Kenapa Allah menciptakan rasa sakit hati?

Sakit : Bukti Cinta Allah SWT Kepada HambaNya

GENOTA.ID - Musibah itu datangnya dari Allah SWT. Terkadang hal itu menjadi bukti kecintaanNya kepada seorang hambaNya. Seperti obat, walaupun pahit ia akan meminumnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya) maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Karenanya, orang yang paling banyak menerima musibah adalah para nabi dan rasul. Dengan itu, Allah mengangkat derajat mereka, meneguhkan kebenaran mereka, dan menjadikan mereka sebagai teladan bagi semua makhluk. Di antara musibah yang Allah SWT timpakan kepada hambaNya adalah sakit.

Seorang mukmin melihatnya sebagai sebab yang menghapuskan dosa-dosanya. Penyakit-penyakit yang menimpanya sebagai penebus atas kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.

Allah SWT berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Al-Syuura: 30)

Sakit adalah sebab untuk memperoleh pahala besar dan derajat tinggi di sisi Allah. Syaratnya, apabila orang tersebut bersabar dan ridha dengan apa yang menimpanya, serta meminta pahala kepada Allah atas apa yang menimpanya tersebut. Sakit juga bisa mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, dan menjadi sebab turunnya ampunan dan rahmat.

Allah SWT berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla akan berfirman pada hari kiamat, "Wahai anak Adam, Aku sakit engkau tidak menjengukku." Ia berkata, Wahai Rabb, bagaimana aku menjengukMu, sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam. Allah menjawab, "Tidakkah kamu tahu hambaKu si fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya. Tidakkah kamu tahu jika kamu menjenguknya kamu dapati aku ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang sehat saat melihat pahala yang diberikan kepada ahlul bala' (banyak dapat musibah) nanti di hari kiamat berkeinginan kalau saja kulit-kulit mereka dipotong dengan gunting saat di dunia.” (HR. al-Tirmidzi). Tujuannya agar mendapatkan pahala yang didapatkan oleh orang-orang yang tertimpa banyak musibah di dunia.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya, apabila Allah suka kepada suatu kaum maka Allah berikan cobaan kepada mereka; siapa yang ridha maka bainya keridhaan (Allah) dan siapa yang marak baginya kemurkaan (Allah).” (Al-Tirmidzi)

Sakit juga bisa melenyapkan sifat sombong dan banga diri dari hati pencari ridha Allah. Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak ada cobaan dan musibah dunia niscaya seorang hamba akan tertimpa penyakit sombong, ujub, congkak, dan kerasnya hati yang semua itu adalah sebab kehancurannya di dunia dan akhirat.”

Saat Harun al-Rasyid sakit dan tidur di atas kasur kematiannya maka ia melihat kepada kebesaran dan hartanya, lalu berkata, “Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku!”

Kemudian ia berkata, aku ingin melihat kuburku yang aku akan ditimbun di dalamnya. Lalu ia dibawa kekuburannya. Harun melihat ke kuburan dan menangis. Lalu ia memandang ke langit seraya berkata, Wahai Dzat yang tak akan hilang kekuasaanNya, rahmati orang yang kekuasaannya telah hilang!”

Siapa yang tidak sakit hati jika kehilangan orang yang sangat dicintainya. Atau

berpindahnya sang kekasih kepada orang lain karena tidak mampu memelihara

kekasihnya tetap setia? Rasa memilki atau sense of belonging adalah perasaaan yang

akan melahirkan sifat mencintai, menjaga, melindungi, memberi pengorbanan dan

kepedulian kepada sesuatu. Rasa memilki yang timbul hanya dari diri manusia itulah

yang membuat kita tambah sakit, tambah berat, tambah stress, tambah pusing. Ketika

rasa memilki terhadap dunia semakin bertambah maka akan semakin susah untuk

melepaskan diri dari belenggu kepemilikian. Takut kehilangan harta, takut kehilangan

jabatan, pekerjaan, anak sholeh, istri cantik, kendaraan mewah atau rumah mewah.

Kesenangan-kesenangan tersebut disindir oleh Allah swt melalui firman-Nya:

“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang

diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,

kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup

di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S Ali ‘Imran ;

14).

Oleh karena itu Allah mengajarkan kepada kita jika kehilangan sesuatu atau tertimpa

musibah dihadapi dengan sabar dengan mengucapkan Innalillahi wainnailai raji’un.

Kita adalah milik Allah dan apa yang melekat pada diri kita adalah titipan Illahi yang

sewaktu-waktu akan diminta untuk kembali kepada Sang Pemilik segala sesuatu yaitu

Allah swt.

Tetapi kembalinya titipan Illahi yang dicintai manusia bukan berarti sama sekali tidak

boleh menetestkan air mata, karena ketika istri Rasulullah meninggalpun, Rasulullah

menangis. Dikisahlakn di saat detik-detik wafatnya Khadijah: “Ummul Mukminin,

Khadijah, pun mengembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami tercinta,

Rasulullah SAW. Khadijah pun didekap dengan perasaan pilu dan sedih yang teramat

sangat. Melihat air mata Rasulullah turun, ikut menangis pula semua orang yang ada

di situ.”

Kisah Hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat menjadi pelajaran bagi kita. Mereka

meninggalkan segala sesuatu yang dimiliki di kampung Mekkah. Rasulullah

memanjatkan doa kepada Allah agar diberi kekuatan ketika meninggalkan Mekah,

agar hati Rasulullah tidak terlalu terikat pada Mekah dan Rasulullah berdoa’a agar

diterima dengan baik di tempat baru. Doa itu dipanjatkan kepada Allah swt ketika

beliau hendak meninggalkan Mekkah menuju Madinah.

Rasulullah berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakanku, yang tadinya

aku bukanlah siapa-siapa. Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi dunia, cobaan

masa, musibah siang dan malam,”

“Ya Allah, temanilah aku dalam perjalananku, jagalah keluargaku yang

kutinggalkan. Berkahilah apa yang Engkau anugerahkan kepadaku, tundukkan aku

kepadaMu. Tegakkanlah aku pada akhlak yang baik, buatlah aku mencintaiMu dan

janganlah Engkau serahkan aku kepada manusia,”.

“Wahai Tuhanku, orang-orang adalah lemah sedangkan Engkau adalah Tuhanku.

Aku berlindung dengan Wajah-Mu Yang Mulia, yang karenanya langit dan bumi

bersinar, kegelapan tersibak dan urusan orang-orang yang terdahulu menjadi baik,”.

“Janganlah Engkau timpakan murka-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, datangnya

siksaan-Mu, hilangnya afiat-Mu dan seluruh murka-Mu. Bagi-Mu lah segala

kesudahan yang baik pada diriku menurut kesanggupanku, tiada daya kekuatan

kecuali dari-Mu,”.

Setelah kurang lebih 10 tahun, ternyata dibalik semua itu, Allah mengembalikan yang

lebih kepada Rasulullah dan para sahabatnya ketika fathul Mekkah. Jadi ketika apa

yang dimiliki seseorang hanya disandarkan pada dirinya sendiri, maka menjadi

sakitlah hatinya. Tetapi jika yang miliki seseorang sandarannya hanya kepada Allah,

maka menjadi indahlah pada akhirnya. Hilang sakit hatinya. Wallahu alam.

Kenapa Allah membuat kita sakit?

Allah menciptakan sakit agar bisa merasakan nikmat sehat, makan dengan leluasa dan dapat beraktivitas serta beribadah dengan baik. Insya Allah sakit dapat menyucikan dosa, menutupi kesalahan, dan mengangkat derajat.

Kenapa Allah memberi kita patah hati?

Patah hati diberikan Allah SWT kepada seseorang agar orang tersebut bisa mendapatkan yang lebih pantas.

Apa yang harus dilakukan ketika sakit hati menurut islam?

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut kiat dan caranya:.
Meningkatkan intensitas membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an bisa menjadi obat bagi orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit. ... .
Berwudhu dan salat. ... .
Memperbanyak berzikir. ... .
Berkumpul di majelis-majelis taklim (pengajian) ... .
Berhusnudzon kepada Allah SWT..

Apa akibat dari orang yang sakit hati?

Ketika seseorang sedang patah hati, maka mental pun akan menjadi kacau. Akibatnya, timbul rasa kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran, serta kebencian yang dalam pada diri. Jika tidak segera diredam, maka seluruh keluh kesah tersebut akan berdampak sangat buruk bagi mental seseorang.