Kenapa mahatir muhammad disebut litle soekarno

Ahmad Sahidah
Dosen Senior Universitas Utara Malaysia


Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.


Tapi politik sesungguhnya bukan cerita mitos. Pada era modern, perebutan kekuasaan mesti menghitung untuk memenangkan hati dan pikiran konstituen. Di sini, manifesto dan struktur kepengurusan dengan cermat disusun. Setidaknya, kesepakatan Pakatan Rakyat dengan partai bentukan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, Partai Pribumi Bersatu, telah menemukan titik temu dengan berbagi kedudukan yang setara, yaitu Anwar Ibrahim sebagai ketua umum, Mahathir Muhammad sebagai pengerusi (chairman), dan Wan Azizah Wan Ismail- istri Anwar- sebagai presiden.


Dalam peresmiannya, koalisi baru ini turut mengumumkan janji 100 hari pertama merebut Putrajaya, yaitu membatalkan pajak barang dan jasa, menstabilkan harga minyak, meringankan beban rakyat, mereformasi institusi pemerintah secara menyeluruh, memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya, membentuk komite penyelidikan skandal 1MDB, dan memulihkan Felda- semacam perkebunan inti rakyat.


Dilihat dari struktur kepengurusan, Pakatan Harapan bertabur politikus dan teknokrat yang pernah dan sedang menduduki jabatan penting, seperti Lim Guan Eng, Gubernur Negara Bagian Pulau Pinang, dan Azmin Ali, pemegang kursi nomor satu di negara bagian terkaya, Selangor. Muhyiddin Yasin dan Mukhriz Mahathir menduduki jabatan wakil presiden, yang tentu saja kapasitas dan pengalamannya tidak perlu diragukan. Pendek kata, mereka bukan orang baru dalam dunia politik dan kekuasaan Malaysia, sehingga rumor tentang negara akan kocar-kacir jika mereka mengambil alih kekuasaan adalah berlebihan.


Hanya, politik itu bukan semata-mata reputasi, tapi juga prestasi. Nama-nama besar yang tumbang dalam pemilihan umum sebelumnya adalah bukti nyata bahwa nasib politikus berada di ujung jari konstituen. Politikus Barisan Nasional yang ditolak oleh warga daerah pemilihannya adalah Sami Vellu, Syahrizat Abdul Jalil, dan Abdul Ghani Othman. Adapun dari Pakatan Rakyat adalah Mat Sabu, Aisyah, dan Saefuddin Nasution. Mereka gagal merebut pikiran dan hati rakyat.


Jelas, pragmatisme politik Pakatan Harapan mengemuka. Sejauh ini, Mahathir adalah tokoh yang paling lantang menyerukan pendongkelan Perdana Menteri Najib Razak. Dalam banyak tempat dan tulisan, mantan perdana menteri terlama ini menyebut pemerintah sekarang adalah kleptokrasi sehingga tak layak berkuasa secara moral. Hanya, adakah penerimaan Pakatan terhadap Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang digawangi oleh 3M (Mahathir, Muhyiddin, dan Mukhris) sejalan dengan idealisme Anwar Ibrahim tentang reformasi menyeluruh, mengingat Tun M- panggilan untuk Mahathir- bertindak sewenang-wenang ketika berada di kursi nomor satu negeri itu?


Padahal dulu Pakatan Rakyat, yang dipimpin Anwar, jelas-jelas menyerang Mahathir sebagai pemimpin yang dipenuhi skandal politik dan ekonomi. Dengan menerima Tun M, Pakatan Harapan tentu berhitung untuk menggembosi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), koalisi partai penguasa pimpinan Barisan Nasional yang didukung oleh orang Melayu. Hanya, pertimbangan ini lancung karena ada partai sekutu lain yang keluar, yakni Partai Islam Se-Malaysia, yang juga berebut suara sama dan sebagian orang Melayu adalah pemilih tradisional partai berbasis agama tersebut. Jika terjadi pencoblosan tiga penjuru, tentu UMNO akan mengambil keuntungan dari perpecahan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan Pakatan Rakyat.


Walau Mahathir menjadi beban bagi oposisi untuk merebut Putrajaya, mesti diakui, suka atau tidak suka, jasanya sangat besar terhadap Malaysia. Sebagai bapak pemodernan, lelaki asal Kedah ini telah berhasil memajukan negeri bekas jajahan Inggris tersebut dengan pelbagai proyek yang menjadi alasan investor asing mengucurkan modal. Demikian pula dengan infrastruktur yang dibangun pada era kepemimpinannya, yang menyebabkan banyak penguasa luar memilih Malaysia sebagai tujuan investasi.


Meski demikian, rakyat tak hanya melihat apa yang dilakukan, tapi siapa yang sedang mengendalikan kekuasaan. Kekalahan calon Pakatan Rakyat di dua pemilihan umum sela sebelumnya menunjukkan bahwa aura Mahathir sudah memudar, meskipun tokoh yang dijuluki "Little Soekarno" ini turun untuk berkampanye melawan kandidat Barisan Nasional.

Perbesar

Pendukung Pakatan Harapan memadati jalan menuju Istana Negara menjelang pelantikan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia di Kuala Lumpur, Kamis (10/5). Mahathir akan menjadi perdana menteri ketujuh Negeri Jiran. (AFP/Manan VATSYAYANA)

Kemenangan oposisi Pakatan Rakyat melawan Barisan Nasional mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia.

Orang pun bertanya-tanya, mengapa warga Malaysia, khususnya kaum muda memilih seorang tokoh yang usianya nyaris satu abad? Dan, kenapa Mahathir yang sudah 15 tahun pensiun kembali ke gelanggang politik dengan menggandeng bekas seterunya? 

Peneliti Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Ratna Shofi Inayati berpendapat, bahwa kembali terpilihnya Mahathir Mohammad menjadi PM Malaysia disebabkan oleh sejumlah faktor.

"Pertama, bahwa rakyat Negeri Jiran mengalami kegelisahan yang memuncak yang mereka rasakan pada masa kepemimpinan Najib Razak," kata Ratna kepada Liputan6.com, Jumat (11/5/2018) malam. 

"Pajak yang tinggi, perekonomian rendah, semakin banyaknya investasi asing, terutama China, yang diterapkan pada masa kepemimpinan Najib Razak, tak diinginkan oleh rakyat Malaysia," tambahnya.

Skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) punya andil besar menggagalkan upaya Najib Razak untuk berkuasa tiga periode. 

"Skandal 1MDB, korupsi besar-besaran itu, membuat gerah masyarakat Malaysia. Dan itu terjadi pada masa pemerintahan Najib, bahkan diduga ikut menyeret namanya," ujar peneliti LIPI tersebut.

"Alasan ketiga, bagaimana Najib Razak kurang memperhatikan masyarakat. Ia lebih berfokus pada kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya, ketimbang kemajuan Malaysia," tambahnya.

Ratna menambahkan, rakyat Malaysia tahu, yang bisa menggoyah Barisan Nasional yang mengakar selama lebih dari 60 tahun berkuasa, yang mampu melengserkan Najib Razak hanyalah Mahathir Mohamar -- mantan mentornya.

Apalagi,"Selama Mahathir memimpin beberapa dekade lalu, Malaysia mengalami kejayaan ekonomi," lanjutnya.

Dan, karena Mahathir tidak bisa maju sendirian, ia pun merangkulAnwar Ibrahim untuk jadi sekutunya. "Padahal, dulu yang memenjarakan Anwar, Mahathir. Tapi, namanya politik, seiring waktu, mana kawan dan lawan itu bisa berubah," tambahdia. 

Di sisi lain, Ratna Shofi menjelaskan bahwa kemenangan Mahathir dapat menjadi sebuah bentuk penebusan 'dosa', atau setidaknya maaf, atas tindakannya terhadap Anwar Ibrahim.

"Iya, kelihatan kalau Mahathir ingin membebaskan Anwar, memberikan pengampunan, dan akhirnya diserahkan tongkat kepemimpinan PM ke Anwar Ibrahim," kata Ratna.

"Nah kita lihat ke depannya apakah janji itu bisa dipenuhi. Karena kita enggak tahu saat ini akan seperti apa. Tapi dilihat fakta bahwa Mahathir sudah sepuh, berusia 93 tahun 2018 ini, belum lagi melihat kondisi fisik dan kesehatannya," tambah dia. 

Mahathir Mohamad kemungkinan akan menepati ucapannya.

Namun, Ratna melihat, ini bukan cuma soal menebus dosa. "Tampak keinginannya itu adalah untuk Malaysia, untuk rakyat Malaysia, dan kemajuan Malaysia pula."

Najib Sudah Kelewatan

Mahathir Mohamad sebelumnya mengaku, ada dorongan kuat yang membuatnya kembali terjun ke dunia politik. Yakni, ia merasa, Najib Razak sudah kelewatan.

Terutama terkait skandal 1MDB. Uang sebesar US$ 3,5 miliar dolar dicuri dari dana milik negara, dipakai untuk membeli perhiasan mewah, karya seni berharga, pembuatan film Hollywood, juga sejumlah properti mewah dengan harga selangit.

Tak hanya itu, duit rakyat sebesar US$ 731 juta diduga mengalir ke rekening Najib Razak.

Skandal yang dikuak Departemen Kehakiman Amerika Serikat tersebut bikin rakyat Negeri Jiran meradang. Emosi Mahathir pun memuncak hingga ubun-ubun. Ia merasa harus bertindak.

"Hari ini orang-orang menertawakan Malaysia," kata Mahathir kepada Koresponden BBC, Karishma Vaswani.

Politikus yang lahir pada 10 Juli 1925 itu merasa, memilih Najib Nazak sebagai anak didik dan membukakannya jalan ke pucuk kepemimpinan Malaysia adalah kesalahan terbesarnya. Ia merasa harus mengakhirinya. 

Setelah dinyatakan sebagai pemenang, pada Kamis 10 Mei 2018, Mahathir mengatakan, pihaknya akan mengatasi semua kekacauan yang terjadi. "Aturan hukum akan sepenuhnya ditegakkan," kata dia.

"Dan jika secara hukum dinyatakan bahwa Najib telah melakukan kesalahan, maka dia harus menghadapi konsekuensinya."

Sebelumnya, Mahathir Mohamad menyatakan, pihaknya tak sedang mencari peluang balas dendam pada Najib Razak.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA