Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Sumbangan Dinasti Abbasiyah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tidak sedikit.

Metaexistence.org

Ilmuwan Muslim.

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sumbangan Dinasti Abbasiyah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tidak sedikit. Banyak ilmuwan mumpuni dari berbagai disiplin ilmu yang hidup pada masa dinasti ini. Salah satunya, yakni Abu Bakr Ar-Razi yang disebut oleh dunia Barat sebagai Razhes.

Cendekiawan yang hidup pada 865- 925 M ini berasal dari Ray, sebuah kota yang terletak di lembah selatan Dataran Tinggi Al borz. Kota ini berada di utara Teheran. Ar- Razi tinggal di Ray hingga usia 30 tahun.

Dikutip dari Ensiklopedia Peradaban Islam, semasa kecil, Ar-Razi menyukai musik. Namun, dia mulai belajar ilmu pengetahuan ketika remaja. Ar Razi mempelajari filsafat, kimia, matematika, hingga sastra. Pada usia 30 tahun, dia belajar ke Baghdad. Ar-Razi mendapatkan ilmu kedokteran dari Ali Ibnu Sahl at-Tabari, seorang dokter sekaligus filosof asal Merv. Ar-Razi pun dikenal luas sebagai dokter yang pandai.

Ketika penguasa Dinasti Abbasiyah hendak mendirikan rumah sakit di Baghdad, dia terpilih sebagai ketuanya. Padahal, usia Ar- Razi ketika itu baru 40 tahun. Dia menyisih kan ratusan dokter terbaik yang menjadi kandidat posisi tersebut.

Khalifah pun meminta Ar-Razi untuk mencari tempat terbaik untuk rumah sakit. Dia lantas memanggil sejumlah pembantu nya. Dia meminta mereka menggantungkan sepotong daging di beberapa tempat yang ditentukan. Setelah digantung beberapa hari, dia pun berkeliling untuk mengamati tempat mana yang dagingnya paling lama busuk.

Tempat itu menjadi lokasi rumah sakit. Ar-Razi pun dikenal sebagai guru para dokter. Di rumah sakit, dia menempati se buah ruangan bersama para muridnya. Me reka akan membentuk lingkaran. Lingkaran paling luar merupakan murid-murid pe mula. Sementara, lingkaran lapis berikutnya dihuni oleh murid yang lebih berpenga laman.

Ar-Razi akan menyerahkan kepada murid-murid lingkaran luar terlebih dahulu ketika ada pasien yang datang ke rumah sakit. Ketika mereka kesulitan, akan dilemparkan ke murid bagian dalam. Demikian seterusnya. Jika bagian paling dalam tidak juga berhasil, Ar-Razi yang akan turun ta ngan mengobati pasien tersebut.

Menjadi seorang guru, Ar-Razi pun menulis lebih dari 200 buku. Karya monumentalnya adalah Al Hawiy. Buku ini menjadi rujukan dalam bidang kedokteran dan prak tik operasi. Al Hawi merupakan satu dari sembilan buku wajib di fakultas kedokteran di Paris sepanjang abad ke-14.

Al Hawi diterbitkan dalam bahasa Latin pada 1486. Namun, keberadaannya sudah tidak utuh lagi. Beberapa bagian dari buku ini tersebar di berbagai perpustakaan dunia. Kitab Al Hawi terbagi menjadi 12 bab. Dalam buku ini, Ar Razi menjelaskan tentang cara pengobatan pasien dan penyakit (bab 1), cara menjaga kesehatan (bab 2), potensi obat, gizi dan bahan yang dibutuhkan dalam bidang kedokteran (bab 3).

Ar Razi juga menjelaskan tentang bentuk obat, warna, rasa, dan baunya. Ukuran dan timbangan. Fisiologi dan kegunaan anggota tubuh hingga pendahuluan untuk profesi dokter yang terdiri dari dua makalah.

  • dinasti
  • dinasti abbasiyah
  • bani abbasiyah
  • kurikulum pendidikan abbasiyah

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

sumber : Dialog Jumat Republika

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Kebijakan Harun al-Rasyid dalam bidang ilmu kedokteran memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Kota Baghdad pada saat itu. Ilmu kedokteran yang awalnya hanya bisa dipelajari oleh kalangan bangsawan, berkat jasa Harun al-Rasyid, akhirnya ilmu kedokteran bisa dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat. Ilmu kedokteran kemudian semakin berkembang dan melahirkan penemuan-penemuan baru dalam dunia kedokteran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dan pengaruh kebijakan Harun al-Rasyid dalam perkembangan ilmu kedokteran pada tahun 768 M – 809 M. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori pembangunan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dan teori pembangunan yang dikonsepkan oleh Suwarsono dan Alvin Y.So sebagai landasan teori. Sedangkan penulis menggunakan metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah pada umumnya yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian ini, penulis menemukan banyak kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran pada masa Harun al-Rasyid di antaranya adalah pembangunan Bimaristan atau rumah sakit Islam pertama, Akademi Kesehatan atau Sekolah Medis dan lahirnya para ahli kedokteran Islam. Kemajuan-kemajuan tersebut berkaitan erat dengan peran dan kebijakan yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid, seperti memfasilitasi seluruh kegiatan belajar-mengajar, berdiplomasi dengan ahli kedokteran Jundishapur dan melakukan gerakan penerjemahan secara besarbesaran. Peran Harun al-Rasyid merupakan salah satu faktor utama

berkembangnya ilmu kedokteran Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.

SS1903SKR SPI 1903Perpustakaan FAH (Skripsi SPI)Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

Tidak tersedia versi lain


Punya kritik , saran , pesan harapan ?

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran
Lihat Foto

khamenei

Tokoh ilmuwan muslim Ibnu Sina

KOMPAS.com - Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam ketiga yang memimpin setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Bani Abbasiyah didirikan oleh keturunan dari paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib, yang berkuasa selama lima abad (750-1258).

Selama lima abad kepemimpinannya, Daulah Abbasiyah melahirkan banyak tokoh Muslim yang ikut memajukan dunia Islam.

Beberapa di antaranya adalah tokoh cendekiawan Islam di bidang kedokteran.

Lantas, siapa saja ulama kedokteran pada masa Daulah Abbasiyah beserta karyanya?

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan ilmuwan di bidang kedokteran yang lahir di Persia pada tahun 980.

Atas kontribusi besarnya di bidang kedokteran, Ibnu Sina mendapat julukan sebagai Bapak Pengobatan Modern dan Mahaguru Kedokteran.

Karya Ibnu Sina yang paling dikenal masyarakat adalah Qanun fi Thib, yang merupakan kitab pengobatan yang dijadikan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine sudah terjemahkan ke dalam 15 bahasa dunia.

Sebagai dokter yang jenius, Ibnu Sina merupakan dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat dalam berbagai jenis penyakit menular.

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran

Jelaskan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah bidang kedokteran
Lihat Foto

Thoughtco

Ilustrasi masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah

KOMPAS.com - Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul-Muttalib.

Kekhalifahan Abbasiyah resmi memerintah sebagai khalifah setelah menggulingkan Bani Umayyah pada 750 masehi.

Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 750 hingga 1258 M.

Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah

Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang.

Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains.