Jelaskan kebutuhan unsur hara tanaman dengan sistem hidroponik

Merupakan metode atau cara tanam yang tidak menggunakan tanah merupakan definisi dari hidroponik itu sendiri. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman ini berasal dari air, yang dimana segala kebutuhan dari tanaman itu sendiri berasal dari sana.

Hidroponik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, dimana kata hidroponik terbagi menjadi dua suku kata, yakni “hidros” dan “ponos” Hidros (hydro dalam bahasa inggris) artinya air, sedangkan Ponos (ponic dalam bahasa inggris) artinya mengerjakan. Jadi secara istilah bahasa, hidroponik adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan air sebagai medianya.

Jadi yang membedakan metode bercocok tanam hidroponik dengan bercocok tanam konvensional adalah pada media bercocok tanamnya. Pada hidroponik kita menggunakan media air, sedangkan pada metode konvensional kita menggunakan tanah. Sehingga bisa dibilang termasuk kedalam inovasi perkembangan teknik bercocok tanam yang modern.

Ternyata teknik menanam yang satu ini sudah dikenal sejak dahulu, tepatnya sejak tahun 1627. Saat itu terdapat tulisan dari Francis Bacon yang menuliskan tentang hidroponik, ia menjelaskan bahwa tanaman juga bisa ditanam dengan media lainnya selain tanah yaitu menggunakan media air.

Baru di tahun 1699 dilakukan penelitian yang lebih lengkap tentang ini, yang saat itu dilakukan oleh John Woodward. Namun hasilnya berbeda, hasil dari tanaman yang ditanam dengan hidroponik ini lebih bagus dengan menggunakan air yang keruh dibanding air yang bersih/jernih.

Maka dari itu Ia menyimpulkan bahwa air yang digunakan untuk menanam tanaman tidak memiliki cukup nutrisi untuk membuat tanaman itu menjadi subur.

Pada tahun 1842 penelitian semakin ditingkatkan, ternyata dari hasilnya ditemukan 9 elemen nutrisi yang diperlukan oleh tanaman supaya tanaman tersebut menjadi subur. Peneliti yang menemukan hal itu adalah Julius von Sachs dan Wilhelm Knop.

Kemudian dibuatlah nutrisi yang di dalamnya terdapat 9 elemen nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, yang berupa larutan. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1859-1865.

Penelitian tersebut akhirnya menjadi cikal bakal munculnya hidroponik, karena masih ada elemen lainnya selain tanah yang mampu menjadi pengganti unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut.

Cara Menerapkan Hidroponik

Cara menerapkan tidaklah sulit, bahkan tergolong sangat mudah. Sehingga sudah mulai banyak diterapkan secara luas. Meskipun begitu, mulanya hidroponik sebenarya masih diterapkan sebatas untuk mengatasi permasalahan bercocok tanam saja. Jadi dari sekian banyak penelitian di atas, mulanya ditujukan untuk mencari cara agar tetap bisa berocok tanam di tempat yang tanahnya kurang berkualitas. Seperti misalnya tanah berbatu, tanah berpasir, tanah gersang dan juga tanah tercemar limbah.

Namun seiring berkembangnya waktu, teknik bercocok tanam juga diterapkan lebih lanjut. Khususnya di era modern ini yang mulai muncul masalah keterbatasan lahan tanam dan juga kebutuhan bahan pangan yang tinggi. Sehingga banyak negara yang menerapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebut saja Amerika, Kanada, Negara-negara Arab, bahkan sampai menyebar di Asia. Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang sangat fokus dalam penerapan metode hidroponik modern. Selain itu kemudahan juga jadi salah satu alasan yang mendorong menjamurnya penggunaan metode tersebut.

Nah, mengapa itu bisa mudah? Ya karena tidak membutuhkan lahan luas dan juga perawatan yang rumit. Cukup sesuaikan denga tempatnya lalu lakukan perawatan biasa saja, yakni menyirami rutin dan memanennya berkala. Sudah itu saja. Ngomong-ngomong soal alat dan bahannya cukup sederhana. Kita hanya perlu air, nutrisi hidroponik, benih tanaman dan juga wadahnya saja.

Wadah fungsinya untuk menampung air dan nutrisi sebagai media tumbuh tanaman. Wadah bisa apa saja, mau pakai kit starter hidroponik, perkakas rumah tangga atau bahkan barang bekas pun juga bisa. Untuk tanamannya juga tanaman biasa yang umum ditanam di tanah, khususnya tanaman buah dan sayur. Benihnya bisa membeli benih hidroponik atau benih yang biasa untuk tanaman buah dan sayur urban farming. Nah, khusus untuk nutrisi ini yang sangat penting dan harus khusus. Karena nutrisi berbeda dengan pupuk tanaman tanah. Jadi untuk bercocok tanam hidroponik, sebelumnya kita harus membeli nutrisi terlebih dahulu.

Nutrisi Hidroponik Organik

Cara bercocok tanam dengan air pada akhirnya akan menghasilkan tanaman yang sama bagusnya dengan tanaman yang ditanam dengan menggunakan media tanah.

Hasil penelitian tersebut juga menjadi penegasan bahwa teknik menanam tidak hanya menggunakan tanah saja, tapi bisa menggunakan media lainnya seperti air. Selain itu, teknik ini pun menjadi teknik menanam yang terbilang modern.

Masuk ke abad 19, penelitian dari hidroponik ini semakin meluas karena ditemukan cara budidaya baru yang dinamakan hidroponik, tetapi namanya belum hidroponik. Saat itu nama budidaya tanam yang baru ini masih budidaya perairan atau ada juga yang menyebutnya aquaculture.

Penelitian tersebut ditemukan oleh William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang mencapai 25 cm.

Akhirnya Willian Gericke menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi, media dan hal lainnya tentang hidroponik yang sangat lengkap.

Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini semakin meluas dan berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai banyak digunakan oleh para petani dan orang biasa.

Perkembangan di Indonesia

Lalu bagaimana dengan perkembangan budidaya tanaman di Indonesia?

Baru di tahun 1980 metode hidroponik ini mulai masuk ke Indonesia, dan pada saat itu cara tanam ini diperkenalkan pada masyarakat luas oleh Bob Sadino.

Ia mempopulerkan teknik hidroponik di Indonesia yang saat itu juga sering menjadi narasumber/pakar dalam bidang agribisnis.

Awalnya cara penanaman unik ini hanya dilakukan sebagai hobi atau kecintaan seseorang pada tanaman, yang ingin mencoba menanam tanaman tidak menggunakan tanah.

Bahkan banyak orang yang menggunakan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah, serta menjadi salah satu dekorasi di ruangan yang unik dan menarik.

Namun, lain dulu lain sekarang kini sudah bukan hobi semata, tetapi sudah menjadi cara budidaya tanaman yang komersial.

Perkembangan menanam tanaman dengan menggunakan media air ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan semakin sempitnya lahan tanam di perkotaan, yang membuat banyak orang tidak dapat menanam tanaman sesuka hati.

Apalagi penanaman tanaman ini bisa dilakukan di mana saja, dan memiliki banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk hasil tanam yang baik.

Khususnya untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan lahan yang sempit, teknik menanam yang satu ini sangat membantu. Budidaya tanaman dengan hidroponik bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di apartemen atau di rumah susun sekalipun.

Segalanya menjadi mudah dengan teknik penanaman tersebut, sehingga cara tanam ini menjadi pilihan alternatif yang tepat bagi masyarakat perkotaan atau masyarakat modern.

Permasalahan di Indonesia

Meskipun hasil dari tanaman ini bagus dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, tetapi di dalam proses penanamannya masih ada banyak kendala atau permasalahan yang harus dihadapi oleh petani.

Permasalahan di Indonesia, kurang lebih sama dengan permasalahan di wilayah lainnya. Berikut ini beberapa kendala dalam penanaman tanaman dengan cara hidroponik di Indonesia :

1. Listrik 24 Jam 2. Daun yang rusak 3. Konsentrasi larutan 4. Debit air

5. Lumut yang Muncul di Selang Plastik

- Wed, 06 Mar 2019 10:51 WIB

Jumlah peminat hidroponik belakangan ini semakin bertambah, bisa dilihat dari banyaknya peserta yang mengikuti pelatihan hidroponik dasar maupun meracik nutrisi hidroponik. Hidroponik sendiri disebut Kultur Nutrisi (Nutrient culture), yaitu menumbuhkan tanaman tanpa tanah dengan larutan nutrisi yang terkontrol.

Marketing Manager PT Meroke Tetap Jaya, Catur Dian Mirzada mengatakan hidroponik sepenuhnya mengandalkan nutrisi yang lengkap dari bahan-bahan nutrisi yang disebut pupuk. Sedikitnya ada 12 unsur hara, terdiri dari unsur makro, yaitu Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S) serta unsur mikro, yaitu Besi (Fe), Boron (B), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Molibdenum (Mo).

"Selain cahaya matahari, oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), air (H2O), tanaman memerlukan nutrisi lengkap sedikitnya 12 macam. Dan, ada tiga unsur hara yang secara alami sangat rendah diperlukan dan cenderung jarang diperhitungkan, karena cukup tersedia dari air baku yg dipakai. Atau ada keperluan khusus baru ditambahkan, seperti Natrium (Na), Klor (Cl), dan Silika (Si)," jelas Catur yang pada tahun 2018 menimba ilmu greenhouse dan hidroponik di universitas ternama di Belanda.

Dalam berhidroponik, lanjut Catur, ada syarat utama untuk nutrisinya yaitu bahan pupuk harus larut sempurna, kemudian diatur banyaknya masing-masing unsur hara. Tujuannya agar terciptanya rasio yang ideal sesuai dengan jenis tanaman, umur, dan fase pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.

"Semakin baik kemurnian dan kelarutan bahan nutrisi atau pupuk yang diberikan, semakin baik tanaman memakannya," ulas Catur yang juga menjadi Manager Silangit Farm.

Untuk membuat nutrisi, Catur mengatakan ada 7 (tujuh) hal yang harus dipertimbangkan:

1. Kemurnian bahan,

2. Kelarutan bahan,

3. Jenis bahan dan kompatibilitasnya,

4. Isi bahan,

5. Rasio hara,

6. Batas toksisitas, dan

7. Jumlah meq kation = meq anion (seimbang).

"Jangan memakai pupuk yang kualitas field grade (pupuk untuk tanah). Harus bisa bedakan: bisa sekedar tumbuh dan bisa untuk produksi optimal. Nah, bagi pemula, hindarilah memilih bahan-bahan organik sebab perlu perhitungan yang lebih kompleks. Dan, hingga saat ini saya belum bisa menghitungnya. Bagi yang bisa menghitungnya silahkan diskusikan dengan saya untuk saling belajar," jelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hidroponik ini, PT Meroke Tetap Jaya menyediakan bahan lengkap dan memiliki kualitas tinggi. Bahan-bahan ini sudah terbukti dan teruji.

Berikut pilihan bahan-bahan untuk nutrisi hidroponik:

Pilihan 3 bahan: MerokeCALNIT + MerokeMAG-S + MerokeFLEX-G

Pilihan 4 bahan: MerokeCALNIT + MerokeMAG-S + MerokeFLEX-G + MerokeMAP

Pilihan 5 bahan: MerokeCALNIT + MerokeMAG-S + MerokeFLEX-G + MerokeMAP + MerokeVITAFLEX

Pilihan 6 bahan: MerokeCALNIT+ MerokeMAG-S + MerokeMAP + MerokeMKP + MerokeKALINITRA + MerokeVITAFLEX

Pilihan 7 bahan: MerokeCALNIT + MerokeMAG-S + MerokeMAP + MerokeMKP + MerokeKALINITRA + MerokeSOP + MerokeVITAFLEX

"Pilihan tunggal penambahan mikro lainnya seperti FeEDTA, FeEDDHA, CuEDTA, ZnEDTA, MnEDTA dgn merek MerokeMIKRO juga tersedia bila ingin manuver mikronya. Sehingga bisa membuat 12 dan 13 bahan. Silahkan disesuaikan saja target ppm dan rasio yang ingin dibuat," ucapnya.

Dengan kehadiran produk-produk tersebut, masyarakat kini bisa berhidroponik dengan lebih mudah. Tentunya harus disesuaikan dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan, air baku, ketinggian lokasi tanam (di wilayah dataran rendah atau tinggi), dan sistem yang dipakai.

"Now Everyone Can Grow Hydroponics with Easy, Enjoy, Excellent and Earn"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA