Ismail marzuki adalah seorang pahlawan nasional yang lahir pada tahun

Biografi singkat Ismail Marzuki, seorang komposer nasional yang lahir pada tanggal 11 Mei 1914 /Ilustrasi dari @_mlakumlakusejarah/Instagram

ZONABANTEN.com - Mungkin tak semua orang tahu, bahwa 11 Mei merupakan salah satu tanggal spesial bagi Indonesia.

Mengapa? Karena pada 11 Mei, lahirlah seseorang yang dikenal sebagai Bapak Kesenian Indonesia sekaligus Pahlawan Nasional, yaitu Ismail Marzuki.

Ismail Marzuki merupakan komposer berbakat yang lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914.

Melalui lagu dan karya seni ciptaannya, Ismail Marzuki menyuarakan keresahan atas kondisi bangsa saat itu.

Baca Juga: Mengenal Kesenian Masyarakat Banten, Debus yang Beraksi Tanpa Ragu

>

Ismail Marzuki lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya merupakan seorang wiraswasta kecil-kecilan di wilayah Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.

Ismail Marzuki tumbuh dalam asuhan sang ayah, karena ibunya meninggal saat ia dilahirkan, begitu pula dengan kedua kakaknya.

Jadi, ia hanya hidup dengan ayahnya dalam keluarga kecil itu.

Meski begitu, sejak kecil ia telah hidup dengan musik. Ayahnya seorang pemain rebana, dan Ismail kerap kali ikut melantunkan kalimat dzikir sambil menabuh rebananya.

Advertising

Advertising

JATIMTIMES - Sosok Ismail Marzuki dikenal sebagai seorang komponis dan maestro besar Indonesia. Seniman berdarah Betawi ini dikenal dengan deretan lagu-lagunya yang melegenda hingga dinikmati oleh generasi saat ini.

Ismail Marzuki lahir di Jakarta tepatnya di kawasan Kwitang, 11 Mei 1914 silam. Nama aslinya Ismail, sedangkan Marzuki merupakan nama ayahnya. Sejak kecil, Ismail yang memiliki nama kecil Ma'ing tinggal bersama ayahnya. Ibunya telah meninggal dunia sejak Ismail kecil.

Sejak kecil, Ismail sangat akrab dengan peralatan bengkel mobil. Maklum, sang ayah yakni Marzuki dulunya memiliki bisnis bengkel mobil di kawasan Kwitang. Selain menggeluti dunia bisnis bengkel mobil, Marzuki juga lihai melantunkan dzikir dan menabuh rebana. Tak heran Ismail memiliki kemampuan seni yang baik. Karena darah seni mengalir dari bakat seni dan bermusik sang ayah.

Ismail Marzuki yang terus mengasah kemampuan bermusiknya. Lagu pertama ketika ia berusia 17 tahun yakni lagu "O Sarinah". Kemudian, sekitar tahun 1936, Ismail Marzuki bergabung dalam perkumpulan musik Lief Java yang sebelumnya bernama Rukun Anggawe Santoso. Ia memainkan gitar, saxophone hingga harmonium pompa.

Melalui perkumpulan tersebut bakat Ismail Marzuki terasah sebagai instrumentalis, penyanyi, dan penyair lagu. Sedikit demi sedikit Ismail Marzuki juga mulai mengarang lagu-lagu yang terinspirasi dari berbagai macam lagu yang ia dengar.

Berbagai lagu bisa menjadi inspirasinya dari simfoni karangan Schubert, Mozart, Schumann, dan Mendellshon. Kemudian lagu-lagu daerah dari tanah Maluku, Minahasa, Bugis, Melayu, hingga Minang.

Melansir dari laman perpusnas.go.id, Ismail Marzuki juga tergabung dalam orkes radio pada Hoso Kanri Kyoku, radio militer Jepang dan kemudian tetap berlanjut saat namanya berubah menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).

Namun ketika Belanda datang, Ismail Marzuki sempat keluar dari RRI dan kembali bergabung setelah stasiun radio tersebut bisa diambil alih.
Ia berhasil menciptakan sebuah lagu untuk pemilihan umum yang disiarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.

Salah satu lagu yang melegenda dan diperdengarkan hingga saat ini lagu "Hari Lebaran". Lagu yang diciptakan Ismail Marzuki ini direkam pertama kali pada tahun 1954 di Studio RRI Jakarta.

Lagu "Hari Lebaran" dinyanyikan pertama kali oleh Didi yang merupakan nama samaran dari Suyoso Karsono. Di rekaman pertama tersebut Didi diiringi oleh grup musik Rima Seirama.

Lagu "Hari Lebaran" ciptaan Ismail Marzuki ini juga sempat dibawakan dengan aransemen berbeda oleh Titiek Puspa, Betaria Sonata, Yani Libels, Puput Novel dan Deny Malik pada medio 1980-an.

Selain itu, lagu "Hari Lebaran" juga populer di telinga pendengar musik yang ada di Singapura dan Malaysia. Hal itu setelah lagu "Hari Lebaran" dinyanyikan oleh P Ramlee dengan menyesuaikan beberapa lirik dengan Bahasa Melayu Malaysia.

Sementara itu, Ismail Marzuki meninggal dunia pada tanggal 25 Mei 1958 di usia 44 tahun karena penyakit paru-paru. Ismail Marzuki meninggal dunia di pangkuan sang istri Eulis dan disaksikan oleh anak semata wayangnya Rahmi Asiah. Jenazah Ismail Marzuki dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak di Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Lima bulan sebelum meninggal, Ismail Marzuki sempat menyelesaikan lagu terakhirnya berjudul "Inikah Bahagia" dengan lirik sebagai berikut:

Bila nanti lara dan duka rawan kembali/ Dari pada kosong hampa menantikan kasih/ Kau ‘kan dengar lagu-sajang/ Lagu kenangan sepi diambang sore.

Lebih lanjut, melansir dari laman smartcity.jakarta.go.id, semasa hidupnya, Ismail Marzuki telah menciptakan 250 lagu dalam 27 tahun berkarya. Beberapa lagu yang melegenda tersebut, yakni:

1. Gugur Bunga di Taman Bhakti2. Rayuan Pulau Kelapa3. Juwita Malam4. Indonesia Tanah Pusaka5. Wanita6. Sabda Alam7. Rindu Lukisan8. Halo Halo Bandung9. O Sarinah10. Sepasang Mata Bola11. Selendang Sutra12. Aryati13. Melati di Tapal Batas14. Jangan Ditanya15. Beta dan Ayunda16. Bunga Anggrek17. Sapu Tangan dari Bandung Selatan18. Bunga Rampai19. Kunang-kunang

20. Bandung Selatan di Waktu Malam

Sebagai komponis besar Indonesia, Ismail Marzuki telah banyak menerima penghargaan. Salah satunya penghargaan dari Presiden RI Soekarno berupa Piagam Wijayakusuma pada tanggal 17 Agustus 1961 atas dedikasi dan kecintaannya pada tanah air.

Lalu pada 10 November 1968 Gubernur DKI Jakarta saat itu yakni Ali Sadikin mengabadikan nama Ismail Marzuki untuk menggantikan nama Taman Raden Saleh. Gubernur Ali Sadikin juga mengubah fungsinya menjadi pusat kesenian untuk seniman Jakarta berkarya yang masih digunakan hingga saat ini.

Kemudian, pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2004, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ismail Marzuki. Lalu, bertepatan dengan Bulan Musik Nasional yang jatuh pada 9 Maret di tahun 2017, Perpustakaan Nasional juga memberikan Anugerah Komponis Indonesia kepada Ismail Marzuki.

Biografi Ismail Marzuki. Siapa sih yang tidak kenal dengan Marzuki Ismail? Marzuki Ismail merupakan salah satu tokoh yang terkenal yang merupakan komponis besar indonesia yang hidup pada akhir masa penjajahan kolonial di indonesia. Beliau adalah sosok orang yang sangat berbakat dengan berbagai karya lagu dan musik yang bertema nasionalis dan perjuangan. Karya tokoh yang dikenal sebagai pahlawan nasional ini sangat populer pada jamannya bahkan hingga saat ini. Pada kesempatan kali ini, artikel ini akan membahas mengenai biografi Ismail Marzuki mulai dari masa kecil hingga beliau wafat.

Profil Ismail Marzuki

  • Lahir: 11 Mei 1914, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Jakarta
  • Meninggal: 25 Mei 1958, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
  • Dikenal Sebagai: Seniman, Pahlawan Nasional
  • Orang Tua : Marzuki (ayah), Solechah (ibu)
  • Istri : Eulis Zuraidah
  • Anak : Rachmi Aziah

Masa kecil Marzuki Ismail

Ismail Marzuki adalah seniman yang di Kwitang Batavia pada tanggal 11 Mei 1914. Ismail Marzuki mempunyai nama kecil Maung. Beliau merupakan anak dari keluarga keturunan Betawi. Ismail Marzuki  juga dikenal sebagai orang yang mempunyai bakat seni yang tidak ada bandingnya. Sosoknya pun juga mengagumkan banyak orang yang mengenalnya. Mereka merupakan anak dari pasangan Marzuki dan Solehah.

Ismail Marzuki juga terkenal sebagai pemuda yang mempunyai kepribadian luhur dan juga tergolong anak yang pintar. Ismail sejak  mudanya senang sekali tampil sangat rapi dan necis. Bajunya selalu disetrika sangat licin dan sepatunya selalu mengkilat dan suka menggunakan dasi. Darah seni Ismail Marzuki mengalir dari ayahnya yang pada saat ini adalah seorang pegawai di perusahaan Ford Reparatieet TIO

Ayah Ismail Marzuki dikenal sebagai sangat pandai memainkan kecapi dan juga sangat piawai dalam melakukan syair yang bernafaskan islami. Jadi tidak heran  kalau kemudian Ismail sejak kecil sudah tertarik dengan berbagai macam lagu – lagu.

Pendidikan Ismail Marzuki

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa Ismail Marzuki berasal dari keluarga yang berkecukupan. Pada masa kecilnya, Ismail Marzuki disekolahkan ayahnya  ke sebuah sekolah Kristen HIS Idenburg Menteng.

Nama panggilannya di sekolah adalah Benyamin. Tapi kemudian ayahnya merasa khawatir jika nantinya bersifat kebelanda – belandaan. Oleh karena itu, Ismail Marzuki dipindahkan ke Madrasah Unwabul – Salah di Kwitang. Beranjak dewasa, dia kemudian dibelikan ayahnya alat musik yang sangat sederhana.

Pada tiap kenaikan kelas, Ismail Marzuki diberikan hadiah harmonika, Mandailing dan gitar. Setelah lulus, beliau masuk sekolah MULO  dan membentuk sebuah grup musik sendiri. Nah disitulah beliau bisa memainkan alat musik nanti dan gemar memainkan lagu – lagu dengan gaya Dixieland  dan lagu – lagu barat yang banyak digandrungi semua orang pada saat itu.

Setelah tamat MULO  Ismail Marzuki bekerja di Socony Service Station sebagai kasir dengan gaji sekitar 30 gulden sebulan. Dari gajinya itu dia sanggup menabung untuk membeli sebuah biola. Namun pekerjaan sebagai kasi dirasakan kurang cocok baginya.

Setelah tamat MULO, Ismail Marzuki bekerja di Socony Service Station sebagai kasir dengan gaji 30 gulden sebulan, sehingga dia sanggup menabung untuk membeli biola. Namun, pekerjaan sebagai kasir dirasakan kurang cocok baginya. Ia kemudian pindah pekerjaan dengan gaji yang tidak tetap sebagai berkoperasi atau disebut juga dengan penjual piringan hitam produksi Columbia dan Polydor yang berkantor di Juanda.

Karier Ismail Marzuki

Penghasilan yang tergantung dengan jumlah piringan hitam yang bisa dia jual rupanya pekerjaan ini hanya dijadikan sebagai batu loncatan bagi beliau untuk ke jenjang karier berikutnya dalam bidang musik.

Selama bekerja sebagai penjual piringan hitam, Ismail Marzuki  banyak berkenalan dengan artis yang sering pentas, film, musisi  misalnya saja Zahirdin, Yahya, Kartolo dan Roekiah. Pada tahun 1936, Ismail Marzuki memasuki perkumpulan orkes musik Lief Jawa sebagai pemain gitar dan saksofon.

Pada tahun 1934 , Belanda membentuk Nederlands Indische Radio Omroep Mattshappij dan orkes musik Lief Java dan pada waktu itu mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara siaran musik. Namun Ismail Marzuki mulai menjauhkan diri dari lagu – lagu barat dan kemudian menciptakan lagu – lagu sendiri antara lain. “ Akibat Baba Rimba”, Ohle lebih di Kotaraja dan Ya Aini.

Lagu ciptaannya ini kemudian ditekan ke dalam sebuah piringan hitam di Singapura. Orkes musiknya punya sebuah lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Jaya Islander.

Lagu tersebut tanpa adanya pemberitahuan maupun basa – basi dijadikan sebagai lagu pembukaan dalam siaran radio NIROM. Dengan begitu grub Ismail Marzuki  mengajukan protes tapi protes mereka tidak digubris oleh direktur NIROM.

Pada tahun 1936 – 1937, Ismail Marzuki sudah mulai mempelajari berbagai macam jenis lagu tradisional dan lagu barat. Pada masa ini Ismail Marzuki juga terlibat dalam penciptaan beberapa lagu misalnya “ my gula – gula girl dan kemudian beliau  juga menciptakan lagu Bunga Mawar dari Matanya dan Duduk termenung yang mana bisa dijadikan sebagai tema lagu film Terang Bulan.

Pada masa perang dunia II tahun 1940 mulai mempengaruhi kehidupan di Hindia – Belanda. Radio NIROM juga sudah mulai membatasi acara siaran musiknya. Sehingga beberapa orang Indonesia di Betawi muka membuat radio dengan nama Verenegunh Oosterschr Radio Omroep (VORO) yang berlokasi di daerah Kramat Raya pada setiap malam minggu, Orkes Lief Java mengadakan sebuah siaran khusus dengan penyanyi antara lain Annie Landouw. Ismail Marzuki makan jadi pemain sekaligus mengisi acara lawak dengan nama samaran Paman Lengser yang di anti oleh Botol Kosong alias Memet.

Karena Ismail Marzuki  sangat pandai memainkan beberapa jenis alat musik, suatu ketika  dia diberikan sebuah hadiah berupa saksofon oleh Kawanua yang ternyata menderita gangguan paru – paru.

Ismail Marzuki membentuk Perikatan radio ketimuran

Ketika Ismail Marzuki membentuk sebuah organisasi Perikatan Radio Ketimuran ( RPK) pihak Belanda memintanya untuk memimpin orkes studi ketimuran yang berlokasi di Bandung. Orkesnya khusus membawakan lagu – lagu barat.

Pada periode ini dia banyak mempelajari bentuk – bentuk lagu barat yang digubahnya dan setelah itu diterjemahkan ke dalam nada – nada Indonesia. Sebuah lagu Rusia ciptaan Tuhan. Lagu ini juga  diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi Panin Hideung. Sebuah lagu ciptaanya berbahasa Belanda tapi memiliki intonasi timur tak lagu “Als de orchideen bloeien”

Lagu tersebut kemudian direkam oleh perusahaan piringan hitam his master voice. Kelak lagu  ini rencananya akan diterjemahkan lagi dalam bahasa Indonesia yang berjudul.Bila Anggrek Mulai Berbunga.

Pada tahun 1949, Ismail Marzuki menikah dengan penyanyi keroncong Eulis Zuraidah. Dan pada Maret 1942 pada saat Jepang menduduki seluruh Indonesia, rasio NIROM dibubarkan dan diganti dengan nama Hisi Kabari Kyoku. PRK juga dibubarkan Jepang dan orkes Lief berganti nama menjadi Kireina Jawa.

Pada saat ismail Marzuki mulai memasuki periode menciptakan lagu – lagu perjuangan. Mula – mula syair lagunya masih berbentuk puitis yang lembut seperti “ Kalau Melati Mekar Setangkai” , “ Kembang Rampai dari Bali” dan bentuk hiburan ringan lainnya. Dan juga mengarah pada musik aliran seriosa.

Dalam biografi  Ismail Marzuki diketahui bahwa pada masa 1943 – 1944 Ismail Marzuki menciptakan lagu mulai mengarah pada lagu – lagu perjuangan misalnya  Rayuan Pulau Kelapa, Bisikan Tanah Air, Gagah Perwira, Indonesia Pusaka. Karya ciptaannya melahirkan terus sampai perang dunia II.

Peninggalan Ismail Marzuki

Lagu ciptaan karya Ismail Marzuki yang paling populer adalah Rayuan Pulau Kelapa yang digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru.

Ismail Marzuki mendapat anugerah penghormatan pada tahun 1968 dengan dibukanya Taman Ismail Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat. Pada tahun 2004 dia dinobatkan menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia.

Ia sempat mendirikan orkes Empat Sekawan dan dikenal publik ketika mengisi musik dalam film Terang Bulan. Selain itu, kita dapat menemukan nama Ismail Marzuki yang sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.

Berikut adalah beberapa karya lagu dari ismail marzuki yang terkenal hingga saat ini:

  • Wanita
  • Rayuan Pulau Kelapa
  • Kasim Baba
  • Bandaneira
  • Sepasang Mata Bola (1946)
  • Karangan Bunga dari Selatan
  • Selamat Datang Pahlawan Muda (1949)
  • Bandung Selatan di Waktu Malam (1948)
  • O Sarinah (1931)
  • Roselani
  • Rindu Lukisan
  • Indonesia Pusaka
  • Keroncong Serenata
  • Aryati
  • Gugur Bunga
  • Melati di Tapal Batas (1947)
  • Lenggang Bandung
  • Sampul Surat
  • Juwita Malam
  • Sabda Alam

***

Demikianlah sekilas informasi tentang biografi ismail marzuki yang bisa dibagikan pada postingan kali ini. Semoga postingan ini bisa menjadi sumber informasi yang menarik dan bermanfaat untuk menambah wawasan sejarah Anda.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA