Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi

Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi

Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi
Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi anak melukis dan menggambar

KOMPAS.com - Menggambar merupakan salah satu kegiatan seni rupa yang menyertakan aktivitas cipta, rasa, dan karsa yang diwujudkan dalam bentuk karya dua dimensional.

Menggambar obyek alam merupakan salah satu inspirasi yang bisa dilakukan.

Karena obyeknya ada di sekitar kita, hal yang paling mudah di jumpai adalah flora, fauna dan alam bebas seperti gunung, pantai, atau sungai.

Dikutip dari buku Menggambar Sebuah Proses Kreatif (2002) karya Francis Dk Ching, definisi menggambar adalah membuat goresan-goresan di atas permukaan yang secara grafis menunjukkan kemiripan mengenai sesuatu.

Dalam proses menggambar, kita menciptakan realitas yang terpisah yang setara dengan pengalaman-pengalaman kita.

Penyajian secara grafis yang demikian adalah cara yang vital untuk mencatat hasil observasi, memberi bentuk pada apa yang kita visualisasikan, dan mengkomunikasikan berbagai pemikiran dan konsep yang kita miliki.

Baca juga: Jenis Tari Modern

Obyek menggambar

Menggambar tidak hanya mengandalkan imajinasi, tapi kadang memerlukan obyek. 

Keanekaragaman flora dan fauna serta alam benda dapat menjadi sumber inspirasi dan sering menjadi obyek dalam menggambar.

Dikutip dari buku Biogeografi (2002) karya Erni Suharini, menjelaskan mengenai pengertian flora, yaitu semua jenis tumbuhan yang merupakan kekayaan alam suatu tempat atau inventaris kekayaan tumbuhan suatu tempat (misalnya: Flora fauna Nusa Tenggara, dan lain-lain).

Lalu pengertian fauna adalah kekayaan jenis hewan disuatu tempat tertentu mencakup segala hewan tidak bertulang atau avebrata dan bertulang punggung atau vertebrata.

Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi

Perbesar

Ilustrasi melukis | Photo by bongkarn thanyakij from Pexels

Unsur Seni Rupa Bidang

Ketika suatu bentuk memperoleh kedalaman dan menjadi tiga dimensi, maka ia bisa disebut dengan unsur seni rupa bidang. Dalam hasil karya seni rupa dua dimensi, bidang terbentuk karena pertautan garis yang membatasi suatu bentuk.

Unsur seni rupa bidang sendiri memiliki dimensi panjang dan lebar atau biasa disebut dengan pipih. Jika dilihat dari bentuknya, bidang teridiri dari bidang biomorfosis (organis), bidang geometris, bidang tak beraturan serta bidang bersudut.

Dalam unsur dasar seni rupa, terdapat bidang dasar yakni bidang segiempat, segitiga, lingkaran, trapezium dan sebagainya. Silinder, piramida, dan bola adalah beberapa bentuk bidang 3 dimensi yang lebih umum.

Sebagai sebuah unsur seni rupa, bidang berkonotasi dengan sesuatu yang tiga dimensi dan melingkupi volume, memiliki panjang, lebar, dan tinggi, versus bentuk, yang dua dimensi, atau datar.

Unsur Seni Rupa Ruang

Unsur seni rupa ini dapat dimanipulasi berdasarkan bagaimana seorang seniman menempatkan garis, bentuk, bidang, dan warna. Ruang mengacu pada jarak atau area di sekitar, di antara, dan di dalam komponen sebuah karya.

Ruang bisa positif atau negatif, terbuka atau tertutup, dangkal atau dalam, dan dua dimensi atau tiga dimensi. Terkadang ruang tidak disajikan secara eksplisit dalam sebuah karya, tetapi ilusi darinya. Ruang dalam unsur seni rupa memberikan referensi kepada penonton untuk menafsirkan sebuah karya seni.

Seni rupa 3 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran atau sisi atau memiliki ruang ketiga berupa kedalaman (biasa disimbolkan dengan huruf “z”), berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar saja (x dan y). Misalnya, seni rupa 3 dimensi itu patung, sementara karya 2 dimensi itu lukisan.

Berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya dapat dilihat dari satu sisi (permukaan depannya saja), karya seni rupa 3 dimensi dapat dilihat dari berbagai sisi. Selain menambah sudut pandang yang dapat diambil, hal ini juga tentu memberikan tambahan ruang gerak kreasi. Ruang gerak kreasi tersebut misalnya suatu karya seni rupa 3 dimensi dapat memuat karya 2 dimensi lain di salah satu atau bahkan semua permukaan karyanya.

Perbedaan / Keunikan Karya Seni Rupa 3 dimensi

Selain perbedaan unsur ruang atau jumlah sisi, kata kunci lain dari perbedaan antara karya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi adalah tingkat abstraksi. Seni rupa 2d memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi, sementara karya 3d memiliki tingkat kerealistikan atau kenaturalan yang lebih tinggi.

Mudahnya, 2d itu lebih kekartun-kartunan, sementara 3d itu sangat realistis, sama dengan keadaan dunia kita yang memang sudah diamini memiliki tiga dimensi. 3d adalah dunia yang kita singgahi sehari-hari, sementara 2d berada di ranah imajiner yang lebih tinggi dan membutuhkan daya imajinasi yang lebih tinggi pula untuk menikmatinya.

Namun dibalik kelebihan seni rupa 3d yang lebih realistis dan dekat dengan kita sebagai penghuni alam 3d, hal ini juga menimbulkan kekurangan. Sesuatu yang terlalu realistis dapat menjadi sangat biasa dan diabaikan oleh pemirsa. Karena sifatnya terlalu sehari-hari sehingga kurang menjadi pusat perhatian.

Seni rupa 2 dimensi menitikberatkan pada penghayatan dan daya imajinasi yang lebih untuk mengapresiasinya. Sehingga daya apresiasi audiens akan jauh lebih tinggi dan dapat dengan mudah terpancing untuk tergerak hatinya dalam menciptakan suatu penafsiran pesan atau makna karya.

Karya seni rupa 3 dimensi tidak mendapatkan kelebihan tersebut. Sehingga akan lebih sulit untuk dipahami esensi artistiknya, terutama dalam ranah keindahan batin. Maka membutuhkan ketelitian khusus agar karya dapat memancing penikmatnya untuk menjadi lebih imajinatif.

Misalnya, patung cenderung dibuat menjadi sangat monumental (lebih besar) agar menjadi lebih standout dari hal sehari-hari. Seni patung klasik juga tidak pernah diwarnai dan dibiarkan memancarkan tekstur asli bahannya agar tidak terlalu realistik dan memiliki citra pemancing imajinasi yang setara dengan karya 2d.

Misalnya, coba lihat bagaimana patung Garuda Wisnu Kencana di bawah ini berukuran sangat besar dan monumental, hingga menyamai ukuran gedung perkantoran, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.

Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi

Karya-karya 3d juga banyak mengaplikasikan bentuk-bentuk geometris yang simetris untuk “menyaingi” keindahan alam yang serba organik. Tentunya, hal tersebut lagi-lagi diharapkan akan mengundang daya apresiasi lebih dari para penikmat karya. Seperti bagaimana gedung perkantoran sering dibuat berdasarkan bentuk geometris saja dan tidak dibuat natural seperti alam.

Contoh Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Dari pemahaman diatas, akan mudah bagi kita untuk membedakan mana karya 2d dan mana yang 3d. Lukisan tentunya dapat langsung dicoret dari contoh karya ini, sementara seni patung otomatis masuk kedalamnya. Beberapa contoh karya seni rupa 3d adalah sebagai berikut.

  1. Seni Patung. Merupakan karya seni rupa yang diciptakan dari bahan bervolume seperti batu, kemudian dapat dipahat atau dicetak untuk membentuk karya yang diinginkan.
    Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi
  2. Seni Instalasi. Karya yang memanfaatkan ruang dan tidak membedakan seni berdasarkan dimensinya, artinya seni instalasi dapat terdiri dari beberapa patung, objek non seni, lukisan, dsb yang membutuhkan pemasangan atau penyusunan untuk menjadi kesatuan yang utuh.
    Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi
  3. Arsitektur. Arsitektur adalah seni membuat bangunan hingga ke lingkungan sebagai sarana maupun prasarana kehidupan manusia dari segala aspek, baik tempat istirahat dan berlindung maupun untuk beraktivitas.
    Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi
  4. Seni Kriya. Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang kebanyakan dibuat sebagai alat terapan yang membantu kehidupan sehari-hari. Misalnya poci dan cangkir untuk alat rumah tangga, furnitur seperti meja dan kursi, hingga ke wayang golek untuk seni pertunjukan.
    Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi
  5. Environmental Art (Seni Lingkungan). Suatu wahana besar yang terintegrasi disebuah lingkungan (terdiri dari banyak bangunan dan penunjangnya) yang dirancang sedemikian rupa untuk menjadi satu kesatuan seni. Contohnya:, taman impian jaya ancol, kampung bambu, dsb.
    Jelaskan pengalaman kalian dalam proses menggambar 3 dimensi

Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Jenis-jenis yang terdapat pada seni rupa 3 dimensi masih sama dengan apa yang ada pada seni rupa 2 dimensi. Selain dapat dibagi berdasarkan dimensinya (2d dan 3d) seni rupa juga dapat dibagi berdasarkan fungsi dan temanya.

Berdasarkan fungsi, terdapat dua jenis seni, yaitu seni rupa terapan atau applied art dan seni rupa murni (fine art). Seni rupa terapan dibuat dengan tujuan yang lebih mengutamakan fungsi dan kenyamanan penggunannya. Sementara seni rupa murni adalah karya yang dibuat hanya untuk keindahan atau unsur estetis lainnya saja.

Sementara itu, tema adalah gagasan pokok dari suatu karya seni. Misalnya, karya seni tema cinta, relijius, lingkungan, hidup dan mati, dsb. Tema tidak selalu tampak secara kasat mata (eksplisit) justru malah lebih tampak secara tersirat (implisit).

Misalnya, tema lingkungan secara eksplisit dapat diidentifikasi dengan adanya objek-objek natural (alam) seperti flora, fauna dan pemandangan alam. Namun suatu karya tema ini justru dapat memuat objek-objek yang bertentangan dengan keindahan alam. Walaupun begitu, pesan yang ingin disampaikan oleh seniman masih sama, yaitu kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

Nilai Estetis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif. Nilai estetis objektif memandang keindahan sebuah karya seni rupa berada pada karya seni itu sendiri secara eksplisit atau kasat mata.

Selain itu pandangan bersifat objektif akan menilai bagaimana keindahan fisik karya tersebut jika dinilai berdasarkan efektifitas penerapan unsur dan prinsip seni rupa yang digunakan. Keindahan semacam ini tersusun dari komposisi yang baik, perpaduan warna harmonis, penempatan objek yang seimbang dan tampak menyatu, dsb.

Sedangkan secara subjektif, keindahan ditentukan oleh selera penikmatnya. Misalnya ketika seseorang melihat karya abstrak, ia tidak dapat menemukan nilai estetis dari penataan unsur rupa pada karya tersebut dan menganggap karya itu jelek dan terlalu mudah untuk dibuat. Ia merasa anak kecil pun sanggup membuat karya seperti itu.

Meskipun terasa sangat nyata, namun sayangnya penilaian tersebut sangatlah tidak kritis. Sebelum menghakimi suatu karya buruk, nilai dulu secara objektif. Jika unsur dan prinsipnya memang tidak menunjukkan karya yang baik, maka mulai cari sisi lain seperti apa konsep dibalik karya tersebut. Beberapa orang akan lebih menyukai karya abstrak dan merasa karya realistik justru terlalu menjemukan dan biasa saja.

Pandangan berbeda seperti itulah yang disebut dengan pandangan subjektif. Kecantikan itu relatif, orang Indonesia kebanyakan menyukai kulit putih, namun orang barat justru lebih tertarik terhadap warna kulit gelap seperti yang kita miliki.

Proses Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi

Pembuatan karya seni rupa tiga dimensi tentunya dilakukan berdasarkan suatu proses berkarya. Tahapan ini berbeda, tergantung dari karakteristik bahan, teknik, dan alat yang digunakan untuk mewujudkan suatu karya tersebut.

Baca juga: Seni Patung: Pengertian, Fungsi, Teknik, Alat & Bahan

Namun secara model umum, tahapan dalam berkarya seni 3 dimensi masih sama seperti karya seni lain pada umumnya. Yaitu, dimulai dengan motivasi untuk berkarya. Motivasi tersebut dapat dibangun atau berasal dari dalam maupun luar diri senimannya.

Misalnya, seniman sudah memiliki ide atau gagasan dan alasan falsafah kenapa ia ingin menciptakan karyanya. Atau justru mendapatkan inspirasi dari pemandangan alam ata ubenda yang ada disekitarnya. Ide atau gagasan berkarya seni rupa 3d dapat diperoleh dari beragam sumber yang berbeda.

Setelah itu, dilanjutkan pada tahap pemilihan bahan, media, alat dan teknik yang dikuasai atau justru ingin dicoba dalam nama eksplorasi sekaligus latihan. Tentunya menggambar sketsa juga merupakan salah satu pokok dasar dari proses berkarya, baik karya seni rupa, desain, maupun seni rupa 3 dimensi.

Referensi

  1. Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya: Yogyakarta, MSPI.
  2. Sedyawati, Edi dkk. (1983). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia.
  3. Zackaria Soetedja, dkk. (2017). Seni Budaya untuk SMA/SMK/MAK kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.