Kemanakah roh orang mati menurut Alkitab

Hari ini kita akan membahas sebuah pertanyaan: Apakah roh orang-orang yang sudah meninggal dunia berada dalam keadaan yang sadar? Pertanyaan ini sangat wajar untuk direnungkan, sebab di dalam Alkitab, khususnya PB seringkali penulis Alkitab menggunakan kata “tidur” untuk menggambarkan orang-orang yang meninggal dunia. Kata “tidur” merupakan terjemahan hurufiah dari bahasa aslinya. Berdasarkan hal ini beberapa orang menduga bahwa roh atau jiwa orang-orang yang sudah meninggal dunia berada dalam keadaan yang tidak sadar, yaitu seperti orang yang sedang tertidur. Mereka tidak sadar dan mereka tidak melakukan apa-apa karena mereka berada dalam keadaan yang tidak sadar. Nanti pada waktu kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali barulah mereka disadarkan sekaligus diberi tubuh kemuliaan. Apakah pandangan semacam ini benar?

Menurut saya ini pandangan yang keliru. Kita harus berhati-hati. Pada saat Alkitab menggunakan kata “tidur”, kita harus memahaminya bukan secara hurufiah bahwa mereka benar-benar tidur, tetapi kita harus memahaminya secara figuratif, bahwa sama seperti orang yang tidur pasti akan bangun, demikian pula dengan orang-orang meninggal dunia akan dibangkitkan kembali bersama dengan Kristus. Jadi ini merupakan bahasa figuratif. Poin analoginya adalah keadaan mereka tidak akan terus begitu, ada waktunya mereka bangun dari tidurnya. Ada waktunya semua orang yang meninggal akan dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus. Jadi “tidur” di situ tidak mengandung arti hurufiah bahwa mereka dalam keadaan yang tidak sadar.

Alkitab memberikan beberapa dukungan terhadap pandangan yang saya kemukakan. Kita dapat melihatnya di Lukas 16 dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang Lazarus dan orang kaya. Pada waktu keduanya mati, kita bisa melihat ada aktivitas di sana. Walaupun ini adalah sebuah perumpamaan dan tidak semua poin analogi bisa ditarik secara detil, tetapi paling tidak kita bisa menarik sebuah kesimpulan: orang yang berada di sorga maupun neraka melakukan sesuatu. Mereka tidak dalam keadaan tidak sadar atau tidak mampu melakukan apapun.

Petunjuk yang lebih jelas disediakan oleh Kitab Wahyu. Di dalam Wahyu 4:9-11 kita menemukan bahwa makhluk-makhluk sorgawi dan orang-orang percaya yang sudah meninggal dunia melakukan aktifitas yaitu memuji Allah dan memuji Anak Domba yang duduk di atas tahta. Mereka melakukan aktifitas dan bukan dalam keadaan yang tidak sadar. Mereka memuji-muji Allah. Di dalam Wahyu 6:9-11 kita dapat melihat jiwa jiwa orang percaya yang terpenggal kepalanya, yang mati sebagai syahid/martir, berdoa kepada Allah dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (ay. 10). Mereka melakukan sesuatu yaitu berdoa kepada Allah. Jadi, karena mereka melakukan banyak aktivitas di surga, maka kita harus memahami bahwa istilah “mati” atau bahasa figurasinya “tidur” tidak boleh ditafsirkan sebagai keadaan yang tidak sadar atau tidak melakukan apapun.

Tuhan Yesus pernah dicobai oleh orang-orang Saduki yang tidak percaya kebangkitan. Mereka memberikan pertanyaan yang sulit kepada Tuhan Yesus, yaitu jika seorang perempuan menikah dengan tujuh laki-laki dan ketujuh-tujuhnya mati, siapakah yang menjadi suami dari wanita itu kelak di surga? Mereka menanyakan ini bukan karena mereka percaya surga. Mereka tidak percaya kebangkitan. Mereka tidak percaya malaikat-malaikat. Lalu Tuhan Yesus menjawab begini: “tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” (Mat 22:31-32).

Hal tersebut juga pernah difirmankan Allah kepada Musa. Pada saat itu Abraham, Ishak dan Yakub jelas sudah meninggal dunia; tetapi Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa dengan memakai sebutan: “Aku adalah . . .” Perlu kita ketahui bahwa “adalah” dalam bagian ini berbentuk present tense atau berbentuk kekinian. “Aku adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub”. Allah tidak berkata: “Aku dahulu adalah Allah Abraham, Aku dahulu adalah Allah Ishak, Aku dahulu adalah Allah Yakub”. Kalau Allah memakai kata “dahulu”, maka mungkin Abraham, Ishak dan Yakub bisa ditafsirkan dalam keadaan yang tidak sadar. Tapi karena Allah mengatakan: “Aku sekarang adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub”, berarti hubungan antara Allah dengan Abraham, Ishak, Yakub dahulu adalah sama dengan hubungan antara Allah dengan ketiganya pada zaman Musa. Atau dengan kata lain, sebetulnya tidak ada perubahan relasi, hanya ada perubahan dimensi saja. Dulu Allah menjadi Allah bagi mereka di dunia, tapi sekarang Allah menjadi Allah bagi mereka di surga. Dalam keadaan yang sadar mereka tetap menikmati relasi bersama dengan Allah dan itulah yang terjadi pada kita kelak. Kiranya ini menghiburkan kita. Tuhan memberkati.

Kemana roh orang yang telah mati menurut Alkitab?

Kehidupan setelah Kematian Pada akhirnya tubuh fana kita akan mati, dan roh kita akan pergi ke dunia roh. Dunia roh adalah sebuah tempat menanti, bekerja, belajar, dan, bagi mereka yang saleh, beristirahat dari persoalan dan kedukaan. Roh kita akan tinggal di sana sampai kita siap bagi kebangkitan kita.

Apa kata Alkitab tentang orang yang sudah mati?

Ayat Alkitab menerangkan bahwa siapa yang meninggal akan bersama Tuhan di surga. Siapa pun yang meninggal adalah kembali kepada Tuhan di surga. Berkumpul dalam kedamaian, sebagaimana diterangkan dalam ayat Alkitab ini. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.

Apakah ada kehidupan setelah kematian menurut Alkitab?

Penulis sebagai orang Kristen juga percaya adanya kehidupan setelah kematian, sebagaimana Alkitab mengajarkannya (Ibr. 9:27; Yoh. 11:25-26; Luk. 23:42-43).

Siapa yg mencabut nyawa manusia menurut Kristen?

Jawaban: * Alkitab berkata: Tidak ada yang berkuasa atas kematian (mencabut nyawa) manusia, kecuali Allah sendiri.

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA