Hubungan masyarakat dan kebudayaan serta gerak kebudayaan

KOMPAS.com – Manusia dan kebudayaan merupakaan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan sebab kebudayaan muncul karena dipelajari oleh manusia.

Sifat dinamis misalnya, tidak bisa dimungkiri bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya selalu mengalami perubahan. Hal demikian juga terjadi dalam kebudayaan.

Kebudayaan juga bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan terus-menerus. Perubahan kebudayaan terjadi seiring perubahan yang dialami oleh manusia. Perubahan-perubahan dalam kebudayaan inilah yang disebut sebagai dinamika kebudayaan.

Dinamika kebudayaan akan terus terjadi seiring dengan berkembangnya zaman dan berubahnya kebutuhan manusia. Proses dinamika kebudayaan berbeda-beda, ada yang berlangsung secara cepat, ada pula yang berlangsung secara lambat.

Baca juga: Kebudayaan Nasional: Definisi dan Bentuknya

Dalam Ilmu Antropologi, dinamika kebudayaan berlangsung dalam beberapa proses, yaitu akulturasi, asimilasi, dan inovasi. Berikut penjelasannya:

Dilansir dari buku Kamus Sosiologi Antropologi (2001) karya M. Dahlan Yakub, akulturasi adalah proses dinamika kebudayaan pada suatu masyarakat karena adanya pengaruh kebudayaan asing.

Dalam proses akulturasi, datangnya pengaruh kebudayaan asing tidak serta merta menghilangkan kebudayaan lama.

Justru kedua kebudayaan tersebut bercampur padu sehingga menghasilkan suatu kebudayaan yang baru tanpa harus kehilangan identitas kebudayaan masing-masing.

Contoh akulturasi adalah pakaian tarian yang digunakan oleh orang Betawi. Pakaian tersebut mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina, seperti warna merah dan penutup mukanya.

Baca juga: Metode Pendekatan dalam Ilmu Antropologi

Meskipun mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina, orang-orang Betawi masih tetap mempertahankan beberapa bentuk pakaian asli dan masih menggunakan musik Betawi.

Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata, asimilasi merupakan proses dinamika kebudayaan yang terjadi karena adanya perpaduan atau peleburan dari dua atau lebih kebudayaan sehingga memunculkan kebudayaan baru tanpa adanya unsur paksaan.

Kalau dalam akulturasi masih ada karakteristik budaya yang lama, maka dalam asimilasi ini kedua budaya benar-benar melebur sehingga menjadi sebuah kebudayaan yang baru.

Contoh asimilasi adalah percampuran antara musik melayu dengan musik india yang kemudian menghasilkan genre musik baru, yaitu musik dangdut.

Inovasi merupakan proses dinamika kebudayaan yang tidak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, melainkan dipengaruhi oleh pembaruan yang dilakukan oleh manusia.

Baca juga: Folklor: Definisi, Ciri-Ciri, dan Bentuknya

Pembaruan yang dilakukan oleh manusia lebih mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembaruan ini menciptakan teknologi baru yang berdampak langsung pada perubahan kebudayaan masyarakat.

Misalnya, masyarakat desa sudah bertahun-tahun membajak sawah menggunakan sapi atau kerbau. Karena ada pembaruan yang dilakukan oleh manusia, maka munculah alat traktor.

Kemunculan alat traktor membuat kebudayaan bercocok tanam masyarakat desa menjadi berubah. Semula menggunakan sapi terasa lambat, maka ketika menggunakan traktor masyarakat desa bisa membajak sawah dengan lebih cepat dan efisien.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.

Hubungan masyarakat dan kebudayaan serta gerak kebudayaan

Kelas : XPelajaran : SosiologiKategori : Masyarakat dan KebudayaanKata Kunci : Masyarakat, KebudayaanAntara kebudayaan dan masyarakat terdapat atau memiliki hubungan yang erat yakni hubungan timbal balik antar keduanya seperti halnya hubungan antara kebudayaan, peradaban dan sejarah.

Dalam hubungan ini, masyarakat sebagai variabel yang menghasilkan kebudayaan, sedangkan kebudayaan sebagai variabel yang menentukan corak masyarakat. Jadi dalam hal ini antara manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat yang dimana tidak mungkin keduanya saling dipisahkan karena masyarakat dan kebudayaan saling memengaruhi.

  • Hubungan masyarakat dan kebudayaan serta gerak kebudayaan

(Artikel dikutip dari: Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers) Seorang sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil karya masyarakat, tidak akan membatasi diri pada struktur kebudayaan tersebut yaitu unsur-unsurnya yang statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut. Dalam beberapa uraian terkait, diterangkan bahwa tak ada kebudayaan yang statis. Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadisebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antarkelompok manusia di dalam masyarakat. Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri1. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin, dalam lapangan perdagangan, pemerintahan, dan sebagainya. Pada saat itulah unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya proses akulturasi tersebut. Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah: a.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima; b.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima; c.Individu-indivisu manakan yang cepat menerima unsur-unsur yang baru; d.Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut. 1)Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah: a.Unsur kebudayaan kebendaan seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya adalah alat tulis-menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang diambil dari unsuriunsur kebudayaan Barat; b.Unsur-unsur yang terbukti membawamanfaat besar misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat mass-media; c.Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik penggilingan. 2)Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima oleh suatu masyarakat misalnya: a.Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain; b.Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok lainnya. 3)Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu- individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur-unsur baru. Hal ini disebabkan karena norma-norma yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai (sudah internalized) sehingga sukar sekali untuk mengubar norma-norma yang sudah demikian meresapnya dalam jiwa generasi tua tersebut. Sebaliknya belum menetapnya unsur-unsur ataunorma-norma tradisional dalam jiwa generasi muda menyebabkan bahwa mereka lebih menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan mereka. 4)Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok individu- individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dianggap oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Apabila mereka merupakan golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, mereka hanya akan dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.

Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan sehingga bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula. Misalnya sistem pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil dariunsur-unsur kebudayaan Barat. Akan tetapi, sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Namun, tidak mustahil timbul kegoncangan kebudayaan (cultural shock), sebagai akibat masalah-masalah yang muncul dapalam proses akulturasi. Kegoncangan kebudayaan terjadi apabila warga masyarakat mengalami disorientasi dan fustasi , dimana muncul perbedaan yang tajam antara cita-cita dengan kenyataan yang disertai dengan terjadinya perpecahan-perpecahan di dalam masyarakat tersebut.