Jilbab memiliki beberapa fungsi Adapun fungsi jilbab menurut QS al Ahzab ayat 59 adalah

ST Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at st.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


This is a List of Available Answers Options :

  1. Menutup kepala
  2. mempercantik diri
  3. melindungi diri dari kejahatan
  4. agar mudah di kenali
  5. beribadah kepada Allah


The best answer is D. agar mudah di kenali.

Reported from teachers around the world. The correct answer to ❝Jilbab memiliki beberapa fungsi, adapun fungsi jilbab menurut Q.S. Al Ahzab ayat 59 adalah❞ question is D. agar mudah di kenali.
I Recommend you to read the next question and answer, Namely Berikut ini yang merupakan isi kandungan dari Q.S An Nur ayat 31 adalah with very accurate answers.

Click to See Answer

What is st.dhafi.link Site?

ST Dhafi Quiz Is an online learning educational site to provide assistance and insight to students who are in the learning stage. they will be able to easily find answers to questions at school.We strive to publish Encyclopedia quizzes that are useful for students. All facilities here are 100% Free. Hopefully, Our site can be very useful for you. Thank you for visiting.

3 dari 4 halaman

© Freepik

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, ia mengatakan, “ Pada suatu hari, Saudah pergi keluar untuk suatu keperluan. Hal itu terjadi setelah turunnya perintah hijab. Saudah adalah perempuan yang cukup gemuk yang mudah dikenali siapa saja yang sudah mengenalnya.

Ketika Umar melihatnya, ia berkata, “ Wahai Saudah, ketahuilah bahwa sesungguhnya engkau tidak asing bagi kami dan mudah kami kenali. Karena itu, perhatikanlah bagaimana engkau pergi keluar.”

Lalu Saudah pun langsung berputar arah dan kembali, sementara waktu itu Rasulullah sedang di rumahku makan malam. Tangan beliau sedang memegang ‘arq (tulang setelah dagingnya tinggal sedikit). Kemudian Saudah masuk dan berkata, “ Ya Rasulullah, saya pergi keluar untuk suatu keperluan, lalu di tengah jalan Umar bin Khattab berkata kepadaku begini dan begitu.”

Lalu Allah SWT  pun menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW. Hingga proses turunnya wahyu selesai, sedang Rasulullah masih memegang ‘arq tersebut. Lalu beliau bersabda, “ Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian pergi keluar untuk suatu keperluan.”

Ada pula riwayat lain mengenai asbabun nuzul Surat Al Ahzab ayat 59 ini.

Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat meriwayatkan dari Abu Malik, ia berkata, “ Para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi pada malam hari untuk suatu keperluan. Ada sejumlah orang munafik yang suka mengganggu mereka sehingga mereka merasa terganggu dan tersakiti.

Mereka kemudian mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu orang-orang munafik itu ditanya. “ Sesungguhnya kami melakukan hal semacam itu hanya terhadap para budak perempuan,” demikian kilah mereka. Maka Allah menurunkan surat Al Ahzab ayat 59.

"Dunia ini adalah perhiasan dan seindah-indahnya perhiasan dunia adalah wanita sholehah." (HR.Muslim)

Wanita itu tercipta dengan sifat kelembutan hati dan jiwa, itulah kodratnya. Alangkah indahnya, ketika wanita sholehah diibaratkan laksana teratai yang mekar di telaga madu. Permata yang senantiasa bersinar walau berada di kubangan lumpur sekalipun. Ia mempunyai akhlak dan pribadi yang begitu cantik.

Cantik di mata Allah itu tidak dinilai berdasarkan paras rupa. Tetapi cantik di hadapan Allah itu, ternilai dari hati yang senantiasa berada dalam tuntunan syariat-Nya.

Sungguh, begitu mulia Allah SWT menciptakan seorang wanita dengan segala kelebihan yang diberikan. Sejak seorang wanita mencapai masa akil baligh, ia diwajibkan menutup aurat pada seluruh tubuhnya terkecuali bagian wajah dan telapak tangan. Begitu jelas seruan Allah kepada seorang wanita untuk menutup aurat, yang tertuang dalam Alquran:

”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59)

Perbedaan wanita yang mengenakan jilbab dan tidak, sungguh terlihat jelas. Seperti halnya, ketika seorang wanita berjilbab berjalan di tengah kerumunan orang banyak, seringkali orang-orang yang berada di tempat itu mengucapkan salam yang merupakan doa. Sedangkan wanita yang tidak mengenakan jilbab dengan pakaian serba terbuka, mereka kerap kali diganggu dengan godaan-godaan kaum Adam yang begitu mengganggu ketenteraman jiwa.

Yang tertutup itu akan terlihat jauh lebih indah. Seperti halnya, jika kita mempunyai sebuah buku. Buku yang tersampul rapi akan lebih terlihat menarik, dibandingkan dengan buku yang tidak bersampul. Itulah penggambaran seorang wanita yang mengulurkan jilbab sebagai penutup kepalanya.

Saat kita telah menunaikan kewajiban untuk menutup aurat, hendaknya apa yang sudah menjadi prinsip kita, peganglah dengan teguh. Dengan tetap menjaga hati dan pandangan, semata-mata hanya karena Allah. Cantik pada parasmu akan hilang seiring berjalannya sang waktu. Akan tetapi, cantik pada hatimu takkan pernah lekang, sekalipun sang waktu telah meninggalkanmu.

Fenomena jilbab gaul yang kini sedang menjadi tren di Indonesia sungguh sangat disayangkan. Memakai Jilbab hanya untuk tuntutan tren semata. Mengenakan penutup kepala, tapi pakaian yang ia kenakan begitu terlihat tampak jelas lekukan tubuhnya.

Rasullullah Saw bersabda, ”Antara penghuni-penghuni neraka ialah wanita yang memakai baju tetapi masih bertelanjang, menggodai dan digodai, mereka ini tidak akan masuk syurga malah bau syurga pun tidak akan sampai kepada mereka.”

Jilbab yang dikenakan haruslah menyembunyikan mahkota diri, laksana sekuntum mawar berduri, yang terlihat cantik dengan durinya. Bukan untuk menyakiti, tapi untuk menjaga diri agar kelak diizinkan Ilahi menghiasi taman firdausi.

Alangkah indahnya ketika jilbab itu diulurkan ke segenap tubuh yang telah Allah tentukan, disertai dengan pancaran akhlak mulia. Maka, terlihat anggunlah si wanita yang insya Allah atas izin Sang Maha Pencipta, kelak ia akan dijadikan bunga pengharum taman surga, bagaikan haruman mewangi dari kuntuman kasturi.

Jilbab itu bukan untuk memenjarakanmu, tapi untuk menjaga kehormatanmu.

Aini Nur Latifah

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak perempuan, dan perempuan-perempuan mukmin agar mereka mengulurkan jilbabnya. Dengan demikian mereka lebih mudah dikenal dan mereka tidak akan diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS: al-Ahdzab ayat 59)

Yang menarik dalam ayat ini adalah tujuan mengulurkan jilbab agar perempuan mukmin tidak diganggu dan lebih mudah dikenal. Untuk mengetahui lebih detail maksud ayat ini perlu menggunakan bantuan asbabul nuzul atau melacak latar belakang turunnya ayat.

Sebagian besar ahli tafsir menjelaskan ayat ini turun pada saat situasi sosial tidak aman dan ramah terhadap perempuan. Di Madinah saat itu masih banyak orang fasik yang suka menganggu perempuan, apalagi kalau malam hari. Sementara kebiasaan perempuan pada waktu itu, mereka keluar tengah malam untuk buang hajat.

Ini dapat dimaklumi karena tempat buang hajat pada masa Nabi jauh dari rumah. Supaya tidak terlihat orang, mereka buang hajat tengah malam.  Biasanya perempuan merdeka (hurrah) pergi bersama budak perempuan (amah). Seketika mereka pergi buang hajat, ada sekelompok orang yang suka menganggu budak perempuan. Karena tidak jelas perbedaan budak dan perempuan merdeka di malam hari, perempuan merdeka pun juga tidak bisa menghindar dari gangguan laki-laki hidung belang.

Supaya aman dan tidak diganggu, Allah menyuruh perempuan mukmin untuk menggunakan jilbab agar terlihat berbeda dengan budak perempuan. Syaikh Ali al-Shabuni dalam Rawai’ul Bayan mengatakan, budak perempuan tidak diperintahkan berjilbab karena bisa memberatkan mereka. Sebagaimana diketahui, budak dibebankan pekerjaan oleh majikannya, sering keluar rumah untuk bekerja, sehingga sulit kalau mereka juga diwajibkan mengenakan jilbab.

Hal ini berbeda dengan perempuan merdeka yang pada waktu itu jarang keluar rumah kecuali untuk kebutuhan tertentu. Pada masa itu, yang bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangga adalah laki-laki, sehingga perempuan lebih banyak di rumah.

Dengan demikian, perintah menggunakan jilbab dilihat dari asbabul nuzul-nya ditujukan untuk melindungi perempuan dari gangguan laki-laki, dan sekaligus menjadi pembeda antara perempuan merdeka dengan budak perempuan.

Tulisan ini sudah dipublikasikan di Islami.co

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA