Jelaskan beberapa hal yang harus dilakukan karyawan untuk Mencegah KEHILANGAN Eksternal

Jelaskan beberapa hal yang harus dilakukan karyawan untuk Mencegah KEHILANGAN Eksternal

Show

Cara mengatasi karyawan yang tidak disiplin memang perlu perhatian khusus. Tidak dapat dimungkiri bahwa cukup banyak karyawan yang dalam proses bekerja malah tidak memikirkan kedisiplinan di dalam kantor. Termasuk tidak memedulikan aturan yang sudah dibuat sehingga akhirnya berimbas pada kinerja karyawan lain atau divisinya sendiri. Kalau sudah berada di dalam kondisi seperti ini, Anda dapat melakukan cara-cara yang diberikan.

Cara Mengatasi Karyawan yang Tidak Disiplin

Sodexo memberikan tujuh cara dalam mengatasi karyawan yang tidak disiplin. Anda dapat memilih salah satu atau mencari yang paling efektif di dalam proses penerapannya.

1. Memantau Tanpa Diketahui Karyawan

Cara pertama dalam mengatasi karyawan yang tidak disiplin adalah mencoba memantaunya tanpa diketahui. Pantauan ini bisa Anda lakukan dari hasil kerja dan gerak-geriknya. Ketepatan deadline seluruh pekerjaan juga dapat Anda pantau secara seksama. Dari hasil pemantauan, Anda dapat menyimpulkan apa saja yang perlu diperbaiki agar karyawan ini menjadi disiplin.

2. Langsung Bertanya pada Karyawan

Setiap orang memiliki permasalahan di luar urusan pekerjaan. Apakah karyawan tersebut ada masalah sehingga membuatnya tidak disiplin? Daripada Anda hanya bertanya-tanya sendiri, sebaiknya langsung tanyakan kepada karyawan.

Tidak hanya karena masalah eksternal saja, bisa saja karyawan menjadi tidak disiplin karena ada permasalahan di dalam kantor. Dimulai dari perbedaan pendapat, ada konflik dengan rekan satu kantor, atau perlakuan yang tidak baik. Jangan lupa cari tahu dari sudut pandang karyawan agar akar permasalahan mampu terlihat.

3. Bangun Komunikasi Dua Arah

Ketika karyawan tidak disiplin, coba bangun komunikasi dua arah. Mungkin saja ada hal-hal yang tidak dipahami oleh karyawan di dalam bekerja. Komunikasi dua arah juga menjadi proses pembelajaran bagi Anda sendiri. Karyawan dapat memberikan saran agar kinerja Anda semakin baik sehingga membantu proses kerja dia juga.

Baca Juga: 5 Tips Membangun Komunikasi yang Sehat di Tempat Kerja

4. Menanamkan Visi Misi Perusahaan

Visi misi perusahaan sudah dibuat untuk ditanamkan pada setiap karyawan. Di sinilah tugas Anda untuk menanamkan visi misi perusahaan agar karyawan mampu bekerja lebih baik dan menjadi disiplin. Visi misi memang perlu ditanamkan agar seluruh individu di dalam perusahaan bekerja selaras, dari segi hard skills hingga soft skills.

5. Posisikan Karyawan Sesuai Keahliannya

Setiap individu memiliki keahlian berbeda-beda, namun ada kondisi berbeda ketika berbicara mengenai dunia profesional. Terkadang ada karyawan yang tidak diposisikan sesuai keahliannya. Inilah yang akhirnya membuat motivasi kerja karyawan berkurang hingga membuatnya tidak disiplin.

Coba posisikan karyawan sesuai keahliannya agar dia lebih semangat dalam bekerja dan mampu menggunakan kemampuannya secara penuh. Perusahaan pasti mendapatkan dampak positif dari keputusan ini.

6. Berikan Penghargaan

Jangan lupa untuk memberikan penghargaan kepada karyawan yang memang berprestasi dan telah memberikan kontribusi besar. Terkadang ada saja perusahaan yang melupakan hal ini. Padahal karyawan sudah bekerja sepenuh hati di dalam kesehariannya. Jika budaya tidak memberikan penghargaan ini tetap dipertahankan, jangan aneh ketika melihat karyawan mengalami penurunan performa hingga menjadi tak disiplin.

Baca Juga: Ragam Contoh Reward untuk Karyawan di Perusahaan

7. Menjadi Teladan yang Baik

Karyawan membutuhkan role model yang tepat di dalam bekerja. Tentu saja Anda harus menjadi teladan yang baik bagi mereka. Jika Anda sendiri tidak disiplin, apakah karyawan dapat tetap disiplin? Tentu saja tidak. Mereka malah menganggap bahwa tindakan tidak disiplin yang Anda lakukan terhitung wajar. Oleh karena itu, mari menjadi teladan yang baik bagi karyawan lain mulai sekarang.

Itulah tujuh cara mengatasi karyawan yang tidak disiplin. Semoga informasi yang diberikan Sodexo dapat bermanfaat dan langsung diterapkan dalam aktivitas di dunia kerja.

Sumber gambar: cdn.pixabay.com

Kategori bisnis bisa dilihat dari berbagai aspek, salah satunya berdasarkan aspek pengendalian. Aspek pengendalian meliputi risiko kerugian yang bisa dikendalikan, seperti pencurian, kehilangan, dan lain-lain. Sementara itu, risiko yang tidak bisa dikendalikan, antara lain bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, dan kejadian lain yang berada di luar prediksi. Kerugian sebagai risiko bisnis terdiri atas kerugian yang bisa diketahui dan kerugian yang tidak bisa diketahui. Salah satu kerugian yang bisa diketahui adalah pencurian produk karena berkurangnya jumlah fisik produk dapat terlihat. Sementara itu, kerugian yang tidak bisa diketahui, yaitu penyusutan nilai persediaan dan nilai jual persediaan produk.

A. Kehilangan Produk

Penjagaan keamanan toko sangatlah penting untuk mencegah dan meminimalkan kerugian yang bisa dialami oleh toko. Keamanan toko harus dijaga karena toko berfungsi sebagai tempat menjual produk. Oleh karena itu, pemajangan produk harus memperhatikan unsur keamanan, baik bagi konsumen maupun toko/ritel.

1. Peristiwa Kehilangan Produk (Shrinkage)

Kehilangan produk (shrinkage) merupakan kejadian berkurangnya persediaan produk dagangan yang dimiliki oleh toko yang diakibatkan oleh kesalahan internal atau eksternal toko. Semua peritel pasti pernah mengalami kehilangan produk dagangan. Shrinkage bagi kalangan peritel sudah dianggap sebagai risiko usaha yang tak bisa dihindari. Beberapa peritel tertentu bahkan sudah memperhitungkan risiko kehilangan ke dalam sistem pencatatan keuangan usahanya sebagai salah satu komponen biaya usaha.

Terdapat berbagai bentuk pelanggaran dengan risiko yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Berbagai pelanggaran (offender) bisa mengarah pada bentuk kriminalitas. hayes (2008:3) mengidentifikasi berbagai bentuk pelanggaran di berbagai lokasi. Pelanggaran yang berisiko tinggi adalah pelanggaran di tempat kerja dan pusat perbelanjaan. Berikut adalah peristiwa kehilangan produk yang sering terjadi dalam sebuah usaha toko/ritel.

a. Pada Proses Penerimaan Produk

Risiko kehilangan produk dapat terjadi ketika penerimaan produk dari supplier. Oleh karena itu, ketika menerima produk, perlu adanya ketelitian dari petugas bagian-bagian terkait. Petugas bagian gudang harus mengecek kesesuaian antara faktur dan produk yang datang, yakni jumlahnya, kondisinya, dan kesesuaian kualitasnya dengan produk yang dipesan. Apabila bagian gudang tidak melakukan pengecekan, kerugian berupa jumlah produk atau kualitas produk yang tidak sesuai dengan pesanan bisa terjadi.

b. Di Dalam Area Gudang

Peristiwa kehilangan di area gudang terjadi ketika pengambilan produk untuk dipajang, tetapi jumlah produk yang diambil dengan jumlah produk yang dicatat dalam kartu stock opname tidak sama. Petugas bagian gudang dan pramuniaga yang terlibat dalam pengambilan produk tersebut bertanggung jawab atas kehilangan ini.

c. Di Dalam Area Penjualan

Kehilangan produk pada area penjualan disebabkan oleh konsumen yang secara sengaca mengambil (mencuri) produk. Pencurian dalam area display supermarket dapat dilakukan oleh konsumen perseorangan dan ada pula yang dilakukan oleh sekelompok orang.

d. Bagian Petugas Kasir

Kehilangan produk pada kasir terjadi karena ketidaktelitian petugas ketika melayani konsumen saat melakukan transaksi pembelian. Kasir salah meng-input jumlah produk yang dibeli, misalnya jumlah produk yang dibeli adalah 1 pak (10 buah), tetapi harga yang dimasukkan ke dalam mesin kasir adalah harga per unit. Kesalahan juga bisa terjadi karena perbedaan jumlah produk yang di-input ke dalam mesin kasir dengan jumlah produk yang dimasukkan ke dalam kantong plastik.

e. Pada Saat Proses Administrasi

Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bagian pembukuan juga dapat mengakibatkan kehilangan produk.

2. Jenis-jenis Kehilangan Produk (Shrinkage)

Kehilangan produk (shrinkage) dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni internal dan eksternal.

a. Kehilangan internal terbagi menjadi dua jenis lagi, antara lain sebagai berikut.

1) Kehilangan secara administrasi (administrative shrinkage).

Kehilangan secara administrasi yaitu kehilangan yang diakibatkan adanya kesalahan-kesalahan pada saat penerimaan, pencatatan, pengeluaran, dan penjualan produk. Selain itu, kesalahan ini juga dapat disebabkan oleh kelemahan sarana transaksi yang digunakan di toko. Contohnya, kasir salah dalam meng-input data, yang umumnya disebabkan oleh kelalaian dan kurangnya pelatihan karyawan, sistem yang terlalu kompleks, kerusakan pada mesin kasir, dan kurangnya komunikasi antarbagian.

2) Kehilangan secara operasional (operational shrinkage).

Kehilangan secara operasional yaitu kehilangan produk dagangan yang diakibatkan oleh pencurian dan perusakan secara sengaja oleh karyawan, lemahnya sistem kontrol dan keamanan internal, kecerobohan karyawan, kekeliruan penanganan dan perawatan produk, dan kejahatan yang dilakukan oleh petugas kasir.

b. Kehilangan eksternal.

Kehilangan eksternal yaitu kehilangan produk dagangan akibat pencurian atau penggelapan yang disebabkan oleh kesengajaan konsumen atau kasus-kasus tertentu, seperti penjarahan dan kerusuhan. Untuk menghindari kehilangan eksternal, pengelola toko perlu meningkatkan kewaspadaan. Pencurian dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok dengan modus yang beragam.

3. Penyebab Timbulnya Kehilangan Produk

Menurut Alatief Bisnis Institut (2000), ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya kehilangan produk, yaitu sebagai berikut.

a. Pencurian Oleh Karyawan (45%)

Karyawan merupakan penyebab kehilangan dengan persentase terbear karena karyawan telah mengenal pola dan sistem kerja perusahaan. Mereka juga mengetahui kelemahan perusahaan dan peluang untuk mengambil produk perusahaan.

b. Pencurian Oleh Pihak Eksternal (30%)

Persentase kehilangan kedua adalah pencurian oleh pihak eksternal. Peristiwa ini bisa terjadi karena kurangnya pengawasan dari karyawan, sehingga memberi peluang kepada pihak eksternal, seperti konsumen untuk mengambil produk.

c. Kesalahan dan Ketidakakuratan Pencatatan (20%)

Hal ini terjadi karena ketidakdisiplinan dari bagian administrasi, yaitu proses admiistrasi (pencatatan) keluar masuknya produk tidak dilakukan secara teliti. Dalam hal ini, manajer toko paling bertanggung jawab karena ia seharusnya melakukan pengawasan secara ketat atas kinerja bawahannya.

d. Kesalahan Pihak Pemasok (5%)

Pemasok produk kadang melakukan hal yang tidak jujur dengan menentukan harga beli yang tidak sesuai dengan jumlah produk yang dikirim. Penggantian produk dengan kualitas lebih rendah dari produk yang sudah dipesan juga bisa saja terjadi.

4. Teknik-teknik Pencurian Produk

Pada umumnya, kecurangan dan pencurian yang terjadi di toko/ritel dilakukan oleh karyawan dan konsumen/pihak luar.

a. Pencurian Oleh Konsumen (Consumer Theft)

Beragam teknik yang biasa digunakan oleh konsumen untuk mencuri adalah sebagai berikut.

1) Memasukkan produk ke dalam tas (the booster).

Pencurian motif ini memungkinkan pelaku memasukkan produk ke dalam tas belanja yang dibawanya dari luar, yang disembunyikan di dalam bajunya. Biasanya produk yang dicuri disusun secara urut di dalam tas belanja itu.

2) Pencurian secara berkelompok (the diverter).

Pencurian ini dilakukan secara berkelompok. Ketika salah seorang anggota melakukan pencurian, anggota kelompok yang lain mengalihkan perhatian karyawan, misalnya dengan mengajak bicara atau meminta sesuatu, sehingga karyawan harus meninggalkan counter untuk mengambil sesuatu di tempat lain/gudang.

3) Menghalangi pandangan (the blocker).

Pencurian ini dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan menghalangi pandangan pada pantauan kamera CCTV saat rekannya melakukan pencurian.

4) Menyapu bersih produk (the sweeper).

Pencurian ini dilakukan dengan menyapu bersih semua produk sehingga terkesan toko tidak menjual atau stoknya kosong.

5) Menyembunyikan produk di badan (the walker).

Pencurian ini dilakukan dengan menyembunyikan produk curiannya di badan pencuri, misalnya di antara kedua paha atau perut. Biasanya, sang pencuri menyamar sebagai wanita hamil.

6) Menggunakan produk (the wearer).

Pencuri memakai produk saat mencoba di fitting room, yang terus dipakai sampai keluar area.

7) Bukti pembayaran palsu (carrier walk).

Pencurian semacam ini dilakukan dengan mengambil produk dalam jumlah besar dengan menunjukkan bukti pembayaran palsu dan melewati kasir seakan-akan produk telah dibayar.

8) Mengubah label harga (price charger).

Pencurian ini dilakukan dengan menukar atau mengubah label dari harga mahal ke harga murah.

b. Pencurian Oleh Karyawan (Employee Theft)

Berbagai teknik yang dilakukan oleh karyawan dalam mencuri produk di toko, yaitu sebagai berikut.

1) Membawa produk ke luar (the smugler), yaitu karyawan toko membawa produk ke luar toko atau counter dengan disembunyikan di tempat sampah atau tas belanja.

2) Menginformasikan potongan (the discounter), yaitu karyawan toko dengan sengaja memberikan potongan harga ke teman atau keluarga yang membeli produk karena ia merasa memiliki hak di toko atau counter yang dijaganya.

3) Penggunaan dana perusahaan (the embezzler), yaitu karyawan yang menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi.

4) Memberi informasi ke luar (the partner), yaitu karyawan dengan sengaja memberikan informasi ke pihak luar, misalnya tentang prosedur keamanan toko atau bisa juga dengan memberikan kunci counter untuk rekan yang akan mencuri di toko tersebut. Setelah berhasil mencuri, karyawan ini akan mendapatkan imbalan atas hasil pencurian temannya

5) Menyembunyikan produk (the stasher), yaitu karyawan yang dengan sengaja menyembunyikan produk tertentu di dalam toko untuk dikeluarkan pada saat terjadi markdown dari produk tersebut, sehingga karyawan ini dapat membeli dengan harga yang lebih murah. (Catatan: markdown adalah diskon yang diterapkan pada produk selama masa promosi dengan tujuan meningkatkan penjualan atau menghabiskan barang yang tingkat perputarannya rendah).

B. Meminimalkan Risiko Kerugian

Risiko adalah potensi kerugian atau kerusakan suatu aset, yang didasarkan pada kemungkinan terjadinya bahaya. Risiko dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan hasil dari nilai aset. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikelola. Risiko dapat dikurangi ke tingkat yang bisa dikelola melalui penelitian analisis risiko yang tepat dan asimilasi data. Setelah itu, kemudian implementasi/pelaksanaan strategi yang dirancang untuk menghindari, mengurangi, atau menghilangkan faktor yang terkait dengan risiko tersebut dapat dilakukan

1. Pencegahan Kehilangan Internal

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dua jenis kehilangan internal.

a. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari administrative shrinkage.

1) Melalukan random checking atau pengecekan secara acak pada saat melakukan penghitungan dan pencatatan keluar masuk produk.

2) Menjalankan pengamanan berlapis untuk sistem administrasi dan operasional. Contohnya, double checking yang dilakukan oleh orang/bagian yang berbeda.

3) Gunakan program kasir yang sinkron antara gudang dan toko. Lakukan stock opname setiap hari terhadap produk yang berbeda.

4) Buatlah jadwal secara berkala untuk melakukan stock opname seluruh produk yang ada di seluruh toko.

b. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi operational shrinkage.

1) Do it right at the first time, artinya menekankan kepada karyawan bahwa setiap pekerjaan harus dijalankan secara teliti dan benar mulai dari awal hingga akhir pengerjaan.

2) Melakukan stock opname.

3) Menciptakan prosedur keamanan. Contohnya, body checking bagi semua karyawan.

4) Memperketat seleksi penerimaan karyawan.

5) Atasan memberi contoh langsung ke bawahan, terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

c. Pendeteksian dan pencegahan pencurian oleh karyawan.

1) High-security Atmosphere

Metode yang paling efektif untuk mencegah pencurian oleh karyawan di dalam toko adalah dengan menerapkan tingkat keamanan yang tinggi pada toko/ritel tersebut dan tidak memberikan toleransi sekecil apa pun atas kesalahan yang dilakukan oleh karyawan.

2) Security Personnel

Pemilik toko dapat mencegah kemungkinan pencurian yang dilakukan oleh karyawan dengan menempatkan petugas keamanan di pintu keluar/masuk karyawan untuk melakukan body checking saat karyawan datang dan saat karyawan akan meninggalkan toko.

3) Undercover/Mystery Shopper

Undercover/mystery shopper dapat dikirimkan untuk melihat kejujuran karyawan. Mereka dapat berpura-pura membeli produk di toko tersebut.

4) Silent Witness Program

Silent witness program dilakukan dengan memberikan reward bagi karyawan yang diam-diam melaporkan aktivitas pencurian di toko yang dilakukan karyawan lainnya.

d. Menetapkan kebijakan keamanan.

Toko harus menetapkan kebijakan keamanan untuk mencegah pencurian yang disebabkan oleh karyawan. Kebijakan keamanan tersebut di antaranya sebagai berikut.

1) Memeriksa semua bungkusan, tas, tempat sampah, dan peralatan lain yang memungkinkan berfungsi sebagai tempat menyembunyikan barang dagangan secara mendadak dan tanpa peringatan sebelumnya.

2) Seluruh diskon yang diberikan harus disetujui oleh store manager atau supervisor yang bertugas di toko.

3) Semua transaksi yang terjadi harus dicatat dan seluruh konsumen yang melakukan transaksi harus mendapatkan struk belanjaannya.

4) Memeriksa seluruh cash register dan cash box secara reguler atau mendadak.

5) Seluruh record (sales, purchase, expense, stock, dan lain sebagainya) harus diaudit secara reguler/berkala.

6) Gunakan sistem scanner dan barcode pada kasir.

7) Menyediakan loker penyimpanan tas khusus untuk karyawan.

8) Selalu lakukan rotasi orang-orang dalam dengan metode shift karena pencuri sering kali bekerja sama dengan orang dalam/karyawan toko dan ritel.

9) Tetapkan kapasitas maksimal display sehingga jika ada produk yang berkurang di rak bisa langsung terdeteksi.

10) Lakukan penghitungan sepuluh produk yang paling sering hilang pada setiap shift.

11) Gunakan sistem reward dan punishment untuk menilai produk hilang di toko, minimarket, atau supermarket. Buat standar minimum tertentu yang ditanggung oleh perusahaan. Selebihnya, dibebankan kepada karyawan. Namun, apabila karyawan berhasil menjaga produk hilang di bawah batas, mereka layak mendapatkan reward.

2. Pencegahan Kehilangan Eksternal

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pengelola toko dalam meminimalisasi kehilangan eksternal adalah sebagai berikut.

a. Menegakkan rasa tanggung jawab dalam diri karyawan.

Toko ritel menggunakan beberapa alat bantu deteksi, antara lain one way mirrorr, closed circuit television (CCTV), sensormatic, tag, dan lain-lain. Mencegah terjadinya pencurian di toko dapat dilakukan dengan cara melatih seluruh karyawan untuk:

1) Menyadari bahwa produk dalam toko adalah tanggung jawabnya.

2) Memelihara jarak pandang yang baik untuk mengawasi konsumen yang datang.

3) Waspada terhadap semua kejadian yang mungkin terjadi di toko/counter.

4) Siap melayani konsumen.

5) Menjaga display tetap rapi dan teratur.

b. Mencegah pencurian oleh konsumen.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh karyawan untuk mencegah pencurian dari konsumen, antara lain sebagai berikut.

1) Tanggap akan situasi di sekelilingnya.

2) Ikut mengamati gerak gerik konsumen

3) Karyawan suatu bagian dapat ikut waspada terhadap keadan di sekitarnya, misalnya karyawan bagian gudang yang sedang melakukan pencatatan dapat ikut mengamati gerak-gerik konsumen yang sedang berbelanja.

4) Selalu siap siaga, bukan menjawab “Sebentar, habis ini saya akan kembali”.

5) Jika harus meninggalkan kasir untuk ke toilet atau mengambil sesuatu, pastikan ada karyawan lain yang menjaga meja kasir.

c. Menerapkan sistem dan kebijakan keamanan.

1) Menggunakan alarm dan CCTV. Monitor dipasang di area toko, minimarket, atau supermarket sehingga bisa digunakan untuk pengawasan.

2) Memasang stiker pemberitahuan bahwa toko atau minimarket diawasi CCTV. Hal ini dibutuhkan untuk membuat calon pencuri sadar terhadap keamanan toko, minimarket, atau supermarket tersebut sehingga dapat menghilangkan niat untuk mencuri.

3) Menyediakan loker penitipan barang-barang konsumen. Konsumen harus menitipkan barang-barangnya sebelum memasuki toko.

4) Pada jam ramai (11.30-13.00 dan 17.00-20.00), tempatkan karyawan pada lorong produk yang rawan hilang.

5) Produk dengan nilai dan harga yang mahal dipajang pada rak di belakang kasir, misalnya USB atau RAM. Bisa juga barang-barang tersebut ditempatkan di tempat yang memiliki staf penjaga atau di dalam etalase yang terkunci.

6) Khusus untuk produk-produk mahal, yang dipajang di rak hanya contohnya saja.

7) Berikan kebijakan kepada karyawan untuk selalu memberi sapaan kepada setiap konsumen yang masuk toko/minimarket/supermarket atau berpapasan di rak. Dengan keberadaan karyawan, calon pencuri akan merasa diawasi.

8) Bila memungkinkan, gunakan sticker sensor pada produk-produk dengan nilai tinggi.

9) Kunci pintu tidak boleh dipegang oleh satu orang saja. Sebaiknya ada beberapa orang dengan jabatan berbeda juga memegangnya.

10) Tegaskan Prosedur Operasi Standar penguncian toko atau ritel setiap kali akan ditutup.

C. Menerapkan Keamanan Toko

Peralatan yang sering digunakan oleh pengelola toko untuk menjaga keamanan produk dagangan yang dipajang, yaitu alat-alat modern sebagai berikut.

a. Sistem Label Elektronik

Sistem label elektronik dipasang pada pintu keluar toko yang melindungi label khusus yang dipasang pada produk dagangan sehingga jika produk daganga dicuri dan dibawa ke luar toko, secara otomatis alarm akan berbunyi. Label elektronik berbentuk Radio Frequency Identification (RFID) biasanya dipasang pada baju, sepatu, dan celana. Jika produk dicuri atau dibawa keluar toko dan RFID belum dilepas, alarm akan berbunyi.

b. Sensormatic Tag

Sensormatic tag digunakan untuk jenis produk apparel (fashion). Fungsi dan cara kerjanya sama dengan label elektronik. Perbedaannya adalah pada bentuknya. Sensormatic tag hanya bisa dilepas oleh kasir dengan menggunakan alat khusus pada saat transaksi pembayaran.

Cara memasang sensormatic tag adalah sebagai berikut.

1) Pastikan penempatan sensormatic pada bagian yang mudah dijangkau oleh magnet.

2) Pastikan sensormatic berada pada posisi yang tepat dan tidak merusak merchandise.

3) Sensormatic tidak dipasang pada merchandise yang dipajang di mannequin/patung.

4) Penempatan sensormatic tidak mengganggu konsumen saat fitting.

5) Pastikan penempatan sensormatic konsisten.

c. Kamera Pengawas CCTV

Kamera pengawas Closed Circuit Television (CCTV) adalah kamera video digital yang difungsikan untuk memantau dan mengirim sinyal video pada suatu ruangan yang diteruskan ke sebuah layar monitor.

1) Kelebihan CCTV

Closed Circuit Television (CCTV) memiliki kelebihan, yaitu:

a) Dapat diakses kapanpun dan dimanapun.

b) Mengawasi secara langsung.

c) merekam 24 jam secara terus-menerus.

d) Berfungsi sebagai alarm yang membunyikan sirene saat terdeteksi adanya kejadian yang tidak diinginkan.

e) memantau hingga 16 kamera dalam satu monitor.

f) Memiliki teknologi triplex.

g) Hasil rekaman dapat diperbanyak dan dipindahkan.

2) Jenis Kamera

Secara umum, ada tiga jenis kamera, yaitu sebagai berikut.

a) Kamera Hidup

Kamera hidup sering dipasang pada dinding atau plafon toko yang terlihat oleh semua orang yang belanja dan karyawan toko. Perangkat ini bisa diam dan berputar, sedangkan monitornya berupa televisi di ruangan kantor manajer toko yang dapat melihat gerak-gerik orang yang sedang berbelanja.

b) Kamera Tersembunyi

Kamera ini tersembunyi dan dihubungkan dengan Video Cassette Recorder (VCR). Sistem ini khusus untuk meneliti area toko, di mana pencurian diduga bisa terjadi. Jika tercatat suatu pencurian, rekaman bisa diputar kembali untuk memperlihatkan jalannya pencurian produk tersebut.

c) Dummy Kamera

Dummy kamera ini harganya tidak mahal dan bisa dipakai di toko kecil. Kamera ini semata-mata merupakan kamera tiruan.

d. Sign Pemberitahuan

Sign pemberitahuan adalah informasi tertulis yang dicantumkan dengan jelas. Tanda ini menerangkan bahwa di suatu toko/ritel, para pengunjung mendapatkan pengawasan CCTV.

e. Cermin di Tempat Tertentu

Cermin dipasang pada tempat-tempat tertentu, seperti pilar, membujur sepanjang dinding, atau plafon sehingga para petugas toko dapat melihat berbagai sudut area toko dari jarak jauh.

2. Sistem Pengamanan Fisik

Pengamanan fisik bertujuan melindungi properti, pabrik, fasilitas, gedung, kantor, dan semua isinya dari kerugian atau hal yang membahayakan. Pengamanan fisik dibangun secara berlapis. Setiap lapisan kontrol keamanan menyajikan tujuan tertentu dengan cara memberikan perlindungan khusus.

Pengamanan fisik adalah bentuk pengamanan yang memiliki wujud secara fisik dan dapat dirasakan dengan alat indra manusia, yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut.

a. Sistem keamanan elektronik (electronic burglar systems).

1) Control Panels, merupakan sirene/alarm sinyal yang berfungsi memberi tahu bahwa suatu peristiwa telah terjadi pada perangkat lapangan. Contohnya gerakan, api, shock, dan lain-lain.

2) Door and Window Contact, berfungsi sebagai pelindung bangunan, ruangan, serta semua yang ada di dakamnya, juga untuk beroperasi saat pintu, jendela, atau benda lainnya yang dipantau terbuka sehingga memberi tahu panel kontrol.

3) Motion Sensors, berfungsi mendeteksi gerakan dalam yang terjadi di tempat tertentu sehingga memberi tahu panel kontrol.

4) Glass Break Detectors, berfungsi mendeteksi kerusakan kaca dalam suatu area tertentu melalui getaran atau suara sehingga memberi tahu panel kontrol.

5) Spot (Object) Detectors, berfungsi mendeteksi jika benda yang dilindungi disentuh atau dipindahkan sehingga memberi tahu panel kontrol.

6) Miscellaneous Detectors, yaitu alat pendeteksi lainnya yang juga akan memberi tahu panel kontrol, seperti detektor suhu, air, asap, dan panas. Komponen dalam miscellaneous detectors, antara lain sebagai berikut.

a) CCTV Systems, termasuk kamera, yang berfungsi menangkap gambar dan mengirimkannya ke perangkat lain untuk dilihat, direkam, dan diarsipkan; monitor yang berfungsi menampilkan gambar dari kamera yang disampaikan oleh perangkat terminasi; dan perekam, yang berfungsi menyimpan gambar video sehingga bisa ditinjau kembali di lain waktu.

b) Electronic Access Control Systems, yang berfungsi mengizinkan atau menolak akses ke fasilitas atau daerah dalam fasilitas dan melacak identitas serta waktu masuk atau keluar. Tujuan utama sistem kontrol akses elektronik adalah mengizinkan atau menolak akses ke beberapa area, berdasarkan satu atau kombinasi dari faktor-faktor berikut: what you have, what you know, dan who you are.

c) Perimeter Security Systems, yang berfungsi mencegah orang dan kendaraan yang tidak berhak memasuki fasilitas. Sistem ini dapat berupa gerbang (gate operator), pagar (fencing), dan tiang/tonggak (bollards).

d) Locks, yang berfungsi menghentikan musuh dari kemudahan akses masuk.

e) Light, yang berfungsi menerangi suatu kawasan terlindung dalam rangka mendeteksi ancaman.

f) Fire Systems, yang berfungsi mendeteksi keberadaan asap atau kebakaran dan mengingatkan semua penghuni fasilitas sehingga mereka dapat segera keluar.

g) Specialized Protection Systems, yang berfungsi mendeteksi dan mengusir ancaman serius yang khusus

b. Petugas keamanan/satuan pengaman (security personnel).

Petugas keamanan merupakan komponen pengamanan yang paling mahal pengelolaannya, yang berfungsi sebagai pembuat keputusan keamanan dan memiliki satu karakteristik utama yang memisahkannya dari jenis keamanan lainnya, yaitu sebagai manusia yang mampu mengukur alasan dan berpikir. Pemikiran adalah kemampuan untuk berpikir, menyimpulkan, dan memahami sesuatu secara rasional. Kemampuan untuk mengukur alasan merupakan prasyarat untuk tugas utama petugas keamanan.

3. Pengamanan Fisik Pendukung

Pengamanan fisik adalah bentuk pengamanan yang memiliki wujud nyata secara fisik dan dapat dirasakan dengan alat indra manusia, antara lain sebagai berikut.

a. CCTV

Kamera pengawas Closed Circuit Television (CCTV) merupakan bentuk pengamanan fisik utama yang digunakan dalam mengrangi risiko dan mencegah kejahatan. Tujuan utama sistem Closed Circuit Television (CCTV) adalah memunculkan efek gentar (menakuti) calon pencuri sehingga dapat mencegah tindak pencurian serta memudahkan pendeteksian sehingga jika ada pencurian, pelaku dapat segera ditangkap.

b. Pencahayaan

Dari perspektif keamanan, pencahayaan memiliki dua tujuan utama, yaitu memengaruhi psikologis sesorang dengan membuat efek gentar dan mengaktifkan deteksi pencurian. Pencahayaan yang memadai dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kerugian. Para calon penyusup/pencuri akan brpikir dua kali untuk memasuki daerah yang terang karena mereka biasanya takut diamati. Peeliharaan dan penggantian bola lampu atau bohlam harus dilakukan secara berkala untuk memastikan pencahayaan yang berkualitas tinggi. Sebainya, bola lampu yang rusak diganti atau diperbaiki secepatnya.

c. Alarm

Selain penggunaan kunci dan kamera Closed Circuit Television (CCTV), alarm juga dibutuhkan dalam rangka mewujudkan pengamanan fisik yang baik. The National Crime Prevention Institute telah sejak lama menyetujui sistem alarm sebagai alat pencegah kejahatan terbaik IFennely, 2004:190). Alarm adalah salah satu lapisan yang digunakan dalam banyak lapisan perlindungan bagi suatu fasilitas. Pada intinya, fungsi alarm adalah meningkatkan proses deteksi sehingga segala bentuk ancaman dan kejahatan dapat diketahui lebih awal.

d. Kunci

Kunci adalah bagian penting dari perlindungan keamanan fisik (Fennely, 2004). Kunci merupakan salah satu teknik pengurangan kesempatan dalam mencegah kejahatan situasional, yaitu target hardening. Sementara itu, target hardenibg sendiri merupakanbagian dari increasing perceived effort, yaitu upaya dalam meningkatkan pencegahan yang kasat mata. Menurut Clarke, sering kali cara yang paling efektif untuk mengurangi kesempatan kejahatan adalah dengan menghalangi pencuri menggunakan halangan fisik, melalui penggunaan kunci, lemari besi, ataupun material-material yang kuat lainnya.

e. Program Kasir

Saat ini, program kasir atau Point of Sales (POS) sudah menjadi kebutuhan dan bukan lagi produk mewah untuk membantu usaha. Ada beberapa manfaat program kasir, antara lain mengurangi pemborosan, mempercepat proses transaksi, mengontrol gaji karyawan, menganalisis data pelanggan untuk strategi pemasaran, mengurangi kesalahan penghitungan transaksi, mencegah terjadinya pencurian, dan menyajikan laporan keuangan perusahaan dengan lebih lengkap dan jelas.

Program kasir juga berfungsi mencegah terjadinya pencurian. Dengan adanya program kasir, setiap uang yang keluar dan masuk tercatat dengan detail sehingga kemungkinan pencurian uang menjadi lebih kecil.

Program kasir sangat bermanfaat bagi kelancaran toko karena tidak semua orang dapat menghitung jumlah harga yag harus dibayar pembeli dengan cepat dan benar, begitu juga saat menghitung diskon. Dengan demikian, POS akan mengurangi terjadinya kesalahan dalam menghitung harga produk dan risiko kerugian dapat dihindari.

Penggunaan program kasir memudahkan peritel dalam mendapatkan informasi mengenai jumlah penjualan dan jumlah setiap jenis persediaan produk yang ada di toko, sehingga kemungkinan penggunaan atau pengambilan produk tanpa melalui kasir akan cepat diketahui. Laporan ini juga dapat mencegah karyawan memberikan diskon khusus kepada keluarga atau teman mereka.

f. Program Corporate Social Responsibility (CSR)

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian peritel terhadap masyarakat dan lingkungan. Contohnya, dengan memprioritaskan masyarakat setempat bekerja di usaha ritel bersangkutan atau mensponsori berbagai kegiatan sosial atau sport untuk menciptakan reputasi positif terhadap citra peritel di mata masyarakat.

Program CSR meningkatkan nama baik toko ritel/perusahaan sehingga perusahaan tersebut semakin terkenal. Semakin dikenal suatu perusahaan, kebutuhan akan penjagaan keamanan juga semakin besar. Pihak perusahaan dapat berkoordinasi dengan petugas yang berwenang, seperti polisi untuk membantu megamankan apabila perusahaan mengadakan acara/event tertentu.

g. Strategi Loss Prevention

Risiko-risiko yang ditimbulkan karena penanganan keamanan yang kurang efektif akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi dan akhirnya berujung pada berkurangnya keuntungan perusahaan. Untuk menekan berbagai bentuk kejahatan yang terjadi di lingkungan peritel, strategi loss prevention yang bisa dilakukan, di antaranya:

1) Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID).

2) Melakukan evaluasi pelaksanaan POS.

3) Menciptakan sistem pengawasan.

4) Memberi insentif kepada karyawan.

Jelaskan beberapa hal yang harus dilakukan karyawan untuk Mencegah KEHILANGAN Eksternal
Jelaskan beberapa hal yang harus dilakukan karyawan untuk Mencegah KEHILANGAN Eksternal

D. Perbaikan Tampilan Penataan Produk

Pemeliharaan pada display produk secara berkala harus dilakukan agar desain yang bagus dan cantik tidak menjadi buruk akibat kotor dan berdebu. Cara pemeliharaan dan perawatan yang baik menurut Arif Rahman adalah sebagai berikut.

a. Penggantian Harga (Repricing)

Jika terjadi penggantian harga, harga lama harus dilepas dan dibersihkan bekas sticker-nya, kemudian ditempel dengan sticker harga yang baru.

b. Pengecekan Ulang (Double Checking)

Setelah pelabelan harga selsai, lakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada produk yang terlewat. Apabila program “sale” sudah berakhir, lakukan kembali perubahan harga.

c. Pemesanan Ulang (Reordering)

Lengkapi kembali target hardening produk yang sudah berkurang. Siapkan minimal stock untuk mengetahui batas jumlah produk minimal yang haruus ada di toko. Apabila sudah mencapai minimal stock, lakukan order ulang.

d. Perputaran Persediaan (Rotation)

Lakukan rotasi stok dengan metode First in First Out (FIFO). Letakkan produk yang lebih lama di depan dan produk baru di belakangnya.

e. Menjaga Kebersihan (Maintaining Cleanliness)

Petugas kebersihan memiliki tugas mengepel, menyapu, dan membersihkan barang dagangan serta semua perlengkapan di toko. Kebersihan produk di rak ataupun etalase harus selalu terjaga.

2. Evaluasi Penataan Produk

Display harus selalu diubah sehingga tampilannya dinamis. Dekorasi juga hendaknya sesuai dengan perkembangan tren dan selera konsumen. Produk yang cepat laku (fast moving) dan produk new arrival yang memiliki fitur-fitur yang unggul harus ditampilkan di tempat yang menarik perhatian pengunjung. Sesuai dengan tujuan dan display, yaitu menarik perhatian konsumen dalam upaya meningkatkan penjualan toko, tampilan display harus selalu dimonitor dan dievaluasi. Supervisor area atau petugas yang ditunjuk dapat berkeliling untuk memonitor dan memastikan bahwa display produk sudah terjaga dengan baik.

Display produk dapat dievaluasi dengan cara menilai ulang produk sesuai dengan perencanaan, perlengkapan, peralatan, tempat, dan karakteristik produk itu sendiri. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut.

a. Pelabelan secara keseluruhan sudah sesuai dengan cara pelabelan produk yang baik atau belum.

b. Pemajangan dan teknik pemajangan berdasarkan warna, penggunaan rak, dan penggunaan lemari kaca sudah sesuai dengan POS atau belum.

c. Presentasi visual dan medianya sudah lengkap atau belum, seperti POP sebagai pendukung promosi produk.

d. Alat bantu display telah tersedia sesuai perencanaan dan kebutuhann atau belum.

e. Prinsip-prinsip penataan produk sudah dilaksanakan dengan benar atau belum.

3. Menjaga Penataan Produk Supermarket Tetap Sesuai POS

Penataan produk harus dilakukan dan dijaga sesuai dengan POS perusahaan. Perawatan dan penataan ulang display produk sangat penting untuk menjaga konsumen atau pengunjung tetap merasa senang, nyaman, dan tertarik untuk membeli.

Ada beberapa hal yang hisa dilakukan oleh pramuniaga dalam merawat display produk di supermarket, yaitu sebagai berikut.

a. Merapikan barang yang dipajang.

b. Mengisi kembali stok barang yang kosong sehingga tidak ada kesan barang tidak lengkap.

c. Memeriksa produk untuk mengetahui kemasan produk yang rusak.

d. Memastikan produk terbebas dari noda lem.

e. Membersihkan dan merapikan ruangan display.

f. Membersihkan produk yang dipajang agar terbebas dari debu setiap hari.

g. Menggunakan plastik polybag terhadap barang tertentu untuk mencegah kotornya produk tersebut.

4. Menjaga Produk Fresh Tetap Sesuai dengan POS

Menjaga produk fresh dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Memastikan ketersediaan saluran pembangunan yang cukup dan mudah dibersihkan.

b. Persediaan air harus cukup dan memenuhi syarat air PAM. Selain itu, water heater juga harus tersedia untuk membersihkan lemak daging.

c. Ruuang display, ruang produksi, dan ruang penyimpanan secara rutin dibersihkan dengan menggunakan detergen dan disinfektan.

d. Tersedianya tempat pembuangan sampah dan untuk mempermudah gunakan plastik sampah.

e. Melakukan daily cleaning semua peralatan di counter fresh.

f. Membersihkan showcase, cool storage/chiller, kisi-kisi udara, dan alat-alat bantu penghias counter setiap minggu.

g. Melakukan pembersihan rak, nampan, tag harga, dan sebagainya.

h. Memeriksa suhu showcase dan frozen island agar tetap stabil dan sesuai dengan POS.

I. Memastikan semua lampu menyala.

5. Menjaga Penataan Produk Fashion dan Sport Tetap Sesuai dengan POS

Pengawasan hasil penataan produk fashion dan sport dilakukan untuk mengetahui penataan produk tersebut sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan atau belum dan agar penataan produk tetap terjaga dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.

a. Keterampilan dalam memonitor hasil penataan produk.

Mengevaluasi penataan produk berarti menilai ulang penataan yang disesuaikan dengan dengan perencanaan, tempat, perlengkapan, peralatan, dan karakteristik produk yang dipajang. Ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Penataan produk sudah sesuai dengan POS atau belum.

2) Pelabelan sudah dilakukan dengan benar atau belum.

3) Presentasi visual dan medianya sudah lengkap atau belum.

4) Sudah mengikuti prinsip penataan produk atau belum.

5) Alat bantu display sudah tersedia atau belum.

b. Mengidentifikasi perubahan pada penataan produk.

Dalam mengevaluasi display produk, kerusakan atau perubahan pada display produk dapat teridentifikasi. Identifikasi kerusakan dan perubahan pada display produk dapat dilakukan dengan menyusun dan mengelompokkan produk sesuai perubahan/kerusakan yang terjadi, lalu kerusakan/perubahan tersebut dicatat dan dilaporkan agar segera bisa ditindaklanjuti. Hal ini bertujuan agar kerusakan tersebut tidak mengganggu tampilan display produk. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi kerusakan dan perubahan display produk fashion dan sport adalah sebagai berikut.

1) Pelabelan masih utuh dalam waktu 2-3 minggu atau tidak.

2) Ada perubahan produk fashion dari segi warna atau tidak.

3) Ada kerusakan atau kekusutan pada produk fashion dan sport atau tidak.

4) Terdapat kerusakan atau perubahan pada peralatan display atau tidak.

5) POP masih terpasang dengan baik atau tidak.

c. Mengatasi setiap perubahan/kerusakan pada produk yang dipajang.

Setiap terjadi perubahan pada display, misalnya kerusakan atau ketidaksesuaian dengan perencanaan awal, harus segera diatasi dengan melakukan penataan ulang. Hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi perubahan/kerusakan adalah:

1) Label yang rusak diganti dengan yang baru.

2) Mengganti teknik pemajangan dengan teknik lainnya (disesuaikan dengan tren dan momen-momen tertentu).

3) Meletakkan posisi POP dengan benar.

4) Mengganti peralatan display yang rusak.

5) Mengatur kembali posisi display.

6) Membersihkan produk fashion yang kotor.

7) Mengganti produk fashion yang warnanya pudar dengan yang baru.

8) Membersihkan serta mengganti produk yang kedaluwarsa, kotor, atau rusak.

6. Sikap-sikap Saat Memonitor Penataan Produk

Sikap-sikap yang harus dilakukan saat memonitor penataan produk dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Cermat

Sikap cermat dalam memonitoor penataan produk dapat ditunjukkan dengan:

1) Mengidentifikasi produk yang dipajang dengan benar dan sungguh-sungguh.

2) Melakukan gerakan sesuai dengan kebutuhan, seperti berdiri, duduk, dan gerakan lainnya.

3) Memberi perhatian terhadap penataan produk.

b. Teliti

Sikap teliti dalam memonitor penataan produk dilakukan dengan:

1) Memperhatikan setiap proses yang dilakukan.

2) Mengamati dengan seksama produk yang sudah ditata.

3) Memeriksa produk dan kelengkapan yang ditata dan memastikan semuanya terpasang dengan benar, misalnya POP dan label.

c. Tanggung Jawab

Visual merchandiser dan pramuniaga harus bertanggung jawab dalam memonitor penataan produk sesuai dengan kewenangannya. Sikap tanggung jawab dilakukan di antaranya dengan:

1) Menampung masukan mengenai penataan produk dari supervisor atau kolega.

2) Menyalurkan pada petugas yang berwenang di perusahaan.

3) Meneruskan kembali proses penataan produk dengan benar.

SUMBER:

Widaningsih dan Rizal, Samsul. 2019. Marketing. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kalo menurut kamu konten ini bermanfaat, share ke temen-temen yang membutuhkan ya! 😊