SUSI IVVATY
Para seniman tradisi lisan dari Sulawesi Selatan.
KOMPAS.com - Tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah yang harus dilestarikan.
Karena tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.
Pengertian tradisi lisan
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tradisi lisan merupakan tuturan yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat, seperti lisan, dongeng, rapalan, pantun, cerita rakyat, atau ekspresi lisan lainnya.
Tradisi lisan merupakan suara bagi mereka yang tidak mengenal tulisan.
Sebelum manusia mengenal tulisan, tradisi lisan menjadi sumber-sumber pengetahuan di masa lalu.
Baca juga: Menjaga Asa Pelestarian Tradisi Lisan
Masyarakat adalah ahli waris dan sekaligus pelaku dalam upaya pelestarian cagar budaya.
Sebagai pelaku tentunya ada tradisi-tradisi yang sudah turun temurun dijaga sehingga nilai-nilai warisan cagar budaya hidup dalam masyarakat.
Di mana tumbuh dan dipelihara oleh masyarakat melalui tradisi lisan.
Tradisi lisan dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam penelusuran peninggalan masa lalu.
Cara mewariskan
Bagaimana masyarakat mewariskan tradisi lisan kepada generasi penerusnya?
Tradisi lisan memiliki tempat tersendiri diantara berbagai jenis sumber sejarah.
Tradisi lisan adalah rangkaian pesan untuk diterjemahkan dengan fragmen benda ataupun aktivitas manusia dimasa lalu.
Baca juga: Untuk Mempertahankan Tradisi Lisan Harus Disokong Anggaran Memadai
Rangkaian pesan itulah yang nantinya diterjemahkan dari generasi ke generasi.
Dalam pelestarian cagar budaya, tradisi lisan merupakan tonggak awal dalam upaya pelestarian.
Tidak semua kerangka acuan atau petunjuk teknis dalam upaya pelestarian dituliskan oleh generasi sebelumnya. Petunjuk teknis mampu dilacak melalui tradisi lisan.
Upaya pengumpulan tradisi lisan untuk pelestarain cagar budaya dapat dimaknai sebagai kerangka besar pelestarian nilai-nilai dari obyek masa lalu sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2010.
Dalam hal itu tradisi lisan merupakan sebuah proses untuk mengapai upaya pelestarian cagar budaya berbasis masyarakat.
Proses yang disampaikan dari mulut ke mulut dapat mengungkap cara-cara tradisional dalam pelestarian.
Baca juga: Tradisi Peragaan Busana Secara Langsung Menanti Ajal, Benarkah?
Dalam upaya pemugaran, pemeliharaan ataupun perlindungan objek cagar budaya tradisi lisan memiliki tempat juga.
Tidak semua pengetahuan di masa sekarang mampu mengakomodasi atau menjabarkan pengetahuan masa silam.
Pengetahuan masa silam muncul dengan sendirinya jika melibatkan tradisi lisan. Karena sudah terintegrasi segala infromasi objek cagar budaya.
Tradisi lisan berupa pantangan ataupun larangan dalam perlakuan objek cagar budaya mampu dimanfaatkan sebagai bagian dari upaya pelestarian bagi masyarakat.
Dengan adanya nilai-nilai dari tradisi lisan upaya pelestarian sudah dalam tahap pelestarian berbasis masyarakat.
Artinya ketika masyarakat masih memegang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam obyek cagar budaya.
Baca juga: Seumuleung Tradisi Menyuapi Sang Raja Baru di Aceh, Digelar Sejak 500 Tahun yang Lalu
Secara tidak langsung nilai-nilai itulah yang menjaga cagar budaya dari bentuk vandalisme ataupun kegiatan yang merusak cagar budaya.
Dilansir dari Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya (2005), tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti cara atau adat istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat.
Kandungan isi wacana tersebut dapat meliputi berbagai hal, berbagai jenis cerita ataupun berbagai jenis ungkapan seremonial dan ritual.
Cerita-cerita yang disampaikan secara lisan itu bervariasi mulai dari uraian genealogis, mitos, legenda, dongeng, hingga berbagai cerita kepahlawanan.
Perkembangan tradisi lisan terjadi dari mulut ke mulut sehingga menimbulkan banyak versi cerita.
Wikipedia Commons
Keong Mas yang berubah menjadi wanita cantik
KOMPAS.com - Tradisi lisan adalah pesan yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya yang dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Pesan tersebut dapat diwariskan dalam berbagai bentuk, seperti dongeng, rapalan, pantun, lagu, dan cerita rakyat.
Dalam tradisi lisan, terdapat beberpa unsur yang dapat diamati, baik dari jenis, cara penyampaian, dan isi dari tradisi tersebut.
Baca juga: Aji Saka dan Cerita Bangkitnya Peradaban Jawa
Pengertian tradisi lisan menurut ahli
Menurut Vansina, tradisi lisan adalah pesan verbal atau tuturan yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, diucapkan, dinyanyikan, dan disampaikan dapat dengan menggunakan alat musik.
Sedangkan James Danandjaja, yang melakukan kajian tradisi lisan di Indonesia pada 1972, mendefisikan tradisi lisan sebagai bagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional di antara anggota masyarakat dalam versi yang berbeda.
Danandjaja mengungkap bahwa penyampaiannya dapat dalam bentuk lisan maupun disertai contoh perbuatan dan alat bantu pengingat.
Sebelum manusia mengenal tulisan atau pada masa presejarah, tradisi lisan merupakan sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Tradisi lisan pun dapat dijadikan sebagai tonggak awal dalam penelusuran atau merekonstruksi peristiwa sejarah.
Namun, karena disampaian secara lisan atau dari mulut ke mulut saja, dalam perkembangannya, tradisi lisan memiliki berbagai versi.
Hal itu pula yang menjadi kelemahan tradisi lisan apabila digunakan sebagai sumber sejarah.
Baca juga: Sumber-sumber Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
- Penyampaiannya dari mulut ke mulut
- Terdapat beberapa versi cerita atau isi pesan
- Tidak diketahui sumber aslinya
- Pesan yang disampaikan dari generasi tua ke generasi yang lebih muda
- Pesan yang disampaikan dalam bentuk dongeng, ucapan, nyanyian, atau lagu
Berikut ini sumber sejarah berupa tradisi lisan.
Cerita rakyat merupakan cerita yang hidup di kalangan masyarakat zaman dahulu dan diceritakan secara turun-menurun.
Meskipun kebenaran cerita rakyat masih diragukan, tetapi isinya mengandung pesan moral.
Beberapa contoh cerita rakyat adalah Sangkuriang, Malin Kundang, Timun Mas, dan Keong Mas.
Baca juga: Cerita Rakyat Keong Mas
Bahasa rakyatBentuk tradisi lisan yang termasuk ke dalam bahasa rakyat berbentuk seperti logat, slang, bahasa pedagang, dan bahasa sehari-hari.
Dalam hal logat bahasa memiliki beberapa versi, seperti halnya bahasa Jawa yang terdiri dari logat ngapak dan Suroboyoan.
Ada juga bahasa Sunda yang memiliki logat Sunda Banten, Sunda Cirebon, dan lain sebagainya.
Referensi:
- Pudentia. (2015). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Pustaka Obor.
- Supriatin, Yeni Mulyani. (2012). Tradisi Lisan dan Identitas Bangsa: Studi Kasus Kampung Adat Sinarresmi, Sukabumi. Bandung: Patanjala 4 (3), 407-418.
Apa ide pokok dalam bacan tersebut
Ide pokok paragraf ke empat adalah
Ide pokok pada paragraf ke empat adalah
kak tolong di jawab ya kak
kak tolong di jawab ya kak
kak tolong di jawab ya kak
kak tolong di jawab ya kak
kak tolong jawab ya kak
kak tolong benarin yang salah itu ya kak
kak tolong benarin yang salah itu ya kak