Jelaskan sebab-sebab dipilihnya madinah sebagai tujuan hijrah

HIJRAH pengertiannya secara etimologis adalah meninggalkan suatu perbuatan, menjauhkan diri dari pergaulan, pindah dari satu tempat ke tempat lain atau meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain. Hijrah Nabi Muhammad SAW dilakukan pada tahun 622 M dari Makkah ke Madinah. Hijrah itu terjadi karena penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Nabi dan para sahabatnya.

Setelah Rasulullah SAW selesai membaiat pada ‘Aqabah yang kedua, ia mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Mereka pun keluar berhijrah secara berkelompok-kelompok, Rasulullah SAW tetap tinggal di Makkah menunggu izin hijrah dari Allah SWT.

BACA JUGA: Ketika Abu Bakar Sembunyikan Identitas Rasulullah

Orang yang pertama berhijrah dari Makkah ke Madinah adalah Abu Salamah bin Abdul Asad kemudian ‘Amir bin Rabi’ah bersama istrinya Laila. Kemudian ‘Abdullah bin Jahsy, kemudian sahabat-sahabat lain radhiyallahu ‘anhum, secara berkelompok, selanjutnya Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bersama saudaranya Zaid bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah.

Tidak ada yang tinggal di Makkah melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa orang sahabat karena ditawan serta ada faktor lainnya.

Abu Bakar termasuk sahabat yang paling sering meminta kepada Rasulullah supaya diizinkan hijrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar, “Janganlah engkau terburu-buru, wahai Abu Bakar, semoga Allah memberikan kawan yang baik sewaktu kamu hijrah.” Lalu Abu Bakar pun merasa tenang dan berharap kawannya itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beberapa faktor yang memicu hijrah ke Madinah adalah sebagai berikut,

Begitu Rasulullah SAW melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai diarahkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam isi Baiat ‘Aqabah kedua. Yaitu kaum Anshar berjanji akan melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana melindungi anak dan istri mereka.

Dengan kondisi seperti ini, maka beliau ingin mendakwahkan kepada masyarakat lainnya yang mau menerimanya.

BACA JUGA: Abdullah Bin Zubair, Lahir saat Kaum Muslimin Hijrah ke Madinah

Ketika ‘Aisyah radhiyallahu anha ditanya tentang hijrah, beliau berkata,

“Kaum mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama mereka menuju Allah dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.” (HR. Bukhari, no. 3900)

Itulah beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin berhijrah, meninggalkan negeri Makkah menuju negeri yang baru, yaitu Madinah. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan rida Allah. Khabbab radhiyallahu anhu berkata,

“Kami hijrah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari wajah Allah, sehingga ganjaran kami benar-benar di sisi Allah.” (HR. Bukhari, no. 1276)

Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: , paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.


loading...

loading...

Reporter : Ahmad Baiquni

Madinah merupakan kota yang makmur hingga sekarang.

Dream - Di banyak literatur sejarah Islam, disebutkan Rasulullah menjalankan hijrah dengan keluar dari Mekah. Kota yang dituju adalah Yatsrib.

Setiba di Yatsrib, Rasulullah segera membangun kota itu. Termasuk pula mengubah namanya menjadi 'Madinah Al Munawwaroh' yang berarti 'Kota yang Bercahaya'.

Cara Beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT adalah Membenarkan Ajaran yang Dibawanya

Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dijelaskan Rasulullah pernah bermimpi hijrah dari Mekah ke daerah yang banyak pohon kurmanya. Rasulullah sempat mengira daerah itu adalah Yamamah atau Hajar.

Dugaan Rasulullah ternyata keliru. Allah memerintahkan Rasulullah untuk hijrah menuju sebuah daerah yang dikenal dengan nama Yatsrib.

Lantas, apa yang menjadi sebab Yatsrib yang kemudian dikenal dengan Madinah dipilih menjadi tujuan hijrah Rasulullah?

Masjid Nabawi (Foto: Shutterstock.com)

Dalam sebuah buku yang berjudul “Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Nabi Muhammad SAW” karya Zuhairi Misrawi, disebutkan bahwa Madinah merupakan kota yang dibangun oleh orang-orang yang melarikan diri dari tempat asalnya. Faktornya ada beragam. Mulai dari konflik, maupun alasan ekonomi.

Madinah memang memiliki sejarah yang panjang. Konon, orang-orang yang datang ke wilayah Madinah atau Yatsrib adalah Pengikut Nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir yang dahsyat. Kaum Nabi Nuh yang selamat lari ke Madinah setelah  banjir surut dan mereka telah berada selama 1 tahun 10 hari di atas kapal Nabi Nuh.

Di antara mereka, ada yang bernama Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail bin Iram bin Abil bin Iwadh bin Iram bin Sam bin Nuh As. Kejadian ini diperkirakan terjadi pada tahun 2600 sebelum Masehi. Inilah yang kemudian membuat wilayah Madinah dulunya dikenal dengan nama Yatsrib

Rasulullah kemudian mengganti nama kota Yatsrib menjadi Madinah ketika beliau hijrah ke wilayah tersebut.  Di bawah ini adalah alasan mengapa Rasulullah memutuskan untuk berhijrah ke Madinah.

Penduduk Madinah Memiliki Sikap yang Ramah

Suku Aus dan Khazraj yang bermukim di Madinah saat itu adalah orang-orang yang berasal dari Yaman. Orang-orang Yaman sendiri dikenal adalah orang-orang yang memiliki karakter halus dan perasaan yang lembut.

Ketika rombongan dari Yaman mengunjungi Rasulullah usai Perang Khaibar, Rasulullah berkata “penduduk Yaman datang kepadamu. Mereka  itu lembut hati dan halus perasaan”.

Penduduk Madinah Memiliki Pengalaman Berperang

Suku Aus dan Suku Khazraj, serta komunitas Yahudi Madinah disebutkan tidak pernah akur. Mereka sering melancarkan perang antara satu suku dengan yang lainnya. Jika mereka berperang, perang tersebut berlangsung tidak hanya setahun – dua tahun, namun hingga bertahun-tahun. Disebutkan ada sekitar 10 perang yang dilalui suku-suku di Madinah. Perang awal yang mereka lakukan adalah Perang Sameer dan yang terakhir dalam Perang Bu’ats.

Perang Bu’ats adalah perang yang terbesar dan terjadi sekitar 5 tahun sebelum Rasulullah hijrah. Kedatangan Rasulullah dan Islam di Madinah membuat orang-orang yang tinggal di Madinah bersatu, dan tidak lagi melakukan perang saudara. Kemampuan berperang ini dianggap penting untuk menjaga ajaran agama Islam pada masa itu.

Ada Hubungan Darah Antara Penduduk Madinah dengan Rasulullah

Ketika kecil, ibunda Rasulullah, Siti Aminah pernah mengajak Rasulullah berkunjung ke Madinah. Saat itu, Siti Aminah mengajak Rasulullah Muhammad untuk berziarah ke makam Sayyidina Abdullah, yang merupakan suami beliau dan sekaligus ayah dari Rasulullah. Siti Aminah juga mengajak Rasulullah untuk berkunjung ke sanak saudaranya di Madinah yang merupakan anggota dari Bani Najjar.

Madinah Memiliki Letak yang Strategis

Letak geografis Madinah dianggap strategis. Madinah sendiri saat itu memiliki wilayah yang terjal di bagian timur dan barat. Wilayah ini terdiri dari dataran yang tinggi, sedang dataran rendahnya dipenuhi dengan bebatuan yang keras. Kondisi geografis ini diperkirakan akan membuat siapapun sulit memasuki kota Madinah.

Wilayah yang terbuka hanya wilayah di sisi utara Madinah. Karena itulah saat Perang Khandaq terjadi, Salman Al Farisi mengusulkan kepada Rasulullah agar umat Islam membangun parit di sepanjang utara Madinah. Tujuan dibangunnya Parit ini adalah untuk menghalangi musuh masuk ke Kota Madinah.

Jakarta - Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam secara terang-terangan mendapatkan perlawanan keras dari kaum Quraisy. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hijrah ke Madinah.

Peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tak lepas dari gangguan kaum Quraisy terhadap umat Islam. Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah oleh Abdul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi, berikut beberapa alasan mengapa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hijrah:

1. Siksaan Quraisy terhadap umat Islam

Rasulullah SAW menyaksikan bencana yang menimpa para pengikutnya. Bahkan, banyak di antara mereka yang disiksa dalam keadaan hidup. Sedang beliau tidak mampu melindungi mereka.

Lalu, beliau berkata kepada mereka, "Seandainya kalian pergi ke negeri Habsyah. Sesungguhnya, di sana terdapat seorang raja yang tidak akan dianiaya orang yang ada di dekatnya. Negeri Habsyah ialah tanah kebenaran. Kalian sebaiknya berada di sana hingga Allah memberikan kelapangan bagi kalian."

Atas seruan Rasulullah SAW tersebut, akhirnya sekelompok umat Islam yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan pergi ke negeri Habsyah. Ini adalah hijrah pertama umat Islam. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Mazh'un.

2. Serangan dan gangguan kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW

Alasan kedua mengapa Nabi Muhammad dan para sahabatnya hijraj adalah kaum Quraisy melakukan berbagai upaya untuk menghalangi Rasulullah SAW dalam dakwahnya. Mereka tidak berhasil membuat para pemuda yang masuk Islam untuk kembali pada mereka, sementara dakwah Rasulullah SAW juga tidak mengendur. Maka, mereka membujuk orang-orang bodoh di kalangan mereka untuk mendustakan, menyakiti, mengirimkan sihir, dan tenung perdukunan kepada Rasulullah SAW.

3. Kepentingan dakwah Islam dan meringankan beban Rasulullah SAW

Dalam Sirah Nabawiyah dikatakan bahwa alasan lain yang melatarbelakangi hijrahnya umat Islam ke Mekkah disebabkan oleh kepentingan dakwah Islam. Selain itu, juga menjadi salah satu upaya meringankan beban Rasulullah SAW.

Dari orang yang hijrah dapat diketahui luasnya daerah kemanusiaan, jenis-jenisnya, serta ketercakupannya pada berbagai tingkat dan status sosial masyarakat Mekkah. Ada orang kaya dan miskin, orang tua dan anak-anak, laki-laki dan perempuan di mana mereka merupakan penduduk asli Mekkah.

Hal tersebut menunjukkan dahsyatnya pengaruh, kekuatan, dan kesempurnaan dakwah yang dibawakan Rasulullah SAW.

4. Adanya Baiat dari Kaum Anshar (Madinah)

Sebelum melakukan hijrah untuk kedua kalinya, terjadi baiat dari penduduk Madinah sebanyak dua kali. Baiat pertama terjadi di Bukit Aqaba yang diikuti oleh 13 orang. Mereka berikrar untuk memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut disebut dengan Perjanjian Aqabah I.

Lalu, pada tahun 622 M, terjadilah baiat yang kedua atau dikenal dengan Perjanjian Aqabah II. Beberapa riwayat mengatakan baiat ini diikuti oleh 73 orang. Rasulullah SAW meminta baiat kepada kaum Anshar untuk membela Islam dan melindungi beliau serta para pengikutnya. Kemudian, beliau memerintahkan para sahabat dan umat Islam di Mekkah untuk pergi ke Madinah.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya, Allah 'Azza wa Jalla telah memberikan saudara-saudara untuk kalian di negeri yang aman." Atas perkataan tersebut, mereka berbondong-bondong menuju Madinah. Sementara, Rasulullah SAW tetap tinggal di Mekkah hingga menunggu izin Allah SWT untuk hijrah.

Namun, hijrah yang kedua ini mendapatkan tekanan yang lebih parah dari kaum Quraisy dibandingkan saat hijrah pertama kali. Dikutip dari buku Hijrah dalam Pandangan Al Quran oleh Ahzami Samiun Jazuli, ketika bertemu kembali dengan Raja Najasy, mereka mendapat perlakuan yang berbeda dari yang pertama.

Adapun kaum muslimin yang turut dalam hijrah kedua lebih banyak dari sebelumnya. Ibnu Ishak menjelaskan, bahwa mereka berjumlah 83 laki-laki termasuk Amr bin Yasir. As-Suhaili mengatakan bahwa itulah pendapat terkuat yang diriwayatkan oleh ahli sejarah seperti Waqidi, Ibnu Uqbah, dan lainnya.

Selain keempat alasan di atas, wafatnya dua orang terdekatnya yakni Siti Khadijah dan Abu Thalib juga menjadi sebab mengapa Nabi Muhammad dan para sahabatnya hijrah ke Yastrib atau Madinah. Tepatnya pada 13 tahun pasca kenabian.

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Mesjid Baru di Markas Partai"


[Gambas:Video 20detik]
(erd/erd)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA