Jelaskan menurut kalian mengapa kerajaan sriwijaya dikenal sebagai pusat agama buddha?

Pusat agama Buddha Selain menjadi pusat perdagangan, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat ilmu dan agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Apa buktinya bahwa Sriwijaya sebagai pusat pendidikan agama Buddha?

Bukti Bukti Yang Menunjukkan Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Agama Budha. -> Adanya Prasasti Nalanda Di Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Nalanda ini Berisikan/menceritakan tentang Raja Sriwijaya, yaitu Balaputra Dewa yang Mengirimkan Pelajar Pelajar Ke India.

Tuliskan di kerajaan manakah pusat pembelajaran agama Buddha di Indonesia?

Berdasarkan catatan I-tsing, Sriwijaya merupakan rumah bagi sarjana Buddha, dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.

Apa peranan kerajaan Sriwijaya bagi agama Buddha?

Sriwijaya pernah dikenal sebagai kerajaan maritim yang besar. Kerajaan ini juga pernah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan pengajaran bahasa Sansekerta. Dari abad ke-7 hingga permulaan abad ke-11 Masehi, Kedatuan Sriwijaya merupakan pusat pengajaran agama Buddha.

You might be interested:  Ciri Murid Yang Baik?

Dimana letak kerajaan Sriwijaya dan jelaskan mengapa Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perkembangan agama Budha *?

Diketahui bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim bercorak Hindu – Buddha yang terbesar di Indonesia. Sriwjaya berdiri sekitar abad ke-7 M dan terletak di tepi sungai Musi Palembang, Sriwijaya terkenal sebagai pusat pengajaran agama Buddha di Asia Tenggara.

Siapa pendeta Budha yang terkenal?

Pendeta yang terkenal adalah Sakyakirti.

Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M).

Alasan berikutnya mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim yaitu adanya penguasaan lautan atau wilayah perairan yang luas dari Kerajaan Sriwijaya ini. Gambar kapal bercadik Ganda pada salah satu arcanya dengan jelas menunjukan bahwa alat transportasi perairan ini merupakan alat transportasi utama mereka.

Bagaimana peranan Sriwijaya sebagai pusat penyebaran agama Hindu Buddha di Indonesia?

Kerajaan sriwijaya merupakan salah satu kerajaan budha tertua di nusantara. Karajaan sriwijaya terkenal dengan kerajaan maritim yang mebuat kerjaan tersebut menjadi pusat persebaran agama budha di asia tenggara saat itu karena lokasinya yang sangat strategis.

Kerajaan apa yang dijadikan sebagai pusat pendidikan agama Budha se Asia Tenggara di Indonesia?

Pada masanya Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Bagaimana perkembangan agama Buddha di Indonesia?

Agama Buddha sendiri telah masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Proses penyebaran Agama Buddha di Indonesia dimulai melalui perdagangan melalui jalur laut. Hal ini dapat dilihat pada catatan sarjana dari China bernama I-Tsing ketika beliau melakukan perjalanan ke India dan Nusantara.

Berapa persen agama Buddha di Indonesia?

Dikutip dari tirto.id, pada sensus terakhir Badan Pusat Statistik, yaitu pada 2010, jumlah penduduk yang beragama Buddha 1,7 juta jiwa atau sekitar 0,72 persen dari populasi.

Apa sajakah peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya?

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

  • Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?
  • Prasasti Kedukan Bukit.
  • Prasasti Kota Kapur.
  • Prasasti Telaga Batu.
  • Baca juga: Prasasti Kedukan Bukit: Sejarah, Isi, dan Artinya.
  • Prasasti Karang Berahi.
  • Prasasti Palas Pasemah.
  • Prasasti Talang Tuo.

Bagaimanakah kedudukan kerajaan Sriwijaya dalam penyebaran agama Budha di Nusantara dan Asia Tenggara?

Sriwijaya juga diketahui sebagai pusat pengembangan agama Buddha di nusantara. Jawabannya adalah karena letak Sriwijaya sangat strategis dan mempertemukan Jemaah agama Buddha yang berangkat dari Cina ke India dan dari India ke Cina.

Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Buddha serta pengajaran bahasa Sanskerta di tingkat internasional. Hal ini disebabkan karena adanya biksu terkenal yang bernama Sakyakirti dan Dharmakirti. Kedua biksu ini merupakan biksu yang berperan besar dalam mengajarkan agama Buddha di Sriwijaya. Sakyakirti dan Dharmakirti hidup di zaman yang berbeda. Sakyakirti hidup pada abad ke-8 Masehi, sedangkan Dharmakirti hidup pada abad ke-11 Masehi. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah C.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar bercorak Buddha yang pernah ada di Nusantara. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sejak abad ke-7 masehi dan runtuh pada abad ke-13 masehi. Di masa kejayaanya, Sriwijaya harum terdengar hingga ke luar Nusantara. 

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya berlangsung pada abad ke-9 masehi ketika Raja Balaputradewa berkuasa. Kejayaan kerajaan ini ditandai dengan ramainya lalu lintas perdagangan di Sumatera. Selain itu, kejayaan lain yang menjadi khas Sriwijaya adalah kepeduliaanya terhadap pendidikan dan agama Buddha. Sriwijaya pada masanya pernah menjadi salah satu pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha. Hal ini terbukti melalui berita dari China, ditulis oleh I-Tsing pada tahun 671 masehi. Dalam tulisannya, I-Tsing menyebutkan bahwa ketika ia tengah berjalan menuju India untuk memperdalam agama Buddha, I-Tsing sempat singgah di Sriwijaya dan melihat Sriwijaya sebagai pusat, selain India, bagi pendidikan dan agama Buddha. Beberapa tokoh terkemuka seperti Sakyakirti dan Dharmakirti adalah biksu tinggi yang luas pemahaman agama Buddhanya.

Beberapa bukti lain yang juga mendasari asumsi bahwa Sriwijaya peduli dengan pendidikan dan agama Buddha adalah penemuan Prasasti Nalanda, di India. Prasasti ini menerangkan telah dibangunnya asrama bagi para pembelajar dari Sriwijaya untuk mendalami pendidikan dan agama Buddha. 

Jadi, opsi jawaban paling benar adalah E.

tirto.id - Sejarah Kerajaan Sriwijaya menjadi bukti bahwa agama Buddha pernah besar di Indonesia. Selain sebagai kerajaan penganut Buddha pertama di Nusantara, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengajaran ajaran yang dirintis oleh Sidharta Gautama ini. Selain itu, lokasi Kerajaan Sriwijaya juga masih kerap diperdebatkan.

Pada abad ke-7 Masehi, Kerajaan Sriwijaya muncul setelah adanya kota-kota perdagangan di wilayah Sumatera. Saat itu, wilayah pantai Sumatera terkenal dengan keramaiannya karena merupakan salah satu jalur perdagangan. Namun, lokasi tepatnya kerajaan ini belum diketahui kendati konon pernah berpusat di Palembang.

Paul Michel Munoz dalam Early Kingdoms of the Indonesian Archipelagoand the Malay Peninsula (2006) mengungkapkan, salah satu alasan mengapa keberadaan Sriwijaya sangat sulit dipastikan adalah karena banyaknya nama yang dikait-kaitkan dengan penyebutan kerajaan ini.

Terdapat beberapa penyebutan untuk Sriwijaya. Dalam bahasa Sanskerta disebut sebagai Yavadesh atau Javadeh. Lalu, bangsa Cina menyebutnya Shih-li-fo-shih, San-fo-ts’I, atau San Fo Qi. Adapun para saudagar Arab memanggilnya Zabaj.

Baca juga:

  • Kejamnya Sultan Samudera Pasai dan Serbuan Majapahit
  • Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga
  • Ketika Serambi Mekkah Diperintah Para Sultanah

Melacak Jejak Kerajaan Sriwijaya

Salah satu petunjuk yang menguatkan keberadaan Sriwijaya adalah Prasasti Ligor. Prasasti ini berbahasa Sanskerta, ditulis pada 775 M, dan terdapat penghormatan terhadap raja-raja Sriwijaya, seperti Sriwijayendraraja, Sriwijayeswarabhupati, dan Sriwijayanrpati.

Petunjuk lain mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya dapat ditelusuri dari catatan seorang pendeta dari Cina pada masa Dinasti Tang di abad ke-7 bernama I Tsing. Menurut penelitian Gabriel Ferrand bertajuk L’Empire Sumatranais de Crivijaya (1922), I Tsing menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.

Nia Kurnia dalam Kerajaan Sriwijaya: Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya (1983) meyakini bahwa catatan I Tsing harus mendapat tempat sebagai sumber informasi terpenting tentang Kerajaan Sriwijaya.

Berangkat dari pendapat tersebut, ada salah satu catatan I Tsing mengenai Sriwijaya.

“Banyak raja dan kelapa suku di pulau-pulau Laut Selatan memuja dan percaya (pada Buddhisme), dan hati mereka penuh tekad menghimpun perbuatan baik. Di kota berbenteng Bhoga, bhiksu-bhiksu Buddhis berjumlah lebih dari seribu dan pikiran mereka terarah pada pengetahuan dan karya yang baik. Mereka meneliti dan mempelajari segala perkara yang sama seperti di Kerajaan Tengah (Tiongkok), peraturan dan upacara tidak jauh berbeda. Kalau seorang bhiksu Cina ingin pergi ke barat untuk mendengarkan (ajaran) dan membaca (teks asli) sebaiknya dia tinggal di sini satu dua tahun dan berlatih menjalankan peraturan yang tepat lalu meneruskan perjalanan ke India Tengah."

Masih ada lagi bukti yang menyatakan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, yakni Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang. J.G. Casparis dalam Indonesian Palaeography (1975) mengungkapkan bahwa prasasti ini berangka tahun 682 atau masih dalam perjalanan abad ke-7 M.

Baca juga:

  • Benarkah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Fiktif Macam Kata Ridwan Saidi?
  • Mengapa Negara Majapahit Bubar?
  • Ratu Pramodhawardani: Kawin Beda Agama, Menganjurkan Toleransi

Sriwijaya Pusat Agama Buddha

Kemaharajaan Sriwijaya dikenal sebagai negeri bahari juga merupakan pusat pembelajaran agama Buddha terbesar di Asia Tenggara. Saat itu, Sriwijaya banyak dikunjungi oleh para biksu dari berbagai negara. Prasasti Ligor merupakan tanda petilasan Buddha telah dibuat di wilayah Sriwijaya.

Agama Buddha memiliki dua mazhab, Mahayana dan Hinayana. Dalam beberapa sumber tertulis dan arca yang ditemukan menyebutkan bahwa ajaran Buddha yang berkembang di Sriwijaya adalah Buddha Mahayana.

Kerajaan Sriwijaya dapat dikatakan sebagai pusat kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan agama Buddha. Para biksu dari berbagai penjuru datang dan tinggal di kerajaan ini dalam waktu yang lama untuk mempelajari ajaran Buddha.

Terkenalnya Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran ajaran Buddha tidak lepas dari peran Dharmakrti. Ia adalah biksu tertinggi di Kerajaan Sriwijaya yang memiliki pengetahuan luas tentang ajaran Buddha. Bahkan, Dharmakrti pernah menyusun kritik terhadap isi kitab Abhisamayalamkara.

Baca juga:

  • Gajah Mada dan Kontroversi Dalang Pembunuhan Raja Majapahit
  • Sejarah Kerajaan Majapahit: Pemimpin Lemah, Negara Punah
  • Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung

Dikutip dari situs resmi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, keilmuan Dharmakrti yang tinggi membuat seorang biksu dari Tibet yang bernama Atisa (Dipamkararsjnana) datang ke Sriwijaya untuk berguru kepadanya pada 1011 hingga 1023 M.

Setelah menjadi kerajaan besar dan pusat ajaran Buddha selama puluhan bahkan ratusan tahun, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran, salah satunya lantaran invasi Kerajaan Chola dari India Selatan pada 1025 M.

Selain itu, munculnya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara dan sekitarnya seperti Siam (Thailand) dan Singasari (Jawa bagian timur) juga semakin menggerus kejayaan Sriwijaya. Hingga akhirnya, Sriwijaya hancur pada 1377 M seiring dengan kemunculan dan semakin besarnya Kerajaan Majapahit.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN SRIWIJAYA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA