Hujan yang sangat lebat dan deras berpotensi menyebabkan

Potret saat terjadinya banjir di kawasan Jakarta. Sumber foto: cnnindonesia.com

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat, hingga sepekan kedepan. Hujan deras yang mengguyur pada Jumat (19/02), menyebabkan banjir disejumlah kawasan Jadetabek. Salah satu fenomena cuaca dan iklim tersebut diakibatkan karena adanya faktor penguatan aliran monsun asia, hingga terjadi fenomena La Nina.

Korban banjir sekaligus mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, semester empat, Yusuf Ramadhani menuturkan, banjir di lingkungannya, yaitu pada wilayah Bekasi, terjadi karena hujan yang terus mengguyur, sehingga mengakibatkan peningkatan debit air dan meluapnya air ke area perumahan.

“Beberapa tanggul tidak bisa membendung air yang begitu banyak sehingga tanggul jebol. Kerusakan ekologi lingkungan pun turut menjadi faktor banjir, seperti lahan-lahan hijau yang sudah banyak dihabisi oleh pembangunan perusahaan. Saya berharap agar pemerintah secepatnya mengevaluasi, menanggulangi serta membuat strategi agar bencana banjir tidak terulang,” tuturnya.

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDIKOM), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), semester empat, Irfan Nurhaj menjelaskan, pemerintah harus bertangung jawab atas permasalahan banjir dan mulai mencari cara agar tidak terus terjadi. Masyarakat pun juga ikut terlibat serta bertanggung jawab dalam mengatasi hal tersebut, sehingga koordinasi pemerintah dengan masyarakat perlu diperhatikan.

“Di daerah saya, yaitu Tangerang sampai saat ini masih tergenang. Hal itu terjadi salah satunya akibat kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam mengatasi sampah di lingkungan sekitar. Maka dari itu, pemerintah harus lebih sigap dalam menata kawasan rawan banjir dan masyarakat pun juga harus lebih peduli akan lingkungannya,” jelasnya.

(Luya Alawiya)

Hari Senin Siang (24/10/2016) antara pukul 11.40 - 13.10 WIB sekitar daerah Pasteur - Bandung, Jawa Barat diguyur hujan dengan intensitas lebat - sangat hanya dalam kurun waktu antara 1-1.5 jam yg berdampak banjir beberapa wilayah di Bandung dengan ketinggian air bervariasi berkisar ant 1-1.6 m. Hasil catatan dan pengukuran curah hujan di UPT BMKG Bandung sebesar 77.5 mm termasuk kategori hujan sangat lebat/ekstrim.

Sesuai siaran pers peringatan dini cuaca yang dikeluarkan BMKG (berlaku 22 - 25 Okt 2016) dan juga update perkembangan cuaca, indikasi potensi hujan lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang di beberapa wilayah Indonesia meliputi sebagian Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Babel, sebagian besar Jawa, Kalimantan Barat bagian selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi bagian Tengah, Selatan dan Tenggara serta Papua. Untuk itu masyarakat dihimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dan jalan licin.

Terjadinya kondisi cuaca tersebut sebagai bentuk umpan balik (weather rebound after Tropical Storm) yang signifikan/bermakna akibat pelepasan dari tarikan massa udara badai tropis "SARIKA" dan "HAIMA". Seiring dengan meluruh dan punahnya badai tropis tersebut, kondisi cuaca saat ini disebabkan oleh beberapa hal:

  1. Suplai uap air yang direpresentasikan oleh kondisi suhu muka laut yang hangat/panas dengan anomali positive antara 0.5 - 2.0�C yang berpotensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan masih signifikan di sebagian besar perairan Indonesia, terutama di perairan sekitar Jawa hingga Nusatenggara, Sulawesi bag Selatan, perairan Utara Maluku dan Papua.
  2. Pada saat yang bersamaan terjadi anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera Selatan dan Jawa yang lebih tinggi dibandingkan Samudera Hindia sebelah Timur Afrika yang dikenal dengan istilah Indian Ocean Dipole Mode (fenomena Dipole Mode Negative) yang berimplikasi pada terdorongnya massa uap air menuju ke Indonesia bag Barat yang menjadi tambahan suplai uap air dalam pembentukan dan pertumbuhan awan hujan.
  3. Aliran massa udara basah yang dikenal dengan istilah Madden Jullian Oscillation/MJO yang berada di sekitar Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan maritim kontinen Indonesia diindikasikan memberikan kontribusi pada peningkatan curah hujan di Indonesia bagian Barat dan Tengah.
  4. Adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera bagian Selatan yang berimplikasi adanya daerah pertemuan, perlambatan dan belokan angin di sekitar wilayah Sumatera bagian Selatan dan Jawa yang mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga meningkatkan potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang
  5. Tingkat kandungan air di atmosfer terutama di Indonesia bagian Barat dan Tengah sangat basah yang direpresentasikan oleh kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga meningkatkan potensi hujan lebat.

Indikasi Potensi Curah Hujan sampai akhir Oktober 2016 sebagian besar wilayah Indonesia mulai mengalami peningkatan, utk CH Menengah - Tinggi berpotensi terutama di Aceh dan Sumatera Utara, Pesisir Barat Sumatera, Bengkulu bag Selatan, Jawa bag Selatan dari Banten sampai Jawa Tengah, Jawa Barat bag Selatan, Kalimantan Barat bag Barat dan Timur, Sulawesi bag Tengah, sebagian besar Papua.

Dengan potensi CH Tinggi pada periode bulanan, maka indikasi potensi hujan lebat yang berskala harian dapat dimungkinkan akan meningkatkan bencana hidrometeorologi.***

Kepala Bagian Humas BMKG

  • Tags
  • #Info Aktual #Meteorologi #Hujan #Cuaca Ekstrem

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja tidak akurat dikarenakan si penjawab mungkin bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban lain dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Semangat Belajar..#


Dijawab oleh ### Pada Wed, 13 Jul 2022 17:22:59 +0700 dengan Kategori B. Indonesia dan Sudah Dilihat ### kali

Jawaban:

1 di syukuri

2 banjir

3 menjemur pakaian ,bekerja,dan sebagainya

4 pengaliran untuk sawah

5 membung sampah di sungai dan menebang pohon

Baca Juga: Diket :


ij.dhafi.link/jawab Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

selijunianti selijunianti

Jawaban:

1 di syukuri

2 banjir

3 menjemur pakaian ,bekerja,dan sebagainya

4 pengaliran untuk sawah

5 membung sampah di sungai dan menebang pohon

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang dan kilat/petir yang akan terjadi di beberapa wilayah Indonesia untuk dua hari ke depan.

Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana menjelaskan, pada model filter Madden Jullian Oscillation (MJO), 31 Oktober 2020, secara spasial mendeteksi gangguan fenomena MJO di wilayah Laut China Selatan bagian utara, Filipina bagian utara dan tengah, perairan timur Filipina, Samudera Pasifik timur Filipina, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), perairan utara Kalimantan Utara, perairan selatan Filipina, dan Laut Sulawesi

"Kondisi ini mampu meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah tersebut," kata Taufan seperti keterangan tertulis yang diterimaKompas.com, Sabtu (31/10/2020) sore.

Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?

Fenomena MJO secara spasial terdeteksi di wilayah Laut Cina Selatan bagian utara, Filipina, perairan timur Filipina, Samudera Pasifik timur Filipina,Laut Cina Selatan, dan Laut Sulawesi, yang mampu meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah tersebut.

Sementara itu, gelombang ekuator yang terjadi di indonesia antara lain:

  • Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah Laut Andaman, Teluk Thailand, Sumatera Barat bagian selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Selat Karimata bagian selatan, Laut Jawa, Selat Sunda, sebagian besar Jawa, Samudera Hindia Selatan Jawa, Papua dan Samudera Pasifik Utara Papua Nugini, yang berpotensi menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
  • Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Samudera Hindia barat Lampung, sebagain Jawa, Laut Jawa dan Australia bagian Utara, yang berpotensi menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
  • Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten terpantau di Samudera Hindia Barat Sumatera, perairan Barat Sumatera Barat hingga Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Laut Jawa bagian barat, Selat Sunda, Banten, DKI Jakarta, Selat Malaka bagian utara, Teluk Thailand, Laut Natuna, Laut China Selatan, Filipina, Samudera Pasifik timur Filipina, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara bagian utara, Maluku Utara, Maluku, Laut Banda, Papua Barat dan Papua, yang memberikan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut
  • Interaksi antara gelombang Rossby Ekuator dan gelombang low frequency di wilayah dan periode yang sama yakni Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat bagian barat dan Papua Barat. mampu meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah tersebut.

Baca juga: 5 Negara yang Memiliki Kuliner Berbahan Dasar Serangga, Mana Saja?

Sirkulasi Siklonik terpantau di Perairan Utara Kalimantan pada lapisan 925-700 hPa , Samudra Hindia Selatan Jawa (925-850 hPa), Laut Jawa (925-850 hPa) dan Samudra Hindia Barat Sumatera (925-850 hPa).

Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik tersebut.

Lebih lanjut, daerah potensi pertumbuhan awan hujan terdapat di wilayah Aceh, Sumut, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua.

Hasil analisis kondisi global menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan akibat fenomena Nino 3.4 (La Nina moderate) yang mendukung peningkatan curah hujan harian di wilayah Indonesia.

Baca juga: Mengenal Petrichor, Aroma yang Ditimbulkan Saat Hujan Turun

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA