Jangan merasa paling suci, kita hanya berbeda jalan dalam memilih dosa

Tim | CNN Indonesia

Jumat, 22 May 2020 04:04 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Pada bulan Ramadan 2020, CNNIndonesia.com menghadirkan program kultum Gapai Kemuliaan. Kali ini, kultum akan berbicara soal pandangan Islam mengenai orang-orang yang merasa dirinya paling suci.Penceramah:Cendekiawan Islam, Komaruddin Hidayat

Ass. Wr. Wb.


Dalam obrolan sehari-hari kita sering mendengar ungkapan hukum sebab akibat. Kalau dalam sains, ini [hukum sebab akibat] kuat sekali. Hukum sebab akibat menjadi fondasi untuk membangun ilmu pengetahuan. Dalam ilmu sosial juga ini sebenarnya terjadi. Allah SWT maha adil. Orang yang mempercayai hukum sebab akibat, hidupnya akan lebih tenang. Hukum di dunia itu terkadang ada akrobatnya. Tapi hukum Allah pasti.Dalam Alquran dikatakan bahwa orang orang yang baik itu adalah orang-orang yang bisa menghindari perbuatan-perbuatan keji. Ya, kalau mungkin yang [kesalahan] kecil-kecil, namanya seperti mobil, kalau ada debu, ya, wajar. Tapi jangan kemudian kita sengaja masuk ke dalam kesalahan-kesalahan yang fatal.Allah berfirman dalam QS An Najm ayat 32.

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌ فِى بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

Artinya:"(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka jangan lah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa."Kita hendaknya menyadari bahwa diri kita punya kelemahan. Tapi jangan kemudian dijadikan excuse untuk berbuat dosa. Allah juga memperingatkan ada kelemahan dalam diri setiap manusia. Oleh karena manusia seyogianya menjaga dirinya masing-masing dan senantiasa berhati-hati.

Kalaupun manusia melakukan [kesalahan], maka jangan lupa bahwa Allah SWT Mahaluas pengampunannya.

Ingat, jangan merasa paling suci dan menjelekkan orang lain. Merasa paling benar dan menganggap orang lain bodoh. Merasa paling takwa dan menganggap orang lain kufur dan sebagainya.Itu dikritik keras oleh Alquran.Wass. Wr. Wb.

[Gambas:Video CNN]

(asr/asr)

[Gambas:Video CNN]

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

We’ve detected that JavaScript is disabled in this browser. Please enable JavaScript or switch to a supported browser to continue using twitter.com. You can see a list of supported browsers in our Help Center.

Help Center

Kita hanya berbeda dalam memilih dosa. (Ilustrasi: wallpaperaccess.com)

Akhir-akhir ini barangkali kita sering mendengar kata-kata, “Halah, kita hanya berbeda cara memilih dosa”. Ungkapan seperti ini berseliweran di media sosial kita. Kalimat ini kalau kita telusuri lebih lanjut akan berbahaya, berpotensi menimbulkan fitnah dan dosa. Bagaimana tidak, orang-orang yang berkata seperti ini, secara tidak sadar ingin berkata bahwa tidak apa-apa berdosa, toh semua kita memang pernah berdosa. Benar, bahkan kita semua penuh dengan dosa.

“Kita baik dengan manusia, tapi buruk dengan Allah atau sebaliknya. Enggak apa-apa kok enggak salat, tapi sama manusia dia baik. Ini adalah fitnah manusia,” sebut Ustaz Ahmad Faris, dalam “Beut Malam” bersama Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh.

Orang yang berkata ini secara tidak sadar seperti ingin melegalisasi sebuah dosa dengan perbandingan dosa orang lain. Memang benar, ada penjahat, tapi rajin salat. Ada yang berzina, tapi salat lima waktu dan duha tak pernah lupa. Ada yang korupsi, tapi rajin sedekah dan mengaji.

Hakikat dosa itu bukan untuk dijadikan ajang perbandingan, tapi ajang pertaubatan, terlepas dosa apa pun itu. Tidak ada kan yang suka dibanding-bandingkan, termasuk aku dengan dirinya, misalnya. Sedangkan Kamu, memang tak ada bandingannya di hatiku.

Islam yang Membumi dan Melangit

Islam tidak hanya mengenal ubudiah rabbaniah, tapi juga ubudiah insaniah. Artinya, seorang muslim tidak hanya dituntut dekat dengan Allah, tapi Islam juga menuntut umatnya untuk dekat dengan manusia. Keduanya harus berjalan beriringan. Jika berat sebelah atau hanya melakukan salah satunya, keberislaman kita jadi pincang. Ini sama menyedihkannya seperti aku mencintaimu, tapi Kamu mencintai orang lain. Cinta bertepuk sebelah tangan yang pincang.

Tahu enggak, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

أَشَدُّ الذُّنُوبِ مَا اسْتَخَفَّ بِهِ صَاحِبُهُ

Dosa yang paling besar itu adalah dosa yang diremehkan oleh pelakunya.

Mengapa Sayyidina Ali mengatakan demikian? Nah, di sini, ketika meremehkan dosa kita, sebenarnya kita tidak hanya sedang meremehkan dosa itu saja, tapi juga sedang meremehkan kepada siapa kita berbuat dosa, yaitu Allah Swt. Oleh karenanya, saat kita sedang meremehkan dosa, sejatinya kita sedang meremehkan Allah. Baik itu dosa kepada Allah langsung atau itu dosa kepada sesama manusia. Semua punya konsekuensinya.

Baca juga: Orang Tua Durhaka, Adakah?

Makanya para ulama sangat takut dan berhati-hati, sehingga tidak terjerumus ke dalam dosa, termasuk dosa yang sangat kecil sekali pun. Para ulama sangat takut kata-katanya bisa menyakiti manusia.

Kita hanya berbeda cara memilih dosa. (Ilustrasi: moslemlifestyle.com)

Sama-sama Mendoakan

Nah, lalu bagaimana seharusnya menyikapi, “orang baik, tapi belum salat atau sebaliknya”. Cara pertama adalah berhenti melegalisasi dosa. Berhenti berkata “kita hanya berbeda dalam memilih dosa”. Kemudian, berhenti mencela. Jika ia berbuat dosa, kita doakan agar ia bertaubat.

Pokoknya jangan pernah meremehkan “The power of doa”. Kalau ia belum sempurna menjaga aurat, kita doakan. Kalau ia belum baik dalam menjaga salat, kita doakan. Kalau ia belum punya calon suami, kita doakan, agar ia menjadi istri kita. Sesederhana itu.

Menasehati dengan Lembah Lembut

Jika pun kita ingin memilih menasehati, nasehatilah dengan cara yang lembut dan tidak di depan umum seperti di kolom komentar yang bisa dibaca banyak orang dan menjadi bahan olok-olokan. Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Ad-diinu an-Nasiihah”.  Agama itu nasehat.

Saling menasehati dan saling mengingatkan memang sangat dianjurkan dalam Islam, tapi kan kita harus tahu juga caranya. Ada adab dan tata caranya. Ada tata krama dan batasannya juga. Kita juga harus tahu situasi dan kondisi orang yang ingin kita nasehati. Kan enggak juga main hantam saja, apalagi main kekerasan.

Orang yang jauh itu dibina, bukan dihina. Orang yang jauh itu didekati, bukan malah dicaci. Jangan sampai niat kita untuk mendekatkan seseorang kepada Islam, malah semakin menjauhkan orang lain dari kebaikan. Kalau begini ceritanya, ada yang bermasalah dengan diri kita sendiri.

Perkara kesalahan dan dosa ini memang berat sekali, siapa yang berani mengklaim diri kita bersih dari dosa? Kita ini memang penuh dosa. Nah, tubuh kita yang memang sudah berkarat atau meukrak dosa ini, janganlah ditambah lagi dengan meremehkan perbuatan dosa itu lagi.

Kita harus berhati-hati berkata “Halah, kita kan hanya berbeda cara memilih dosa”. Takutnya, tanpa sadar kita terjerumus menyepelehan Tuhan. Sudah berdosa, meremehkan Allah lagi. Bukankah ini sangat na’uzubillah. Besaran dosanya kan bisa luar biasa. Yah, seperti cintaku padamu ini: sungguh tak terhingga.

Lalu, apakah menggombal pakek dosa seperti kalimat terakhir ini juga sebuah dosa? Yah, ini kasus lain yang tidak perlu kita bahas di sini.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA