong, tapi para pelakon teguh mempertahankannya," kata Kacung suatu hari usai membaca berita dari negeri tetangga. "Pokoknya pecah di perut, jangan pecah di mulut. Ini prinsip konspirasi."

"Halah, Bang, ono opo to, Bang? Ora usah ngomong politik," kata Inem yang muncul tiba-tiba dari dalam ruang belakang rumah majikannya.

"Ai niku, Nem, bang nyani tekanjat," jawab Kacung. "Ini lo, ada berita tentang sesuatu, sepertinya bohong, tetapi kok semua media memberitakan."

Inem langsung menjawab. "Ya wis, Bang, nek ra ono urusane karo awak dewe. Ya, tidak perlu kita bingung."

"Na... kik niku makung pandai. Ajo dia sai gelakhni sa konspirasi. Kalau tidak nyambung, sudahlah," kata Kacung sembari tegak pinggang di hadapan koleganya itu. "Gimana, Nem, kira-kira, paham kudo niku?"

"Ya terus, Bang, gini-gini aku yo ngerti. Ojo ngenyek!" kata Inem. "Kalau konspirasi itu, semua disatukan untuk seragam dalam memandang sesuatu, kan? Walau dirasa salah, harus pecah di perut. Sama juga dengan sambal terasi, semua jadi satu dan hasilnya nikmat," Inem tidak mau kalah.

Kacung pun serbasalah dan salah tingkah di depan koleganya itu. Dia pun mulai mencari cara agar dia tetap terlihat lebih baik. "Jadi kheji, Nem? Ilmu konspirasi sai paling diteknal khumpokno, jak Hitler," Kacung mulai membahasnya. "Menurut Hitler: gaungkan terus sebuah kebohongan, maka suatu saat kebohongan itu akan dianggap orang sebuah kebenaran."

"O... opo iyo to, Bang," kata Inem. "Jangan bohong, itu dosa, lo!"

"Iya, reno do Nem, seno kik plitik sa. Sai salah jadi benokh, gegoh sebalikni," kata Kacung. "Makanya istilah pecah di perut itu sangat dikenal di kalangan politik, sama para politikus." Astagfirullah....







Komentar






Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA