Jenis interaksi sosial yang dilakukan oleh guru dan murid adalah

Sekolah adalah salah satu tempat yang memungkinkan terjadinya banyak interaksi sosial.

Interaksi sosial sendiri terjadi untuk menumbuhkan jalinan kerjasama, saling membutuhkan, dan saling pengertian yang penting dalam mewujudkan kehidupan bersama yang dinamis.

Interaksi sosial sendiri merupakan bentuk umum proses sosial dimana individu dan kelompok mengembangkan cara berhubungan dengan individu dan kelompok lain.

Di sekolah, baik interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dapat dengan mudah ditemukan.

Setelah mengetahui contoh interaksi sosial di lingkungan masyarakat dan contoh interaksi sosial di bidang ekonomi. Maka kita akan membahas interaksi sosial di sekolah.

Berikut adalah beberapa contoh interaksi sosial di sekolah berdasarkan golongannya secara umum.

1. Interaksi Sosial Antara Individu dan Individu di Sekolah

Interaksi antar individu di sekolah adalah hal yang mudah ditemui. Beberapa contoh interaksi individu dengan individu di sekolah, antara lain:

  • Dua orang siswa yang sedang belajar bersama di perpustakaan.
  • Seorang siswa yang membayar makanan ke ibu kantin.
  • Dokter UKS sedang merawat siswa yang sakit.
  • Kepala sekolah sedang bertemu dengan salah satu guru.
  • Seorang siswa yang membantu tukang kebun sekolah memungut sampah.
  • Guru bimbingan konseling yang sedang menasehati seorang siswa bermasalah.
  • Ketua OSIS yang sedang berkonsultasi tentang acara pensi dengan wakil kepala sekolah.
  • Seorang siswa yang sedang membayar buku kepada petugas koperasi.

2. Interaksi Sosial Antara Individu dengan Kelompok di Sekolah

Seperti interaksi antar individu, interaksi antara individu dengan kelompok juga tidak sulit ditemukan di sekolah. Beberapa contoh interaksi antara individu dan kelompok di sekolah, antara lain:

  • Guru yang mengajar murid-muridnya di kelas.
  • Guru olahraga yang sedang menjelaskan strategi kepada para siswa anggota tim sepak bola di tepi lapangan sekolah.
  • Pemberian motivasi belajar oleh motivator kepada seluruh siswa di auditorium.
  • Seorang ustadz yang memimpin doa dalam acara pengajian untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional.
  • Guru tari yang sedang melatih anggota ekstrakurikuler tari.

Secara umum, interaksi sosial yang ketiga adalah interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok. Beberapa contoh interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok, antara lain:

  • Anggota PMR dan Pramuka mengadakan pelatihan bersama untuk evakuasi bencana alam.
  • Anggota Polisi Keamanan Sekolah membantu sekelompok pelajar yang hendak menyeberang.
  • Sekelompok mahasiswa melakukan sosialisasi kepada para siswa kelas XII mengenai berbagai jurusan kuliah.
  • Para wali murid yang menghadiri pertemuan dengan guru-guru untuk persiapan ujian nasional.
  • Seluruh siswa kelas XII yang menghadiri acara wisuda.
  • Seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX yang menghadiri acara pensi sekolah.
  • Perwakilan murid kelas A dan B yang bertanding basket dalam acara pekan olahraga sekolah.


KAJIAN TEORITIS TENTANG INTERAKSI GURU DAN MURID

Jenis interaksi sosial yang dilakukan oleh guru dan murid adalah


A.    Pengertian Interaksi Guru-Murid         

Interaksi terdiri dari kata “inter (antar), dan aksi (kegiatan)”. Jadi interaksi adalah “kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan”. “Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama”.

Sardiman AM. mengatakan bahwa:

Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan, komunikator, pesan, dan saluran atau media.

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara murid dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (murid), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan murid pada saat pengajaran berlangsung.

Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. “Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari murid sebagai hasil belajar. Di mana murid yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing”.

Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan. Sedangkan menurut Sabri Ahmad, bahwa interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.

Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Interaksi murid bersama guru merupakan unsur utama dalam proses belajar mengajar disekolah. Karena melalui proses belajar mengajar, anak didik tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, dan keadaan ini tentu saja banyak dipengaruhi oleh guru dalam mengajar dan terutama menjalin hubungan baik dengan muridnya. Dalam proses belajar mengajar perlu sekali adanya kondisi yang menyenangkan dan suasana keakraban antara guru dan murid. Sebagaimana dikemukakan oleh Thorndhike dalam teorinya “law of effect maintaine that a respon is strengthened if is rollowed by wet satisfying consequence and weakened if is follow wet by dissatisfying consequences Artinya “hubungan respond dan stimulasi akan bertambah erat bila disertai rasa senang dan puas dan sebaliknya kurang erat dan bahkan lenyap kalau disertai perasaan tidak senang “Sehingga dengan adanya rasa senang kepada guru. Maka,murid dan siswi lebih sungguh-sungguh dalam belajar. Sebaliknya murid yang tidak senang dengan guru akan cenderung menurun minat belajaranya, sebagaimana dikatakan oleh Elizabeth B . Hurlock “ when children bring to scool an unffavoreble concept of teater based on what their parents or older sibling say and based on mass media portrayals of teacher, or when they have unfavorable personal experiences which teacher attitudes toward tend to be unvavorable. Artinya : “jika anak membawa konsep yang tidak positif terhadap guru ke sekolah yaitu konsep yang didasarkan atas kata orang tua, saudara, gambaran media massa, atau bila pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan dengan guru, sikap mereka terhadap semua guru cenderung tidak positif

Dengan demikian menjalin keakraban dengan murid dalam proses belajar mengajar, perlu dikembangkan, karena proses akrab guru dengan murid atau sebaliknya akan memudahkan guru dalam membimbing dan mengarahkan murid dalam meraih hasil dalam membentuk sikap dan pribadinya. Kemudian untuk lebih jelasnya makna keakraban guru dengan murid, kiranya akan lebih jelas bila penulis sajikan pengertian sebagai berikut: Kata kearaban  dalam kamus bahasa indonesia, megandung arti persahabatan yang erat antara guru dan murid dalam arti yang positif/keakraban berarti dekat dan erat

Murid atau yang sering kita sebut anak didik menurut Achmadi mengandung arti sebagai berikut; “ anak didik adalah objek dan subjek pendidik, dikatakan sebagai objek pendidik karena mereka dikenai pendidikan dalam arti dibantu, dibimbing, diarahkanke tujuan pendidikan. Dikatakan sebagai person (pribadi) yang berdiri sendiri, sedangkan fungsi pendidikan sekedar memberikan stimulasi agar perkembanganya terarah sasuai dengan tujuan pendidikan “ Sedangkan Guru menurut Achmadi adalah “seseorang yang memberi atau melaksanakan tugas mendidik yaitu secara sadar bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaan”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keakraban murid dengan guru yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah hubungan baik murid dengan guru baik disekolah maupun diluar sekolah. Hubungan ini terutama untuk memudahakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar disekolah, dan mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.

Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar. Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar murid belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah,  dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataannya.

Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar murid dengan murid, murid dengan guru, murid dengan sumber belajar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik memungkinkan adanya interkasi yang proporsional antara guru dan murid dan upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada murid, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan murid belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna.              

B.    Jenis-Jenis Interaksi Guru Dengan Murid       

Pada bagian ini penulis akan mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan keakraban murid dengan guru, baik di sekolah maupun diluar sekolah, hal-hal yang dimaksud adalah sebagaimana telah penulis tetapkan sebagai indikator penelitian pada BAB I terdahulu sebagai berikut :

a.      Hubungan Murid Dengan Guru

Mengenal murid adalah suatu langkah yang baik untuk memperlancar jalanya proses belajar menuju kearah tercapainya tujuan, dan mempermudah dalam menjalin hubungan baik dengan murid. Masalah hubungan murid guru memang penting karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada komunikasi yang diupayakan gurunya . hal ini sesuai dengan pendapat yang dilakukan oleh H. Koestoer Partonisastro sebagai berikut :

Pendidikan supaya berhasil tergantung pada komunikasi. Kesulitan timbul bila guru menggunakan comonotic hanya untuk meneruskan pandangan mereka kemurid. diluaskan bahwa komunikasi harus timbal balik antara murid dengan murid. Dalam keadaan dimana hanya guru yang berkomunikasi. si murid tidak dapat kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum terang juga guru-guru tak mengatahui kesulitan murid-muridnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa komunikasi dalam proses belajar mengajar ditumbuh kembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a)     Guru harus membangun pemahaman mereka tentang mengapa murid-murid berkelakuan serupa itu dan belajar apa disukai dan dibenci murid-murid.

b)     Guru harus membangun pemahaman dari keperluan dan motif-motif mereka, terutama untuk diamalkan pada murid. Banyak dari guru yang tak menyadari bagaimana murid–murid dipengaruhi oleh aspek kehidupan guru itu sendiri. karena, baik perasaan maupun jalan hidupnya.

c)     Guru harus berhubungan dengan aktivitas yang membantu mereka untuk membangun pemahaman tentang pentinganya mengajar sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan publik

Dan juga berbicaralah kepada anak-anak sesuai dengan tingkat perkembangan akal, kemauan dan perasaan, serta sasuai dengan minat mereka. Dan memang perhatian guru yang demikian ini sangat dianjurkan oleh nabi Muhammad Saw, sebagai berikut: “berbicaralah kamu dengan manusia menurut tingkat kemampuan berpikir mereka”.

Dalam hal-hal diatas jelas bahwa seorang guru harus selalu memperhatikan tingkah laku murid untuk dijadikan bekal dalam menghadapi anak didikanya, sehingga guru pun dapat interopeksi terhadap diri sendiri sebagai kontrol figure. Hal ini sejalan dengan pendapat sebagai berikut:para guru sama-sama maklum bahwa murid-murid yang tak acuh tertarik minatnya oleh pendahuluan sesuatu yang baru, atau berbeda dari biasanya”.

Interaksi yang terjadi antara guru dan murid adalah interaksi bernilai pendidikan, berarti terdapat interaksi yang tidak dapat digolongkan sebagai alat pendidikan. Untuk itu terdapat beberapa keakraban yang bernilai pendidikan sebagaimana dikatakan oleh Achmadi sebagai berikut :

a)     Ada siterdidik yang memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain.

b)     Ada orang yang bertanggung jawab memberikan bantuan atas pertolongan yaitu orang dewasa.

c)     Ada arah tujuan yang jelas kemana siterdidik berkembang, yaitu terbentuknya kepribadian yang utama.

d)     Adanya norma yang mengikat dan ingin ditanamkan yaitu nilai dan cita-cita yang merupakan pandangan hidup orang tua atau masyarakat.

e)     Dalam pergaulan itu ada hubungan wibawa dari pendidik terhadap si terdidik.

Dalam proses belajar mengajar pergaulan ini sangat penting karena adanya pergaulan akan memudahkan terwujudnya hubungan antara guru dengan muridnya dan proses belajar mengajar pun akan dapat berlangsung dengan baik, menurut Achmadi, dalam bukunya dasar pendidikan, mengatakan: Bahwa “keakraban adalah ladang yang disimpan untuk tumbuh atau berkembangnya pendidikan. Barang siapa akan mendidik dia harus bergaul dulu dengan yang akan di didik itu”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar akan dapat berlangsung dengan baik apabila adanya hubungan baik antara guru dengan murid, dan hal ini bisa terjadi kalau guru telah dapat berinteraksi dengan murid-muridnya disekolah maupun diluar sekolah.

b.     Berdiskusi dengan murid dalam menyelesaikan suatu masalah

Berdiskusi dengan murid adalah suatu bentuk keakraban guru dengan sisiwa, yang perlu ditumbuh kembangakan dalam proses belajar mengajar. guru hendaknya juga menggunakan metode diskusi ini, dan tentu harus sesuai situasi, kondisi murid dan tingkat kemampuan murid. Di dalam pendidikan Agama Islam untuk diskusi dapat dimanfaatkan menanamkan sikap dan rasa ukhuwah Islamiyah. Di samping untuk mengembangkan sikap tenggang rasa untuk keberanian mengemukakan pendapat masing-masing sesuai ajaran agama. Seperti mujadalah cara yang paling baik, juga menghilangkan saling benci membenci, mendedam dan saling merendah, melainkan harus membina persaudaraan. Hali ini sesuai dengan Alqur’an Surat An Nahl : 125 sebagai berikut:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ) النحل: ١٢٥(

Artinnya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesa t dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An Nahl: 125 ).

Dan dala surat Asy Syuura ayat 38 Allah Swt berfirman:

وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ  )الشورى: ٣٨(

Artinnya :   Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (QS. Asy Syuura: 38)

Berdasarkan Kalam Allah Swt, tersebut bahwa kita harus mendiskusikan persoalan penting diantara sesama kita, dan jika telah menetapkan suatu keputusan maka hendaklah menyerahkan diri kepada Allah Swt. Oleh karena itu tiap-tiap pendidikan Agama yang perlu di diskusikan perlu memandang kemungkinan jawaban yang lebih dari satu yang berupa alternatif-alternatif yang akan dipilih dalam diskusi dan apabila ada soal-soal sebaiknya diserahkan kepada murid dan diberi kesempatan untuk merumuskan pikiranya secara teratur.

Keikutsertaan guru dalam diskusi baik itu secara langsung maupun tidak langsung, akan dapat mendekatkan guru dengan murid, dengan kata lain akan terjalin hubungan yang baik. dengan demikian proses belajar mengajar pun akan dapat berlangsung dengan baik.

c.      Memberikan Kesempatan Mencoba dan Bertanya.

Untuk dapat merealisasikan hubungan baik antara guru dan murid adalah, hendaknya guru dalam mengajar juga memberikan kesempatan pada murid untuk mencoba, misalnya menyuruh membaca Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan pendidikan dan juga memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya, dalam hal ini menurut Nasution terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :”sikap guru terhadap pertanyaan murid”

1)     Beranikan hati murid untuk bertanya. mengajar bukanlah memompakan pengetahuan. Makin banyak anak berfikir dan bertanya, makin besar kemungkinan mereka belajar. Dari pertanyaan murid nyata hal-hal yang belum dipahami.

2)     Biasakan anak-anak turut bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan dari salah seorang temanya.

3)     Pertanyaan dari murid tidak diselidiki bersama. Mungkin guru sendiri belum tahu jawabanya dan dengan sendirinya turut belajar.

4)     Harapan dari murid pertanyaan yang penting dan lalu guru harus dapat membedakan pertanyaan yang bersifat memancing-mancing.

5)     Kalau guru tidak dapat menjawab suatu pertanyaan tidak ada salahnya mengatakan terus terang. Ia tidak akan kehilangan kewibawaanya, oleh sebab itu murid pun akan tahu segala-galanya akan tetapi hal ini jangan terlampau sering terjadi. Guru kira-kira dapat meramalkan apa yang mungkin datang dan bersedia sebelumnya.

Memberi kesempatan bertanya pada murid dalam proses belajar mengajar dapat menimbulkan rasa percaya murid, bahwa guru menghargai dirinya. Bila demikian halnya, maka murid akan dengan mudah menjalin hubungan dengan guru, dan proses belajar mengajar pun dapat berlangsung dengan baik.

d.     Menciptakan situasi yang baik

Sikap guru yang otoriter dalam mengajar akan kurang mendapat hasil yang baik, bahkan murid akan merasa dirinya dikucilkan, karena sikap otoriter biasanya guru bersikap tertutup, guru yang aktif sedang murid pasif. Selanjutnya Sardiman A.M mengatakan; “untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari guru. Perlu adanya keaktipan dari pihak murid, guru harus bersikap sopan saling homat menghormati, guru dan murid yang lebih profesional, masing-masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun murid”.

Situasi seperti ini perlu ditumbuh kembangkan mengingat proses belajar mengajar yang berlangsung dalam situasi yang baik.dalam arti saling hormat menghormati, saling terbuka akan mamudahkan jalanya proses belajar mengajar dan tercapai murid.

e.      Mengadakan Pengawasan dan pengecekan

Pengawasan yang penulis maksudkan disini adalah bahwa dalam proses belajar mengajar hendaknya guru tidak saja memperhatikan materi yang harus disampaikan dalam waktu tertentu, tetapi juga harus memperhatikan dan mengawasi keaktifan murid dalam mengikuti pelajaran serta mengadakan pengecekan terhadap catatan pelajaran murid.

Semua itu dilakukan demi tercapainya kedisiplinan murid dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, dalam hal ini The Liang Gie mengatakan:Berdisiplin selain akan membuat seorang murid memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik. Watak yang baik dalam diri seseorang akan menciptakan suatu pribadi yang luhur. Dan justru bagi para murid yang merupakan harapan bangsa sangat diperlukan adanya watak yang baik dan pribadi yang luhur”.

Dengan demikian proses belajar mengajar ialah suatu usaha mendisiplinkan murid dalam belajar agar dapat mendapatkan pengetahuan yang memadai dan prestasi belajar yang baik, dengan kata lain dalam proses belajar mengajar guru harus selalu memperhatikan, mengawasi kedisiplinan murid dalam belajar mengikuti pelajaran yang disampaikan gurunya.

C.    Interaksi Guru dan Murid di Kelas dalam Lingkungan Pendidikan Islam      

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. “Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan kepada anaknya kepada guru. Hal itu menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya pada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi guru”.

Menurut Zakiah Darajat syarat-syarat (kode etik) dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru dan diperkirakan dapat  memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmaniah, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.

1)     Taqwa kapada Allah sebagai syarat menjadi guru.

Guru, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak kepada Allah jika ia sendiri tidak bertaqwa kepadanya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya.

2)     Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru.

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedangkan jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan ada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3)     Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru.

Kesahatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar ingin menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak.

4)     Berkelakuan baik syarat menjadi guru.

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan karena anak bersifat suka meniru. Diantara akhlak tersebut adalah :

a.      Mencintai jabatan menjadi guru.

b.     Bersikap adil terhadap semua muridnya.

c.      Berlaku sabar dan tenang.

f.      Guru harus bersifat manusiawi.

g.     Bekerja sama dengan guru lain.

h.     Bekerja sama dengan masyarakat.

Sedangkan dalam interaksi guru dan murid dalam kelas, untuk menciptakan iklim pembelajaran sebagaimana yang dikutip dari Sardiman AM., interaksi edukatif adalah “Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya”.

Ada beberapa bentuk interaksi diantaranya:

a)     Guru sebagai Orang Tua Anak Didik

Guru adalah orang tua, anak didik adalah anak. Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang diikat oleh tali jiwa, belaian  kasih sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat diharapkan oleh anak, sama halnya dengan belaian kasih dan sayang seorang guru dan anak didiknya. Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah, di dalam jiwanya seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik anak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil, berasusila dan berakhlak mulia.

Syaiful Bahri Jamarah mengatakan “semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan kedalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan”.

Guru  dan anak didik adalah yang menggerakkan proses interaksi edukatif, dimana interaksi edukatif tesebut mempunyai suatu tujuan. Ketika interaksi edukatif tersebut berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat serta mau memahami anak didik dengan konsekwensinya. “Semua kendala yang menghambat jalannya proses interaksi edukatif harus dihilangkan dan membiarkan, karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan  oleh guru dalam mengelola kelas”.

Masalahnya yang penting adalah mengapa guru dikatakan “pendidik” Guru memang seorang “pendidik” sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya.

Sementara itu dari segi hubungan antara pendidik dan anak didik, menurut Sutari Imam Barnadib dibagi sebagai berikut :

1)     Pelindung. Pendidik selalu melindungi anak dalam jasmaniyah dan rohaniahnya.

2)     Menjadi teladan, Pendidik selalu menjadi teladan pada anak didik.

3)     Pusat mengarahkan fikiran dan perbuatan, Pendidik selalu mengikut sertakan anak didik dengan apa yang dipikirkan baik yang menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang dipikirkan

4)     Penciptaan perasaan bersatu, Untuk memiliki perasaan bersatu anak harus dibiasakan hidup didalam lingkungan yang teratur.

Dalam interaksi belajar murid dengan guru adalah hubungan yang sengaja antara pendidik dan peserta didik dengan fokus proses pembelajaran pada kegiatan murid di dalam bentuk grup, individu dan kelas. Selain itu juga ada partisipasi didalam proyek, penelitian pendidikan, penemuan dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imajinasi guru.

Pada hakikatnya intereaksi belajar murid dengan guru adalah proses humanisasi pendidikan menuju kedewasaan, namun realitas sering terjadi degredasi dari makna idealnya. Pembaruan, revolusi, revormasi dan kontruksi dalam bidang pendidikan semakin banyak dibicarakan, alhasil sekarang muncul beberapa alternatif baru yang diharapkan dapat memberikan konstribusi signifikan.

PP No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interakttif, inspiratif, menyenangakan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, serta kemandirian sesuai sengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis  peserta didik.  Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaran yang melibatkan segenap potensi pembelajaran yang menjadi salah satu alternatif tersendiri dan memberikan signifikansi positif di tengah-tengah keterpurukan dunia pendidikan dewasa ini, ditambah dengan munculnya UU guru dan dosen baru-baru ini.

Pada dasarnya guru sudah banyak yang memahami bahwa penerapan masih banyak kendala dan persoalan tekhnis. Interaksi belajar murid dengan guru merupakan pembelajaran yang memungkinkan murid mampu melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja. Hal semacam itu dapat menjadikan sebagai sumber belajar sekaligus membantu peran guru bagi murid.

Untuk lebih mengoptimalkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan materi PAI tetap dipengaruhi adanya kurikulum, dukungan fasilitas belajar, kesiapan peserta didik dan juga sukap guru yang kreatif dan kemauan mengadakan improfisasi.

Interaksi di dalam dunia pendidikan merupakan komponen penting dan tidak terpisahkan dalam interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar.  Pembelajaran dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Proses rasionalisasi, enkulturasi dari upaya menanggulangi pengaruh negatif dan patologi sosial lainnya membutuhkan kepatuhan para murid dalam mencapai keberhasilan dari  tujuan pendidikan melalui proses pembinaan dan sosialisasi penerapan norma-norma di sekolah.

Untuk menumbuhkan interaksi Murid di dalam sekolah diperlukan adanya motifasi baik berupa angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui. Ketika salah satu atau keseluruhan cara tersebut diterapkan maka seorang murid dapat dan mau untuk melakukan kegiatn belajar. Tugas pendidikan terutama dalam dunia sekolah adalah untuk mengembangkan kemampuan pro-aktif murid. Jika dimensi proaktif murid dalam belajar meliputi moral, etika, tingkah, tanggung jawab dan cara hidup Islami maka murid yang aktif akan memiliki ketangguhan sebagai Insan yang Islami sebab hal ini muncul karena adanya pendidikan di sekolah.

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Guru dengan Murid    

            Faktor yang mempengaruhi interaksi murid dengan guru dalam lingkungan sekolah maupun secara umum dapat penulis sajikan sebagai berikut :

a.      Faktor pemahaman guru terhadap interaksi edukatif

Kemampuan guru dalam memahami tingkah laku murid adalah satu faktor yang menentukan interaksi diantara mereka. Hal ini kiranya akan dapat mewujudkan bila ditopang oleh tingkat pendidikan guru yang memadai. Karena untuk dapat mengadakan interaksi merespon tingkah laku murid, maka tingkah laku murid itu akan dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan dan ciri-ciri guru itu sendiri, walaupun masih banyak hal yang ikut mempengaruhinya. Dalam hubungan dengan interaksi educatif ini Siti Partini Suardiman membagi teori ketertarikan menjadi tiga antara lain yaitu :

a)     Teori Cognitive, Teori ini menekankan bahwa proses berfikir adalah dasar yang menentukan tingkah laku. Theodore new comb menyambut dengan teori balanced yaitu jika seseorang menyukai lainya dan jika mereka keduanya saling menyukai dapatlah dikatakan bahwa hubungan tersebut balanced atau seimbang. Hubungan antara pribadi yang baik dilandasi oleh adanya persetujuan dasar kesamaan pandangan tentang orang lain, tempat atau benda.

b)     Teori Reinforcement, Penguatan atau stimulus atau respon adalah teori yang berakar pada teori yang menginterprestasikan keterkaitan sebagai respon yang dipelajari.

c)     Teori Interaktienist, Teori ini menyebutkan bahwa seseorang tertarik pada orang lain karena keterkaitan pada pribadi sebagai suatu konsep.

Ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa orang dapat tertarik pada seseorang bila terjadi hubungan yang baik antara kedua belah pihak yaitu guru dan murid, tegasnya pergaulan murid dengan guru akan dapat terjalin dengan baik bila guru memahami arti penting interaksi educatif, juga guru harus selalu membimbing dan menanamkan nilai pentingnya keakraban.

b.     Faktor Kepribadian guru

Guru adalah suri tauladan bagi seluruh murid. untuk itu guru hendaknya selalu mengadakan hubungan baik dengan murid. Dengan begitu murid akan mudah untuk dipengaruhi dan cenderung untuk mewujudkan keakraban. Baik itu dengan teman atau gurunya. Disini peran guru pun sangat penting karena guru yang memiliki kepribadian baik, terbuka dan mudah menerima orang lain, akan sangat membantu dalam mewujudkan keakraban dengan murid.

Keakraban menurut Bahar Suharto adalah:

Perkembangan manusia yang wajar harus memperhatikan segi individual dari para manusia dalam arti bahwa kepribadian manusia masing-masing merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai struktur dan kecakapan yang khas, oleh karena itu manusia itu merupakan kesatuan, maka kepribadian manusia pun merupakan kesatuan yang berbudi, berkembang dan bertanggung jawab.

Jadi dengan kata lain bahwa guru harus mampu mempertunjukan tata aturan sosial yang kokoh disekolah, yaitu biar terlihat keakraban dengan murid dan terjalin hubungan dengan baik guru selalu membimbing dan mempertunjukan sikap serta tingkah laku yang baik dan konsisten dalam arti yang berubah-ubah dalam situasi dan kondisi tertentu.