Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah
Lihat Foto

Encyclopædia Britannica

Masjid Agung Damaskus atau Masjid Umayyah yang berdiri di Kota Tua Damaskus, Suriah.

KOMPAS.com - Dinasti Bani Umayyah merupakan pemerintahan Islam yang berlangsung sejak tahun 661 hingga 750.

Pendiri dari Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I, yang sekaligus menjadi khalifah pertama dari dinasti ini.

Sebagai khalifah pertama, Muawiyah I dipandang dapat menghadirkan budaya baru dalam sistem pemerintahan tata negara dan kehidupan beragama.

Selama memimpin, ia berusaha sebaik mungkin untuk memulihkan kembali persatuan dalam wilayah Islam.

Muawiyah I juga berusaha membangun sistem pemerintahan monarki Islam dengan menunjuk putranya, Yazid, sebagai putra mahkota.

Keputusan ini kemudian diikuti oleh para khalifah sesudahnya. Oleh sebab itu, Muawiyah I dianggap sebagai pembawa budaya baru karena mendirikan sistem monarki dalam sejarah politik Islam.

Berikut ini kebudayaan yang dikembangkan pada masa Dinasti Bani Umayyah.

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayyah

Bidang pemerintahan

Masa kekuasaan Muawiyah I telah mengubah sistem pemerintahan dari demokrasi menjadi monarki atau kerajaan.

Kemudian, Dinasti Bani Umayyah juga menerapkan sistem pemerintahan konfederasi provinsi, yakni dengan menggabungkan beberapa provinsi berbeda menjadi satu.

Muawiyah I juga membentuk empat diwan (departemen), yaitu:

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah

Jawaban:

Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri khas Kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti terlihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir dan seni pahat.

Penjelasan:

semoga membantu :)

ITSNAWATI NURROHMAH SAPUTRI, NIM: 11120082 (2016) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID PADA MASA ABDUL MALIK IBN MARWAN DAN WALID IBN ABDUL MALIK DI DINASTI UMAYYAH (685-715 M). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah

Preview

Text (PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID PADA MASA ABDUL MALIK IBN MARWAN DAN WALID IBN ABDUL MALIK DI DINASTI UMAYYAH (685-715 M))
11120082_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah
Text (PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID PADA MASA ABDUL MALIK IBN MARWAN DAN WALID IBN ABDUL MALIK DI DINASTI UMAYYAH (685-715 M))
11120082_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (813kB)

Abstract

Ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan, struktur lain yang fungsional, dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam. Kata Arsitektur berasal dari bahasa Yunani, yaitu architekton yang terbentuk dari dua kata, yakni arkhe yang bermakna asli, awal, otentik dan tektoo yang bermakna berdiri stabil dan kokoh. Seni bangunan (arsitektur) pada masa Dinasti Umayyah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bagunan masjid-masjid. Pada masa Abdul Malik bin Marwan membangun Qubat as-Shkhrah/Dome of The Rock/Kubah Batu di Yerusalem, hingga saat ini menjadi salah satu monumen Islam terbesar. Pada masjid Kubah Batu gaya bangunan tercampur dari kebudayaan Bizantium dan Persia. Pada masa Walid bin Abdul Malik dibangun masjid agung yang terkenal yaitu “Masjid Damaskus”. Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik dan al-Walid I melakukan perluasaan pada Masjid al- Haram dan Masjid Nabawi. Penelitian ini lebih memfokuskan pada perkembangan arsitektur pada masa Abdul Malik dan al-Walid, yang difokuskan pada masjid Kubah Batu dan Masjid Damaskus. Permasalahan yang akan dicari jawabannya adalah Bagaimana kondisi pemerintahan pada masa Abdul Malik ibn Marwan dan Walid ibn Abdul Malik? Bagaimana arsitektur Kubah Batu dan Masjid Damaskus? Apa saja pengaruh arsitektur luar terhadap Masjid Kubah Batu dan Masjid Damaskus? Rumusan masalah tersebut dipecahkan menggunakan metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis. Heuristik, ialah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber baik tulisan maupun lisan yang relevan bagi penelitian. Verifikasi, ialah mencari otentitas atau keaslian buku. Kritik sumber ada dua yaitu kritik ekstern dan intern. Interpretasi, ialah usaha merangkaikan fakta-fakta menjadi suatu karya ilmiah. Historiografi, ialah penulisan sejarah yang bertujuan merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya. Pendekatan antropologi menggambarkan masyarakat dan unsur-unsur kebudayaannya. Penelitian ini menggunakan teori Akulturasi J. Powel mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Akulturasi merupakan dua kebudayaan yang bertemu, yang dapat menerima dari kebudayaan baru dalam kebudayaan lama. Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu, gaya bangunan tercampur dari pengaruh Bizantium dan Persia. Pada masa pemerinthan al-Walid I membangun Masjid Damaskus. Pembangunan Masjid ini terpengaruh oleh kebudayaan Bizantium, karena Masjid Damaskus terdahulu merupakan gereja yang dialih fungsikan menjadi masjid. Pengaruh terhadap bentuk bangunan yang semula memiliki pola sederhana, setelah mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar menambah bentuk dari bangunan dan tidak mengubah bentuk awal dari pola awal.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

Jelaskan bagaimana perkembangan seni arsitektur yang terdapat pada masa dinasti Umayyah
View Item

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinasti Umayyah didirikan pada 40-H/660-M dengan di nobatkannya Mu’awiyah sebagai khalifah di ‘Iiiya’ (yerusalem) selama berdirinya dinasti umayyah dan di pegangnya sistem pemerintahan ditangan di tangan bani Umayyah maka segi geografispun dirubah. Bagai mana saat itu pusat pemerintahan di pindah ke Suriah, Damaskus sebagai ibu kota kerajaan islam. Disitulah berbagai macam perubahan pun terjadi, baik dari segi politik , keilmuan, kemiliteran, bidabg sosial dan bidang seni, arsitektur.

Hal tersebut merupakan sebuah gerakan baru yang di lakukan olaeh dinasti Umayyah pada saat memegang kursi kepemerintahan islam mmasa itu. Dengan tujuan untuk memperluas ataupun berjauang diatas bendera islam begitu banyak negara-negara yang berhasil ditahlukkan. Tp kami di sini menulis makalah ini tidaklah membahas akan gejolak politik ataupun model-model perkembangan ajaran islam, melainkan disini kami ingin memaparkan akan peninggalan-peninggaln seni dan budaya serta model pembangunan dimasa dinasti Umayyah. Karna kami melihat bahwa suatu kerajaan terlihat besar bukan karna kekuatan militer atau pun setrategi berpolitik yang baik, melainkan kerajaan yang besar adalah kerajaan yang mampu memberi peninggalan pada anak cucunya berupa sesuatu yang bersifat dapat di pelajari dan di ambil manfaat dalm kehidupan,

Jadi hal tersebut akhirnya penulis mencoba untuk memaparkan serta memberi informasi kepada pembaca akan pentingnya kita belajar tentang peninggalan kerajaan-kerajaan islam khususnya pada masa dinasti bani umayah yang begitu memberi angin segar terhadap perkembangan islam smpai saat ini.

B. Rumusan Masalah a. Bagaimana perkembangan seni bahasa pada saat dinasti Umayyah? b. Bagaimana perkembangan senirupa pada saat dinasti Umayyah? c. Bagaimana perkembangan seni suara pada saat dinasti Umayyah? d. Bangunan apa saja yang telah ditinggalkan oleh bani Umayyah yang berupa arsitektur? e. Bagaimana perkembangan seni musik pada saat dinasti Umayyah? C. Tujuan a. Menjelaskan perkembangan seni bahasa pada masa dinasti Umayyah b. Menjelaskan perkembangan senirupa yang di capai semasa dinasti Umayyah. c. Menjelaskan perkembangan seni suara pada massa dinasti Umayyah. d. Menjelaskan dan memberi gambaran akan peninggaln-peninggalan dinasti Umayyah.

e. Menjelaskan perkembangan seni musik pada massa dinasti Umayyah.

BAB II PEMBAHASAN Pada masa Dinasti Ummayah ini, kebudayaan mengalami perkembangan bila dibandingkan dengan perkembangan yang ada pada masa sebelumnya, yakni pada masa khulafaur Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan baik. Diantara kebudayaan islam yang mengalami perkembangan pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, dan sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola romawi, persia dan arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova yang terbuat dari batu pualam. [1] Pada masa daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, seni bangunan (arsitektur) dan seni musik. A. Seni bahasa Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa daulah Bani Umanyyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bibag politik, bidang ekonomi, bidang sosial, dan bidang ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosa kata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah-istilazh baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya. Kota Barsah dan Kufah pada zaman itu nerupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi -diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pila banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (ilmu nahwu dan ilmu shorof) dan ilmu balaghah, serta banyak pula lahir penyair-penyair terkenal.[2] Perkembangan bahasa dan sastra Pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai administrasi negara. Dengan penggunaan bahasa Arab yang makin luas, dibutuhkan suatu panduan bahasa yang dapat dipergunakan oleh semua golongan . hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa yang bernama Syibawaih. Mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul Al-Kitab. Buku tersebut bahkan termansyur hingga saay ini. Bidang kesusastraan juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-sastrawan berikut yaitu: a. Qays Bin Mullawah menyusun buku Laila majnun wafat tahun 699 M. b. Jamil Al-Uzri wafat tahun 701 M c. Al-Akhtal wafat tahun 710 M d. Umar Bin Abi Rubi’ah wafat tahun 719 M e. Al-Farazdaq wafat tahun 732 M f. Ibnu Al-Muqoffa wafat tahun 756 M g. Ibnu Jarir wafat tahun 792 M[3] B. Seni rupa Seni rupa yang berkembang pada zaman daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,seni pahat, sama halnya denagn zaman permulaan, seni ukir yang berkrmbang pesat, pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah, seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, hadist nabi dan rengkuman syair yang dipahan dan di ukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana, gudung-gedung.[4] Kebanyakan teolog islam menyatakan bahwa melukiskan manusia dan hewan merupakan hak prerogatif Tuhan, dan menganggap orang yang melanggar batasan itu sebagai penghina agama. Penentangan terhadap senirupa ini, sebagai konsekuesi monoteisme ketat dalam Alquran, dan larangan untuk menyembah berhala, didasarkan atas larangan langsung dalam sebuah hadist yang akan mendapat siksa paling keras pada hari pembalasan adalah para pelukis. Istilah yang digunakan, mushawwirun (pelukis), juga mencakup para pembuat patung. Karenanya, tidak ada satu pun gambar manusia yang ditemukan dalam masjid, tapi dalam beberapa kesempatan kita bisa menemukannya di dalam istana dan sejumlah karya tulis. Hampir semua motif hiasan dalam kesenian islam menggunakan motif-motif tanaman atau garis-garis geometris. Prestasi yang dicapai pada abad-abad berikutnya dalam bidang ini ditunjukkan dengan munculnya “arabisque” yang dalam bahasa Eropa, merujuk pada jenis dekorasi tertentun dari Arab. Namun, orang Arab sendiri tidak memiliki cita rasa seni lukis atau patung, seperti yang terlihat jelas pada peninggalan mereka di Semenanjung Arab, dan beberapa gambaran yang terdapat di tempat-tempat suci mereka. Apa yang kita sebut sebagai senirupa islam adalah unsur gabungan dari berbagai sumber, motif, dan gaya, yang kebanyakan merupakan hasil kejeniusan artistik masyarakat takklukkan, yang berkembang di bawah kekuasan Islam, dan disesuaikan dengan tuntutan agama islam. Gambaran paling awal senirupa Islam adalah lukisan di Qushayr Amrah, yang menampilkan karya para pelukis kristen. Pada dinding-dinding tempat peristirahatan dan pemandian al- Walid 1 di Transyordania terdapat gambar enem raja. Ganbar-gambar simbolis lainnya melukiskan kemenangan, filsafat, sejarah dan puisi. Gambar tentang aktifitas berburu melukiskan seekor singa yang menerkam seekor keledai liar. Sejumlah lukisan telanjang menggambarkan seorang penari, musisi, dan pelawak. Hiasan tersebut terdiri atas bentuk lipatan kain, dedaunan yang keluar dari pot-pot bunga, tanaman menjalar, pohon kurma , dan buah kurma dengan setandan buah, pohon rindang, dan burung padang pasir. Tulisannya kebanyakan dalam bahasa Arab dan beberapa yang lain berbahasa Yunani.[5] C. Seni Suara Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan daulat bani umayyah yang terpenting ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, musik dan lagu-lagu lainya yang bertema cinta kasih. [6] D. Seni Bangunan ( Arsitektur) Pada masa pemerintahan daulat bani umayyah masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota damaskus, kota dairuwan. Kota Al-Azahra, adapun seni bangunan agama antara lain bangunan masjid damaskus dan masjid kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng-benteng pertahanan masa itu. Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan perkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan dorongan/motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ul,ama, ilmuan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan disediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pastinya. Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah ilmu qira’at, tafsir, hadist fiqih, nahwu, balaghah. Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan daulah Bani Abasiyah, tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal. Untuk perkembangan ilmu Hadist sendiri terjadi setelah ditemuklan banyak penyimpanan dan penyelewengan dalam meriwayatkan hadist atau setelah diketahui banyaknya hadist palsu yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik. Karena itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadist. Diantara para ahli hadist (muhaddist) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin syihab a-suhri, beliau pula yng mula-mula menyusun ilmu hadist dan mula-mula membukukan perkataan, perbuatan, ketatapan ataupun sifat-sifat nabi saw yang disebut dengan hadist itu. E. Seni Musik Ofesional jahiliyah adalah perempuan. Mengenai perkembangan lagu dan nyanyian, bisa dikatakan bahwa pada masa pra islam, orang Arab memiliki beberapa jenis lagu kemenangan, perang, keagamaan, dan cinta. Orang Arab Selatan juga memiliki jenis lagu dan instrumen musik tersendiri, yang belum banyak kita ketahui, tapi kita masih ragu apakah fenomena itu turut membentuk sebagian khazanah musik Arab Utara, dan orang Arab islam atau tidak. Masyarakat pra-Islam di Hijaz menggunakan tambur segi empat, seruling, dan suling rumput atau ubu gambus dari kulit. Pada masa Nabi, pengaruh musik asing mulai terlihat. Para putra mahkota Gassan menyanyikan lagu chorus dengan para biduanita Yunani. Sebelumnnya, orang lakhmi di Hirah juga telah menggunakan gambus dari kayu, yang kemudian ditiru oleh orang Hijaz.kebanyakan penyanyi perempuan, dan Aghani, yang merupakan buku kumpulan lagu, menyebutkan beberapa diantaranya. Beberapa elegi yang meratapi pahlawan terkenal, Shakhr, yang dibuat oleh saudara perempuannya, al-Khansa, yang semasa dengan Nabi dan dianggap sebagai penyair perempuan terbesar Arab, merupakan sebuah nyanyian. Kebanyakan penyair pra-Islam melantunkan gubahannya menjadi lagu. Kecaman Muhammad terhadap para penyair, muncul tidak hanya karena mereka penyair, tapi karene mereka menjadi corong para penyembah berhala. Nabi mendiskreditkan musik, juga karena musik diasosiasikan dengan ritual ibadah kaum pagan. Pada perkembangan berikutnya, setelah Nabi wafat, muncul apresiasi masyarakat terhadap musik dalam islam. Fenomena itu segera mengubah kecenderungan masyarakat Hijaz tentang musik ke arah norma-norma estetika, terutama di bawah kekuasaan Ustman, khalifah pertama yang memiliki selera kemewahan dan penampilan. Paduan indah antara suara dan alat musik mulai dipelajari. Kemudian pemusik laki-laki profesional muncul untuk pertama kalinya dengan julukan Mukhannatsun orang yang bersikap feminim. Thuways merupakan salah satu tokoh yang memperkenalkan ritme ke dalam musik Arab, dan menjadi orang pertama yang menyanyi dalam bahasa Arab sambil diiringi oleh tambur. Generasi pertama biduan islam, yang dipelopori oleh Thuways,terdiri atas orang-orang permisif . Thuways memiliki banyak murid, yang paling terkenal diantaranya adalah Ibn Surayj yang dipandang sebagai salah satu dari empat penyanyi terbesar islam. Sa’id, musisi pertama Mekah dan mungkin yang terbesar pada masa Dinasti Umayyah, telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Persia, dan menjadi orang pertama yang menerjemahkan lagu-lagu Bizantium dan persia ke bahasa Arab. Ia juga merupakan orang pertama yang menyusun secara sistematis teori dan praktik musik Arab pada masa-masa klasik. Muridnya yang lain adalah al-Gharid, dua orang lainnya adalah Ibn Muhriz seorang keturunan persia, dan Ma’bad , orang madinah keturunan negro yang merupakan biduan favorit keluarga al-Walid I, Yazid II, dan al-Walid II. Sebelum tinggal di ibukota, Ma’bad menjadi penyanyi keliling di Arab. Diantara biduanita Jamilah, seorang perempuan merdeka dari Madinah, merupakan ratu para biduanita generasi partama. Kediamannya menjadi pusat daya tarik bagi para musisi dan penyanyi Mekah, juga Madinah yang kebanyakan menjadi murid-muridnya.peristiwa yang sangat mengesankan selama karir Jamilah adalah ketika ia pergi haji ke Mekah memimpin barisan penyanyi dan penulis lagu, penyair dan pemusik, fans, dan sahabat, yang semuanya mengenakan busana unik sambil menunggang kuda yang dihias. Konser-konser dan pementasan musik glamor yang diadakan di rumah-rumah istri para bangsa bangsawan telah menarik banyak peminat seni. Pada saat seni, gambus kayu yang diperkenalkan dari Persia melalui Hirah, sebagian telah digantikan oleh gambus kulit. Alat petik lain yang paling disenangi adalah mi’zafah, harpa. Alat musik tiup terdiri atas seluring, suling rumput, dan terompet besar. Alat musik pukul terdiri dari tambur segi empat, yang terutama disenangi oleh perempuan, drum. Dengan demikian, pada masa Dinasti umayyah, mekah, lebih kusus lagi Madinah, merupakan tempat yang kondusif bagi perkembangan lagu dan musik. Kedua kota itu memunculkan generasi-generasi biduan baru yang terus meningkat, dan menerukan karier mereka di ibukota kerajaan, damaskus. Upaya-upaya protes yang dilakukan para ulama tidak membutuhkan hasil. Kalangan konservasif dan para ulama berkali-kali mengemukakan keberatan mereka, menganalogikan musik dan lagu dengan minum arak dan bertaruh yang merupakan kesenangan yang terlarang[7] F. Seni kerajinan Bidang ini yang menonjol adalah jasa Koholifah Abdul Malik, yaitu pembuatan Tiraz (semacam kerajinan bordir) terutama cap resmi yang dietak pada pakaian Khalifah dan para pembesar kerajaan G. Seni Lukis

Bidang ini dikebangkan pada masa Khalifah Walid 1, yaitu kaligrafi untuk masjid-masjid, dan lukisan-lukisan berupa gambar-gambar binatang dalam gaya hellenisme untuk bangunan-bangunan selain masjid.[8]

Tradisi Literer pada Priode Umayyah Ada beberapa aspek yang yang menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada priode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi. Ketiga apek tersebut merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang pada masa itu. Sementara itu satra arab terbagi menjadi dua yaitu prosa(natsr) dan puisi (syi’r). Pidato di depan publik, dalm berbagai bentuknya telah mencapai puncaknya pada masa dinasti umayyah. Banyak para khatib memakai pidato dalm bentuk khatbah jum’at, seorang jendral memakainya untuk membangkitkan semangat dan gubernur memakainya untuk menanamkan rasa patriotisma pada rakyat. Pada masa saat belum mengenal propaganda khidus, maka pidato menjadi sarana untuk menyebarkan gagasan, dan untuk membangkitkan emosi.

Sementara itu kemajuan intelektual sangatlah penting dalam hal pengembangan puisi, kita tahu bagaimana seorang Abd al-Hamit yang menjadi sekertaris khalifah umayyah adalah orang yang mengenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang, di sertai ungkapan kontoversional dan santun, disinilah mulai tertanamnya tulisan-tulisan baru yang berbetuk puisi. Dan gaya tulisan itupun mempengaruhi model tulisan-tulisan sesudahnya. Kalau dilihat dari kenyataannya, fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktivitas penyairan, dengan dibuktikan tidak adanya perubahan-perubahan syair yang ditunjukkan ketika orang-orang islam mempunyai kesempatan untuk menahlukan dan memperluas wilayah. Sehingga karakter orang-orang arap yang sangat gemar dalam membuat sya’ir pun tidak kelihatan.[9]

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Kita tahu bahwa dalam pemerintahan bani umayyah tidak melupakan akan budaya dan seni-seni arsitektur sehingga kejayaan bani umayah pun bisa terlihat, meski dalam mengembangkan sya’ir tidak begitu melesat seperti perkembangan seni bahasa dan seni ukir. Maka dari sinilah kita bisa tahu kalau bani umayah memberikan andil besar dalam perkembangan seni-seni islam di Arab. Dengan dibuktikannya begitu banyak bangunan-bangunan besar yang ditinggalkan.
Dalam daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama pada seni bahasa, seni suara, seni rupa, seni bangunan (arsitektur) seni kerajinan, seni lukis, dan seni musik.

DAFTAR PUSTAKA Hitti, Philip. 2000. History of the arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Http//sejarah kebudayaan islam.com/2011/10, diakses 08 Januari 2013 Jamil, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam.Gresik: Putra Kembar Jaya Kumaidi . sejarah kebudayaan islam. akik pusaka

Sejarah- islam blogspot.com/2010/10, pengetahuan islam kita, diakses 22 Oktober 2012