Di sulawesi tengah egrang disebut

Anak-anak sedang bermain egrang. (IST)

Permainan egrang harus dilakukan dengan niat yang sangat kuat. Setiap pemain tidak boleh ragu dan harus seimbang, agar tidak terjatuh.

JAKARTA – KABARE.ID: Egrang merupakan salah satu permainan tradisional yang unik dan menyenangkan. Meski terlihat sederhana, tetapi permainan ini sejatinya memerlukan keterampilan mumpuni dalam menjaga keseimbangan tubuh. Selain itu, kecepatan dan ketepatan juga menjadi kunci dalam permainan ini.

Jika dilihat lebih luas, egrang sebenarnya tak hanya ada di Indonesia saja, tapi juga ada di beberapa negara di luar sana. Di Prancis, misalnya. Di negara tersebut, egrang dikenal dengan sebutan Tchangues. Bedanya dengan egrang di Indonesia, Tchangues memiliki tiga kaki. Dua dipasang di kaki, sedangkan satunya dipakai sebagai penyangga ketika istirahat.

Menurut kabar, Tchangues kerap digunakan oleh penggembala hewan di wilayah Landes, Prancis bagian barat daya, yang dikenal memiliki medan berawa dan berbahaya. Dengan memanfaatkan alat tersebut, mereka bisa dengan leluasa mengawasi hewan yang digembalakan.

Permainan egrang harus dilakukan dengan niat yang sangat kuat. Setiap pemain tidak boleh ragu dan harus seimbang, agar tidak terjatuh. Nilai sportivitas dan keuletan juga kental dalam permainan ini.

Dengan memainkan egrang, ada banyak manfaat positif yang bisa kita dapat. Beberapa di antaranya, kita diajarkan untuk bekerja keras, berani, tekun, sabar, hingga melatih kekuatan fisik.

Di Indonesia, penyebutan egrang berbeda-beda di setiap daerah. Di Kalimantan egrang disebut Batungkau, di Jawa Tengah disebut Jangkungan, di Bengkulu disebut Ingkau, sementara di Sumatera Barat lebih dikenal dengan sebutan Tengkak-tengkak.

Sebagai informasi, permainan egrang akan dilombakan dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI pada 7-13 Oktober 2019 di Istora Senayan, Jakarta.

Perlombaan akan berlangsung selama dua hari, mulai dari 9-10 Oktober 2019. Ayo, datang dan saksikan keseruannya!

(*/bas)

B.PERMAINAN TRADISIONAL O lahraga tradisional merupakan permainan asli rakyat sebagai aset budaya bangsa yang memiliki unsur olah fisik tradisional. Permainan rakyat yang berkembang cukup lama ini perlu dilestarikan, karena selain sebagai olahraga hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial, olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani bagi pelakunya. Olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar. Permainan ini dilakukan dan digemari mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa, sesuai dengan karakter permainan yang dipakai. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah seperti egrang, terompah panjang, patok lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, panjat pohon pinang, sepak raga, lomba perahu, lompat batu nias, karapan sapi, dan lain-lain. Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb. Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang. Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti : 1) Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat; 2) Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional; 3) Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan. Sejak digulirkannya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, perhatian pemerintah untuk memunculkan dan melestarikan serta mengembangkan kembali budaya permainan tradisional sudah semakin terlihat. Hal ini, terlihat pada saat digelarnya acara pemubukaan sebuah event olahraga nasional, selalu ditampilkan di antara atraksi lainnya adalah salah satu jenis olahraga tradiisonal ditampilkan. Bahkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, sudah menggulirkan dua (2) program kegiatan unggulan tingkat nasional, yaitu Festival Olahraga Tradisional dan Invitasi Olahraga Nasional. Kedua even skala nasional ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali secara bergantian. Untuk Festival jatuh pada tahun genap dan Invitasi dilaksanakan pada tahun ganjil.

Egrang adalah sebuah permainan tradisional yang menggunakan sepasang bambu untuk berjalan. Bambu dibentuk seperti tongkat yang memiliki tumpuan kaki yang terbuat dari kayu. Egrangi umumnya dimainkan oleh anak-anak. Permainan egrang berguna dalam pelatihan pengendalian diri dengan menjaga keseimbangan diri dan meningkatkan rasa percaya diri.[1]

Egrang yang dimainkan oleh warga Dayak Deah di Kalimantan Selatan yang disebut kenje.

Egrang khususnya di Indonesia memiliki banyak penamaan di berbagai daerah.[2] Penamaan egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung. Arti nama ini adalah terompah pancung yang dibuat dengan bahan bambu bulat yang panjang. Di Provinsi Sumatra Barat, egrang disebut dengan tengkak-tengkak. Nama ini berasal dari kata dasar tengkak yang berarti pincang. Dalam bahasa Bengkulu, tengkak berarti sepatu yang terbuat dari bambu. Lalu, di Provinsi Jawa Tengah, egrang dikenal dengan nama jangkungan. Nama ini diperoleh dari nama burung dengan kaki yang panjang. Egrang juga dikenal di Provinsi Kalimantan Selatan dengan nama batungkau.[3]

Pada anak-anak di dalam masyarakat Jawa, dikenal dua jenis peralatan permainan egrang. Peralatan ini yaitu bambu atau tempurung kelapa. Pada permainan egrang dengan tempurung kelapa, kaki diikat dengan tali plastik dan permainan dilakukan dengan salah satu kaki dalam posisi diangkat lebih tinggi dari kaki yang satunya.[4]

Standar ukuran lapangan untuk kompetisi permainan egrang adalah 50 meter untuk panjang lintasan dengan lebar lintasan 7, 5 meter. Jumlah peserta di dalam lintasan hanya lima, sehingga masing-masing mempunyai lintasan selebar 1,5 meter.[5]

Pada masa lalu diketahui bahwa permainan egrang digunakan sebagai sarana berlatih berdiri atau bertahan lama pada tumpuan bambu. Keterampilan dari egrang kemufdian dimanfaatkan untuk menyeberangi sungai dengan berjalan. Egrang juga dipakai untuk berlari dengan cepat.[6]

  •  

    Penari enggrang dari Karawang

  •  

    Seorang pejalan enggrang dan seorang penjaga pintu di New York City.

  •  

    Tukang pos

  •  

    Anak belajar egrang di Cimahi

  1. ^ Wibisono, G., dkk. (2019). "Analisis Gerak Permainan Tradisional Egrang pada Anak Usia 10–12 Tahun" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan: Transformasi Bidang Kesehatan di Era Industri 4.0. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana: 37. ISBN 978-602-5881-60-2. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ Milak, A. S., dkk. "Penerapan Artificial Intelligence pada Non-Player Character Menggunakan Algoritma Collision Avoidance System dan Random Number Generator pada Game 2D Balap Egrang" (PDF). Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 7 (5): 986. ISSN 2355-7699. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  3. ^ Kasnadi dan Sutejo (2017). Setiawan, Agus, ed. Kitab Permainan Tradisional (PDF). Bantul: Terakata. hlm. 187. ISBN 978-602-74426-9-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ Azis, Akhmad Rifqi (2016). Aziz, A. R., dkk., ed. "Pemanfaatan Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa untuk Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar dan Kecerdasan Motorik Kasar dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Revitalisasi Nasionalisme Melalui Konseling Bwerbasis Kearfian Lokal Sejak Usia Dini: 5. ISBN 978-602-95864-3-5. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
  5. ^ Kurniawan, Ari Wibowo (2019). Olahraga dan Permainan Tradisional (PDF). Malang: Penerbit Wineka Media. hlm. 61. ISBN 978-602-5973-94-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^ Ardini, P. P., dan Lestariningrum, A. (2018). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (PDF). Nganjuk: Adjie Media Nusantara. hlm. 64. ISBN 978-602-5605-23-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  • Moko jumbi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Stilts.

 

Artikel bertopik alat ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Egrang&oldid=20758032"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA