Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

Loading Preview

Show

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Hidup mati sebuah toko retail atau department store bergantung pada hasil penjualan produk yang mereka jual. Untuk mencapai penjualan yang sudah ditargetkan sebelumnya, sebuah toko perlu membuat strategi sebaik mungkin untuk menarik pelanggan masuk ke dalam toko dan membeli produk mereka.

Salah satu hal yang bisa membuat pelanggan tertarik untuk masuk ke dalam sebuah toko adalah display window yang ditampilkan menarik. Selain itu, layout toko dan suasana toko yang nyaman juga bisa membuat orang tertarik untuk masuk dan berbelanja di sana.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

Namun, pernahkah kamu berpikir bahwa semua display, layout, dan suasana tersebut sudah diatur sedemikian rupa. Ada pekerjaan khusus yang memang mengatur semua itu, di adalah visual merchandiser.

Sebenarnya siapa itu visual merchandiser? Dalam artikel ini akan dibahas mengenai siapa visual merchandiser, tugas seorang visual merchandiser, besar gaji seorang visual merchandiser, cara menjadi visual merchandiser, dan tips untuk menjadi orang visual merchandiser.

Baca juga: Ini Rasanya Kerja di Startup. Seru Sih, Tapi Ini Faktanya!

Apa Itu Visual Merchandiser?

Visual merchandiser adalah seseorang khusus yang ditunjuk oleh pihak toko atau perusahaan ritel untuk melakukan pekerjaan visual merchandising. Visual merchandising sendiri adalah pekerjaan memasarkan sebuah produk dengan menyajikan dan mengomunikasikan produk kepada calon konsumen yang hendak ditarget melalui penataan display window dan layout toko yang memadumadankan berbagai elemen seperti produk, pencahayaan, suara, bau-bauan, dekorasi, dan selainnya.

Seorang visual merchandiser sangat ditekankan agar paham dengan brand produk yang hendak dipasarkan dan ditawarkan beserta target konsumen yang sudah ditetapkan oleh toko sebelumnya. Selain itu, visual merchandiser juga perlu memahami bagaimana kondisi display point yang hendak digunakan. Jangan sampai ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi karena tidak paham dengan display point yang ada.

Baca juga:  Gaji PNS Naik 5% di 2020, Kado Spesial dari Presiden Jokowi?

Visual merchandiser biasanya tidak bekerja sendiri. Visual merchadiser akan bekerja secara tim yang dipimpin oleh Manajer VM atau Head of Visual Merchandising. Hal ini dikarenakan pekerjaan visual merchandising yang sangat banyak, sehingga perlu banyak orang juga untuk mengerjakannya.

Baca juga: Ingin Jadi Visual Merchandiser? Perhatikan 5 Hal Berikut Ini!

Tugas Visual Merchandiser

Secara garis besar, tugas atau job description seorang visual merchandiser adalah sebagai berikut:

  1. Membuat tema desain dan rencana, termasuk display window shop, signage dan harga konsep
  2. Menjadi penghubung dengan tim pembelian, desain dan pemasaran
  3. Menjalankan riset tentang trend saat ini dan memperkirakan trend masa depan dalam desain, gaya hidup, dan terkait fitur target pasar
  4. Membahas strategi penjualan dengan bagian sales dan retail
  5. Mengidentifikasi dan mencari supplier alat peraga, kain, hardware dan pencahayaan
  6. Mempertahankan anggaran dengan melakukan negosiasi yang baik dengan supplier
  7. Mengatur fitur arsitektur toko untuk memaksimalkan ruang yang tersedia
  8. Memberikan pelatihan merchandise kepada retailer
  9. Meminta dan mencatat feedback dari kolega dan pelanggan terhadap visual effect display

Gaji Visual Merchandiser

Gaji seorang staf visual merchandiser biasanya sekitar Rp 3.045.000,00 tiap bulannya. Besar gaji ini bisa lebih jika memang bekerja di sebuah perusahaan retail ternama dan besar. Sementara itu, gaji head of visual merchandising biasanya bisa mencapai Rp 5.000.000,00 tiap bulannya. Sama dengan staf, gaji head of visual merchandising bisa lebih besar dari rata-rata jika memang bekerja di perusahaan retail yang besar dan ternama.

Baca juga: Apa Itu Inventory Control Staff dan Tugasnya? Perhatikan!

Cara Menjadi Seorang Visual Merchandiser

Dengan rincian tugas seperti yang sudah disampaikan pada poin sebelumnya, kamu bisa mengetahui cara atau langkah-langkah untuk menjadi seorang visual merchandiser. Berikut gambaran singkat tentang cara atau langkah-langkah menjadi seorang visual merchandiser di sebuah toko tertentu.

  1. Sebisa mungkin kamu memiliki latar belakang pendidikan di bidang desain. Akan menjadi lebih baik lagi kalau kamu memiliki latar belakang pendidikan spesifik pada visual merchandising, fashion merchandising, exhibition merchandising, visual communication, atau selainnya yang sejenis.
  2. Kamu harus menguasai berbagai jenis aplikasi desain yang berguna untuk tugas seorang visual merchandising, seperti Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, AutoCAD, Mockshop, atau Adobe Creative Suit.
  3. Kamu harus memiliki pengetahuan terkait trend yang sedang ramai dan berguna untuk visual merchandising.
  4. Kamu harus memiliki portofolio dalam bidang visual merchandising.
  5. Kamu harus memiliki kemampuan analisis untuk menganalisis laporan dan survei hasil penjualan dan kunjungan pelanggan serta trend yang sedang ramai.

Baca juga:  Bagaimana Contoh Slip Gaji Karyawan Indomaret? Seperti Ini

Tips Jika Ingin Menjadi Visual Merchandiser

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menjadi seorang visual merchandiser, seperti pada artikel Ingin Jadi Visual Merchandiser? Perhatikan Hal-Hal Berikut Ini.

1. Latih kreativitas dan jiwa seni kamu

Johannes Romero yang merupakan Senior VM brand Michael Kors dan Kate Spade New York pernah menyampaikan bahwa desain dan layout yang atraktif dan menarik pada toko akan mampu meningkatkan penjualan produk dari sebuah toko.

Dari pendapat ini saja sudah jelas bahwa memang seorang VM harus memiliki kreativitas dan jiwa seni yang tinggi.

2. Kembangkan sikap terbuka, mau menerima kritik, dan cepat tanggap

Bekerja di bidang yang berhubungan langsung dengan dunia desain dan seni memang menyenangkan. Namun, jangan sampai terlena karena bekerja di bidang ini akan banjir pujian dan kritikan. Hal ini membuat seorang VM harus memiliki sikap terbuka dan mau menerima kritik.

Berbagai saran, masukan, dan kritikan pun juga harus segera diolah oleh si VM untuk dijadikan karya baru yang bernilai untuk mencapai target dari pihak toko.

Baca juga: Guru Honorer, Pekerjaan Berat Yang Bikin Jatuh Cinta, Ini Ceritaku!

3. Jadilah orang yang kepo

Bekerja di bidang industri yang dinamis menuntut VM harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini akan sangat berguna bagi VM untuk mengetahui trend apa yang sedang diminati dan ramai di masyarakat.

Dengan demikian, display dan layout yang dihasilkan akan mampu menarik pelanggan dan membuat toko mendapatkan banyak untung dari penjualan yang ada.

Itu tadi sekilas tentang visual merchandiser. Semoga bisa membantu dan bermanfaat bagi Anda. Sampai jumpa di artikel-artikel berikutnya.

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

Visual merchandising adalah seni menyajikan produk secara visual dengan cara yang menarik. Seiring dengan perkembangan bidang ritel, seorang visual merchandiser tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dalam bidang seni, tetapi juga harus mampu menganalisis produk sedemikian rupa sehingga produk tersebut laku dijual. Seorang visual merchandiser harus menguasai teknik penjualan yang tepat, keterampilan berkomunikasi dan bernegosiasi, kemampuan menempatkan produk yang tepat, kemampuan visual dan analitis, serta memiliki inisiatif yang tinggi. Ia juga diharuskan melakukan riset untuk mengetahui brand, trend, dan lifestyle yang sedang diminati pada setiap periode waktu tertentu, membuat sketsa display yang akan dibuat, memilih dan memilah materi yang akan digunakan, serta mengoptimalkan setiap sudut ruang, sehingga tercipta atmosfer toko yang diinginkan. Dengan strategi visual merchandising yang baik, toko mampu mengarahkan calon konsumen pada sebuah produk secara spesifik dan membuat calon konsumen tersebut melakukan pembelian yang tak direncanakan.

A. Visual Merchandising

Visual merchandising adalah seni menata dan menampilkan produk dengan cara yang menarik, sehingga pengunjung yang melihatnya akan tertarik untuk membeli. Tidak ada patokan dan aturan baku dalam membuat dan menciptakan suasana yang diinginkan. Visual merchandising sangat bergantung pada sensitivitas dan seni yang dimiliki oleh seorang visual merchandiser. Beragam elemen digunakan oleh seorang visual mercandhiser untuk menciptakan display yang menarik, seperti warna, penerangan, tata ruang, informasi mengenai produk yang tersaji dalam beragam bentuk, dan elemen-elemen tambahan (keharuman tempat dan suara-suara pendukung untuk menciptakan kesan tertentu yang diinginkan).

1. Visual Merchandiser

Visual merchandiser adalah seorang yang mewakili perusahaan dengan kemampuannya mengatur tata letak dan memastikan suatu produk terletak di lokasi yang tepat. Visual merchandiser berkoordinasi dengan area sales manager secara efektif untuk menyajikan produk dengan cara yang menarik. Selain itu, ia juga harus selalu mengembangkan tampilan produk dan melakukan riset pasar untuk menentukan cara yang paling efektif untuk mempromosikan produk. Syarat menjadi seorang visual merchandiser, antara lain sebagai berikut.

a. Memiliki kreativitas dan imajinasi yang kuat

b. Koordinasi tangan dan mata yang baik.

c. Cita rasa warna yang baik.

d. Kemampuan mendesain dan memberi gambaran yang baik.

e. Mampu mengatasi tuntutan fisik pekerjaan.

f. Memiliki selera atau cita rasa produk.

2. Manfaat Visual Merchandising

a. Bagi Pengunjung

1) Memudahkan pengunjung mencari dan memilih produk-produk yang diinginkan atau diperlukan berdasarkan kategori.

2) Memberikan informasi terkait produk yang diperlukan, seperti varian rasa, ukuran, warna, dan harga.

3) Memberikan informasi produk-produk terbaru atau best seller (biasanya diberi label/tanda tertulis).

4) Mempresentasikan produk dengan cara sederhana, yaitu secara teratur, mudah dimengerti, dan mudah ditemukan.

5) Meengedukasi pengunjung tentang cara menggunakan produk tersebut.

6) Menginformasikan trend fashion terbaru.

7) Menarik perhatian pengunjung, sehingga ia berhenti, mengamati, dan memutuskan membeli produk.

b. Bagi Produsen

1) Mengubah advertising menjadi penjualan.

2) Meningkatkan dorongan konsumen untuk membeli.

3) Meningkatkan brand awarness (daya ingat dan kesadaran calon pembeli akan suatu produk) dan image produk tersebut, sehingga reputasinya dapat meningkat.

c. Bagi Peritel

1) Meningkatkan hasil penjualan.

2) Meningkatkan keuntungan yang diperoleh.

3. Komponen Visual Merchandising

a. Tampilan produk (display) sebagai titik fokus visual merchandising.

Tujuan utama komponen ini adalah membuat tampilan produk lebih menarik di antara area penataan produk secara keseluruhan. Pesan visual dapat disampaikan kepada calon konsumen dalam waktu tiga sampai lima detik dan menjadi pusat perhatian mereka, misalnya pada window display dan center point display.

b. Pilihan warna yang tepat.

Warna adalah salah satu unsur paling kuat dalam visual merchandising. Pilihan warna yang tepat pada window display dapat membuat calon konsumen tertarik dan secara signifikan membuat mereka menjadi seorang pelanggan.Sebagai contoh, tampilan produk (display) bertema Lebaran memerlukan warna hijau dan kuning, sedangkan pada tema Natal harus menggunakan warna merah, emas, hijau, dan perak.

c. Pemilihan tema yang tepat.

Tema akan membuat pengunjung toko yang berbelanja merasa berada dalam suau suasana tertentu. Tema yang baik akan membuat pembeli masuk dalam imajinasi yang diinginkan oleh visual merchandiser.

d. Brand logo sebagai pelengkap.

Apabila peritel memiliki logo tertentu, warna window display harus mencerminkan warna yang sama dengan logo. Sebagai contoh, pada McDonald’s, sang badut memiliki warna yang sama dengan warna logonya, yaitu merah dan kuning.

e. Props.

Props adalah objek yang membantu penjualan sebuah produk. Props bisa berupa bentuk, warna, dan karakterisasi. Props sangat mendukung display, yaitu dengan memberikan kesan menguatkan suatu produk yang ditonjolkan. Props maksimum berjumlah dua atau tiga. Props yang terlalu banyak juga bisa mengganggu komposisi artistik tampilan display.

f. Kerapian dan kebersihan.

Kerapian dan kebersihan adalah aspek dasar suatu tampilan visual. Tampilan yang bagus dapat dirusak oleh lingkungan yang tidak bersih. Oleh karena itu, jadwal pembersihan yang efektif dan perlengkapan kebersihan yang memadai sangat diperlukan dan harus diperhatikan.

g. Pengaturan tampilan secara periodik.

Pengubahan susunan dan tampilan produk (display) dalam interval waktu yang teratur akan menciptakan suasana segar. Visual merchandiser akan merancang planogram dan aktif melakukan perubahan secara bertahap. Seiring dengan adanya globalisasi dan ledakan ritel, visual merchandising juga berkembang dengan pesat. Produk yang ditata harus mampu menciptakan brand awareness dalam pikiran konsumen. Ritel dapat mengubah desain visual merchandising secara periodik, misalnya tiga bulan sekali atau sesuai dengan suasana yang sedang berlangsung, seperti peringatan hari raya atau momen-momen tertentu. Contohnya, pada bulan Ramadhan, tema dapat disesuaikan dengan tema ramadhan dan Lebaran, tema Imlek di bulan Januari/Februari, tema back to school di bulan Juli, dan tema Natal di bulan Desember.

4. Elemen Visual Merchandising

Visual merchandising mengombinasikan kemampuan menata produk, graphic, dan interior untuk menstimulasi dan menciptakan display sedemikian rupa, sehingga didapatkan tampilan yang terlihat seperti yang diinginkan, seperti menciptakan suasana ceria, semangat, hangat, atau cozy (nyaman). Suasana yang demikian membuat orang tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Selain memengaruhi perilaku konsumen untuk melihat dan membeli, visual merchandising juga memperkuat citra dari suatu produk.

Beragam elemen bisa digunakan oleh seorang visual merchandiser dalam menciptakan tatanan produk yang menarik. Elemen-elemen utamanya, antara lain warna, penerangan, tata ruang, informasi mengenai produk yang akan disampaikan dalam beragam bentuk, serta suara dan tata cahaya yang membutuhkkan teknologi tertentu untuk menciptakan suasana yang diinginkan. Adapun elemen-elemen pedukung yang perlu dimiliki oleh seorang visual merchandiser, antara lain sebagai berikut.

a. Pengetahuan yang luas tentang branding dan target market.

Seberapa dalam pengetahuan tentang branding, serta strategi marketing yang diprogramkan menjadi image produk akan tercermin dalam desain ruang yang dibuat oleh seorang visual merchandiser. Pada prinsipnya, pencitraan brand yang baik serta estetika interior harus selaras dan serasi dengan selera konsumen dan karakter produk yang dijual di dalamnya.

b. Kreatif dan kaya akan ide segar.

Seorang visual merchandiser perlu memiliki pengetahuan tentang konsep dan trend yang ada dan gaya hidup (lifestyle) yang sedang diminati. Ia juga harus dapat membuat sketsa tampilan produk yang akan diciptakan, mencari dan memilih material yang akan digunakan, serta mengoptimalkan semua sudut ruang, sehingga tercipta atmosfer yang diinginkan. Visual merchandiser harus dapat menciptakan ide tampilan produk (display) yang tidak monoton dan memberikan atmosfer yang berbeda.

c. Keseimbangan aspek visual dan strategi yang dimiliki toko ritel/supermarket.

Seorang visual merchandiser diharapkan bisa mengatur dan mengawasi penampilan visual, mulai dari window display, komposisi, hingga layout sedemikian rupa sehingga antara tampilan dan informasi produk dapat saling terkait. Sementara itu, penataan interior semestinya dapat melengkapi dan mendukung strategi promosi yang dijalankan.

Ukuran dan bentuk tatanan produk dengan kondisi tempat peletakkan harus seimbang. Selain itu, visual merchandiser juga harus menampilkan shop environment yang mendidik sekaligus menghibur (entertaining).

d. Informasi promo yang ditetapkan oleh toko ritel.

Display harus menunjukkan situasi dan kondisi produk serta promo yang diberlakukan agar calon konsumen lebih mengenal produk dan keuntungan jika membelinya. Penataan produk harus fokus pada produk dengan penjualan terbaik (best seller), yang diyakini dapat memancing keinginan seseorang untuk membeli. Konsep penataan produk sebaiknya menyertakan program promosi yang sedang dijalani. Informasi dapat dimasukkan ke dalam display dengan memanfaatkan alat-alat bantu, misalnya shelf talker, standing poster, jenis point of purchase, atau berbagai material lain. Penonjolan produk utama sebagai materi grafis diyakini akan semakin menegaskan daya tarik produk sebagai fokus setiap shop environment. Display merchandising merupakan seni dan informasi yang cepat untuk memperkenalkan produk sekaligus program promosi yang ditawarkan.

e. Visual impact.

Visual mercchandising harus mampu menjadi pusat perhatian (center point) dengan memadukan produk utama (main product), komposisi warna, tempat, dan pencahayaan yang memengaruhi emosi pengunjung. Hal itu dapat dicapai melalui pengaturan warna, ukuran, dan posisi dengan komposisi yang dapat langsung terlihat oleh mata pengunjung dan menarik mereka untuk melihat benda-benda lainnya. Beberapa warna dan tekstur tertentu dapat membuat pengunjung merasa hangat dan nyaman atau bisa juga sebaliknya. Contoh warna-warna yang membuat pengunjung merasa nyaman adalah putih, hijau pucat, dan biru muda.

f. Kekuatan tim dan bahan produksi.

Pada dasarnya, visual merchandising sulit untuk dikerjakan sendiri, meskipun di beberapa properti ritel bisnis dapat dikerjakan hanya dengan satu orang. Keterlibatan seorang ahli dan tim pekerja khusus untuk mengerjakan sebuah penataan produk akan memengaruhi hasil yang dicapai. Adapun bahan yang dipakai visual merchandiser biasanya merupakan bahan tidak permanen, misalnya styrofoam, rubberspoon, polyurethane, polyfoam, hard paper, vinyl, fabrics, tekstil, dan sebagainya.

g. Mampu memperhitungkan jadwal mundur.

Visual merchandiser membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa menyelesaikan satu pekerjaan visual merchandising. Maksud dari kata “cukup” adalah bahwa pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan secara terburu-buru karena memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang matang, terutama saat membuat skala ukuran visual merchandising dan mempersiapkan banyaknya item pelengkap sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.

Tahapan pekerjaan yang dilalui visual merchandiser meliputi persiapan, pekerjaan dasar, finishing, dan pemasangan di lokasi. Tahap-tahap ini membutuhkan perhitungan waktu yang akan dikonversi menjadi hitungan hari mundur sampai dengan waktu yang ditargetkan. Jika sebuah visual merchandising yang ditargetkan harus selesai dipasang di lokasi pada waktu yang sudah ditentukan, seorang visual merchandiser harus memperhitungkan kapan ia harus memulai pekerjannya dengan menjumlah seluruh perhitungan waktu yang dibutuhkan dari beberapa tahapan pekerjaan yang harus dilalui. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dasar, finishing, hingga pemasangan di lokasi sampai selesai. Jadi, jika seluruh waktu yang dibutuhkan sudah dijumlahkan, misalnya 15 hari, pekerjaan visual merchandising harus sudah dimulai paling sedikit 15 hari sebelum batas akhir penyelesaian pemasangan visual merchandising. Akan lebih baik lagi jika waktu yang dimiliki lebih dari 15 hari guna mengatasi halangan yang bisa saja terjadi saat proses pengerjaan.

h. Keindahan dan kenyamanan.

Tampilan produk diharapkan dapat memanjakan mata pengunjung pada pandangan pertama. Begitu pengunjung melihat ke arah toko, pemandangan dari dalam diharapkan tidak hanya mencolok (eye-catching), tetapi juga indah dan terkesan nyaman. Untuk itu, visual merchandising harus mampu memadukan tema, pencahayaan, warna, dan produk itu sendiri menjadi suatu tampilan produk (display) yang indah.

i. Pengelolaan display produk.

Penataan produk yang didukung dengan tampilan yang indah menghasilkan komposisi yang luar biasa (spektakuler) sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk membeli. Meskipun demikian, stok produk yang dipajang harus benar-benar tersedia. Jangan sampai hanya ada sampel produk di pajangan, tetapi stoknya kosong. Besar kecilnya penyediaan stok bergantung pada analisis data penjualan sebelumnya. Jika stok produk kosong, sebaiknya produk yang dipajang diganti dengan produk lain.

j. Adanya tempat produksi (workshop) peralatan penataan produk.

Tempat khusus/tempat produksi (workshop) penataan produk harus tersedia. Tempat tersebut berfungsi memproduksi item-item display yang bagus. Ruangan khusus tersebut sebaiknya dalam kondisi baik, sehingga memungkinkan tim bekerja dengan leluasa sekaligus memudahkan penyimpanan peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai.

5. Prinsip Dasar dan Implementasi Visual Merchandising

Visual merchandising termasuk materi promosi yang dibuat tiga dimensi yang menempati ruang. Sebagai pembuatnya, visual merchandiser harus dapat memahami keinginan konsumen yang datang dan memilih produk dalam satu batasan waktu (one day decision). Hal tersebut membutuhkan keahlian khusus dan pengalaman yang luas. Tentunya, diperlukan strategi agar pengunjung yang datang dapat menikmati suasana dan akhirnya memutuskan untuk membeli dalam tempo waktu singkat. Berikut adalah dasar-dasar dan prosedur dalam mengimplementasikan visual merchandising yang harus diperhatikan oleh seorang visual merchandiser.

a. Dasar-dasar dalam mengimplementasikan visual merchandising.

1) Tetapkan tujuan penataan produk, seperti untuk commercial, branding, atau tujuan lain.

2) Identifikasi target pasar, seperti untuk anak-anak, dewasa, remaja, pria, wanita, atau lainnya.

3) Pastikan visual merchandising mudah dilihat, dijangkau, dan tidak pernah kosong.

4) Padukan antara creativity, trend, dan sudut pandang konsumen, jangan sampai membuat konsumen bingung.

b. Pengimplementasian visual merchandising.

Berikut adalah prosedur dalam mengimplementasikan visual merchandising.

1) Mengetahui jenis produk yang dijual (produk eksklusif, massal, atau lainnya).

2) Tampilan window harus menarik perhatian dan dapat memengaruhi pelanggan dalam hitungan detik atau menit.

3) Exclusive atau best seller product diletakkan di tempat yang menonjol (mudah dilihat calon konsumen). Sebaliknya, produk yang biasa/murah dapat diletakkan di tempat yang kurang menonjol.

4) Produk mahal harus ditata di tempat yang terjamin keamanannya, seperti dalam showcase display yang hanya bisa dijangkau dengan bantuan pramuniaga.

5) Visual merchandiser harus mampu menempatkan dirinya pada sudut pandang konsumen karena tujuan visual merchandising itu sendiri adalah menarik perhatian konsumen.

6. Tema Visual Merchandising

Tema merupakan ide yang dicanangkan dan dipilih untuk waktu/periode tertentu. Tema yang baik harus relevan, menarik, dan membuat konsumen penasaran. Perusahaan sebaiknya memiliki kalender event selama periode tertentu untuk merencanakan jenis tema yang akan diterapkan untuk tiap-tiap merek dan produk. Tema biasanya diterapkan pada desain dan strategi promosi toko ritel itu sendiri. Beberapa tema visual merchandising yang disampaikan oleh Sutiono (2009), antara lain sebagai berikut.

a. Corporate Campaign

Corporate campaign adalah tema yang menonjolkan nama korporat/perusahaan, dengan tujuan meningkatkan reputasi perusahaan agar persepsi konsumen atas kualitas produk yang dihasilkannya dapat meningkat. Contohnya PT Unilever dengan produk-produknya, seperti sampo, sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, dan sebagainya. Berikut cara-cara yang dilakukan untuk membangun corporate brand ini.

1) Corporate reputation building, artinya perusahaan menonjolkan reputasi korporatnya dengan menampilkan inovasi teknologi, ekspansi bisnis, atau aplikasi quality assurance (jaminan kualitas).

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Sumber gambar: republika.co.id

2) Corporate brand endorser, artinya perusahaan mencantumkan nama korporat (brand) pada setiap kemasan produk yang dihasilkan atau setiap akhir sebuah program televisi. Biasanya, perusahaan tersebut juga menjadi sponsor acara/program televisi yang bersangkutan. Contoh: mencantumkan tulisan “Dipersembahkan oleh brand XXX”.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Sumber gambar: wijatnikaika.id
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Sumber gambar: twitter.com

3) Corporate social responsibility, artinya perusahaan menampilkan aktivitas sosial yang dilakukannya, seperti membantu masyarakat yang tertimpa bencana alam, ikut berkampanye tentang pelestarian lingkungan hidup, atau membantu program pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

b. Campaign Merchandising

1) Brand Campaign Merchandising

Brand campaign merchandising merupakan tema visual merchandising yang menonjolkan produk merek (brand) tertentu dengan tujuan meningkatkan citra merek dan citra produk yang dihasilkan.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh penerapan tema brand campaign merchandising pada kosmetik merek Chanel.
(Sumber gambar: en.wikipedia.org)

2) Product Campaign Merchandising

Pada product campaign merchandising, tema yang ditonjolkan adalah produk tertentu yang ingin dipromosikan. Produk yang dipromosikan biasanya adalah slow-moving product alias produk yang kurang atau bahkan tidak laku di pasaran.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Sandal yang kurang laku dapat dipromosikan dengan product campaign merchandising.
Gambar diambil dari kumparan.com.
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Barang-barang yang kurang laku dapat dipromosikan dengan product campaign merchandising.

3) Promotion Campaign Merchandising

Tema ini menonjolkan program/strategi promosi (tactical promotion) yang dilakukan perusahaan. Contohnya adalah Gebyar Promosi Berhadiah, Buy One Get One, Buy One Get Two, pemberian voucher berhadiah, obral, serta discount dan special offer (penawaran spesial).

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh penerapan tema promotion campaign merchandising di sebuah mall.
Sumber gambar: bisnis.co.tempo
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

4) Sponsorship Campaign Merchandising

Perusahaan memberikan sponsor untuk suatu program/acara olahraga, lalu pada merchandise acara tersebut tercantum brand/nama perusahaan dan logonya. Tema visual merchandising ini menonjolkan program sponsorship yang dilaksanakan perusahaan. Sponsor dapat diberikan untuk acara-acara seperti pertandingan sepak bola, klub-klub sepak bola, kejuaraan bulu tangkis, dan sport event (Olimpiade, SEA Games, dan Piala Dunia). Contohnya adalah Qatar Airways yang memberikan sponsor kepada klub sepak bola FC Barcelona.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh penerapan tema sponsorship campaign merchandising.
Sumber gambar: bleacherreport.com

5) Seasonal Campaign Merchandising

Tema visual merchandising ini hanya diterapkan pada musim-musim tertentu (bersifat musiman/seasonal). Contoh: pada saat hari-hari raya keagamaan, peringatan hari kemerdekaan RI, dan musim tahun ajaran baru sekolah.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh penerapan tema seasonal campaign merchandising.
Sumber gambar: beritasatu.com
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

6) Break Record Campaign Merchandising

Tema ini menonjolkan prestasi yang pernah diraih perusahaan. Contohnya adalah penghargaan (award) yang pernah diperoleh perusahaan, misalnya rekor MURI atau Guinness World Record, standar (sistem mutu) internasional perusahaan, seperti ISO dan SNI, atau hasil akreditasi.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh break record campaign merchandising.
Sumber gambar: matahari.coo.id

7) Ethnic Campaign Merchandising

Tema ini menonjolkan budaya (ethnic) yang dimiliki oleh suatu negara (lokal) atau internasional. Contohnya, desain merchandising bertema budaya Indonesia atau budaya lokal dari beragam suku, misalnya Jawa, Sunda, Bali, serta budaya Internasional dari negara-negara lain.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Contoh penerapan tema ethnic campaign merchandising.
Sumber gambar: malbekasi.com
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

8) Religion Campaign Merchandising

Tema visual merchandising ini diterapkan dengan menonjolkan nuansa agama untuk mendukung produk yang berhubungan dengan agama tertentu. Tema ini juga dapat diterapkan menjelang hari-hari raya keagamaan. Contoh produk yang dapat menggunakan tema ini, antara lain busana muslim, makanan dan minuman halal, serta produk sampo untuk wanita berjilbab.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Sumber gambar: dream.co.id

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

B. Penataan Produk Supermarket

Supermarket menggunakan sistem penjualan self-service yang artinya konsumen memilih dan mengambil sendiri produk yang akan dibelinya. Standar penggunaan ruang untuk kegiatan promosi dalam penataan produk di supermarket, antara lain sebagai berikut.

1. Wing Stage

Perhatikan tabel 2.1 yang menyajikan penjelasan penataan produk wing stage.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

2. Dancing Up (Antargondola)

Perhatikan tabel 2.2 yang menyajikan penjelasan penataan produk dancing up.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

3. End Gondola (Gondola Ujung)

Perhatikan tabel 2.3 yang menyajikan penjelasan penataan produk dancing up.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

4. Floor Display (Penataan Produk di lantai)

Perhatikan tabel 2.4 yang menyajikan penjelasan penataan produk floor display.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

5. Clip Strip (Pemajangan Produk dengan Gantungan)

Perhatikan tabel 2.5 yang menyajikan penjelasan penataan produk clip strip.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

C. Penataan Produk Fresh

Penataan produk fresh memerlukan ide inovatif Selain upaya mempermudah konsumen mencari produk yang dibutuhkannya, penataan ini berfungsi menarik perhatian calon konsumen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam menata produk fresh adalah sebagai berikut.

1. Penataan Produk sayur

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

2. Penataan Produk Buah

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

3. Penataan Produk Daging

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

4. Penataan Produk Dairy (Susu dan Turunannya)

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display
Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

D. Penataan Produk Fashion

Ada beberapa teknik pemajangan produk fashion yang dapat menarik pengunjung untuk membeli.

1. Teknik Penggunaan Gantungan (Hook) dan Hanger

Teknik menggunakan gantungan (hook) dan hanger adalah sebagai berikut.

a. Dalam satu counter hanya terdapat satu atau dua jenis hanger. Dalam satu hanger hanya ada satu item/jenis.desain.

b. Apabila hanger tidak cukup, lakukanlah kombinasi visual presentation yang paling sesuai, misalnya atas bawah (top-bottom). Setelah itu, lakukan pemisahan berdasarkan ukuran untuk mempermudah pemilihan bagi konsumen.

c. Bagi T-stand yang berdekatan,kepala hanger berhadap-hadapan. Perhatikan gambar berikut.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

d. Bagi T-stand yang berjauhan, kepala hanger mengadap ke kiri semua. Perhatikan gambar berikut.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

e. Motif atau warna yang terbaik ditampilkan di muka karena warna adalah salah satu unsur penting pada produk yang dapat digunakan untuk menarik pengunjung.

2. Teknik Pemajangan dengan Cara Digantung

a. Tampak Depan (Face Out)

Face out adalah teknik pemajangan produk dengan menggunakan hanger. Produk yang dipajang menghadap ke depan. Kepala gantungan harus menghadap ke kiri dan bagian muka baju menghadap ke depan.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

b. Tampak Samping (Side Out)

Side out adalah teknik menggantung dengan menggunakan hanger dan produk yang dipajang menghadap ke samping. Langkah-langkah teknik side out adalah sebagai berikut.

1) Pada hangroad, jarak tetap dijaga agar sama (2,5 cm atau 2 ruas jari) dan tetap rapi.

2) Urutkan size dari depan ke belakang, dari ukuran terkecil (S) ke terbesar (XL).

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

3. Teknik Pemajangan Ditumpuk

Teknik pemajangan ditumpuk menggunakan beberapa ketentuan sebagai berikut.

a. Melipat produk (pakaian/merchandise) yang dapat dilipat.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melipat baju dengan cara ditumpuk.

1) Sesuaikan ukuran lipatan dengan panjang rak fixture/rak dinding.

2) Memakai folding board saat melipat baju agar ukuran lipatannya sama.

3) Untuk pakaian yang memiliki motif dan detail dengan nilai jual tinggi, sebaiknya jangan dilipat.

4) Biasanya, jenis pakaian yang tepat untuk dilipat adalah kemeja.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

b. Teknik menumpuk lipatan.

Selanjutnya, pakaian yang sudah dilipat dengan rapi ditumpuk pada tempat display dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Tinggi tumpuka yang ideal adalah sekitar 15-20 cm.

2) Kapasitas fixture dengan jumlah produk harus seimbang.

3) Besar lipatan sesuai dengan kapasitas fixture.

4) Beri jarak antara tumpukan satu dan tumpukkan berikutnya, minimal 3 cm.

5) Pada rak susun, jarak ideal antara rak satu dan lainnya kurang lebih 30 cm, sehingga antara tinggi tumpukan dan batas rak di atasnya masih ada jarak kurang lebih 10 cm.

6) Tumpukan ditata dari kiri ke kanan dengan warna terang ke gelap. Pada rak bersusun, warna di bawahnya mengikuti warna tumpukan di atasnya. Sementara itu, produk sisa diletakkan di bagian paling bawah. Perhatikan gambar berikut.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

7) Size (ukuran) disusun mulai dari kecil ke besar pada setiap tumpukan. Setelah itu, warnanya disusun secara vertikal dari terang ke gelap (dalam range warna yang sejenis). Perhatikan gambar berikut.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

8) Jangan lupa meletakkan POP (Point of Purchase) di sebelah kiri pajangan.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

4. Teknik Pemajangan Kombinasi Digantung dan Ditumpuk

Pemajangan pakaian dengan teknik ini adalah kombinasi digantung dan ditumpuk. Pola warna juga diterapkan pada teknik ini, seperti terang ke gelap, gelap ke terang, atau mengikuti warna tumpukan pakaian di atasnya. Perhatikan gambar berikut.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

5. Teknik Pemajangan Digelar

Teknik penataan digelar biasanya berfungsi memperlihatkan detail motif yang merupakan keunggulan suatu pakaian atau merchandise.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

6. Teknik Pemajangan Produk Berlapis pada Maneken (Layering)

Layering adalah teknik pemajangan produk fashion pada maneken dengan menggunakan beberapa lapis pakaian. Berikut beberapa aturan dasar yang harus diperhatikan ketika memajang dengan menggunakan teknik layering.

a. Aturan dasar layering pada maneken.

1) Kelompokkan layering berdasarkan pakaian formal, semiformal, dan kasual.

2) Kelompokkan berdasarkan atasan dan bawahan (top dan bottom).

3) Jangan memakai lapisan (layering) pakaian terlalu banyak karena akan terlihat gemuk.

4) Keselarasan warna layering sangat penting. Jadi, hindari penggunaan corak dan warna yang sama.

5) Sebaiknya gunakan motif campuran. Padukan dengan pakaian polos.

6) Jika diperlukan adanya tambahan merchandise lain, tambahkan aksesori, topi, tas, dan lain-lain.

7) Warna ideal layering adalah maksimal tiga warna.

8) Jika menggunakan dua maneken atau lebih, keselarasan warna antara keduanya harus ada.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

b. Aturan dasar layering pada hanger.

1) Merchandise tidak monoton. Pemilihan merchandise harus bervariatif.

2) Warna dan motif harus terlihat. Warna harus dikelompokkan menjadi panas dan dingin. Motif dan model juga harus ditonjolkan atau diperlihatkan.

3) Memberikan penyampaian positif bagi pemakai. Tampilan harus memberi pendidikan tentang cara berpakaian yang pantas, informatif, dan sesuai dengan tema display merchandise.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

7. Penggunaan Sarana untuk Pemajangan Produk Fashion

Teknik pemajangan produk fashion dengan menggunakan berbagai macam sarana atau media harus tepat dan benar. Pemakaian sarana pemajangan produk fashion, antara lain sebagai berikut.

a. Show Window atau Window Display.

Show window atau window display yaitu ruangan kaca yang berfungsi sebagai media penataan produk (display) atau pemajangan sebagian besar produk yang ada di toko, yang meliputi fashion, aksesori, dan props.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

b. Center Point

Center point yang fungsinya sama dengan window display, tetapi berbeda pada peletakannya. Center point berada di dalam toko dan dimanfaatkan sebagai media untuk memvisualisasikan beberapa jenis/kategori pakaian tertentu.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

c. Stage Display

Stage display yaitu media visualisasi floor display untuk produk di setiap bagian dalam kategori tertentu.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

d. Vocal Point

Vocal point yaitu media yang dipakai untuk memvisualisasikan setiap produk di tiap-tiap bagian.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

e. Wall Display

Wall display yaitu metode display menggunakan media dinding, ambalan, ram, display body, dan lain-lain.

Keterlibatan seorang ahli dan tim kerja khusus untuk mengerjakan sebuah display

SUMBER:

Nuryati, Puji. Utami Hadiyanti., dan Dwi Harti. 2019. Penataan Produk Untuk SMK/MAK Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kalo menurut kamu konten ini bermanfaat, share ke temen-temen yang membutuhkan ya! 😊