Perhatikan kutipan teks anekdot di bawah ini untuk menjawab soal no 5-8!Dosen yang juga menjadi Pejabat Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua seorang mahasiswa sedang berbincang-bincang.Tono: Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk tidak mau berdiri.”Udin: Ah, begitu saja diperhatikansih, Ton.”Tono: Ya, Udin Tahu sebabnya.”Udin: barangkali saja. Beliau capek atau kakiny saja yang kurang kuat bertahan untuk berdiri.”Tono: Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”Udin: Loh apa hubungannya?”Tono: Ya, kalo dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”Udin: ???”Ada berapa tokoh yang ada di dalam teks anekdot tersebut
Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: B. 2.
Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban B benar, dan 0 orang setuju jawaban B salah.
Perhatikan kutipan teks anekdot di bawah ini untuk menjawab soal no 5-8!Dosen yang juga menjadi Pejabat Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua seorang mahasiswa sedang berbincang-bincang.Tono: Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk tidak mau berdiri.”Udin: Ah, begitu saja diperhatikansih, Ton.”Tono: Ya, Udin Tahu sebabnya.”Udin: barangkali saja. Beliau capek atau kakiny saja yang kurang kuat bertahan untuk berdiri.”Tono: Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”Udin: Loh apa hubungannya”Tono: Ya, kalo dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”Udin: ”Ada berapa tokoh yang ada di dalam teks anekdot tersebut 2.
Pembahasan dan Penjelasan
Jawaban A. 1 menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.
Jawaban B. 2 menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.
Jawaban C. 3 menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.
Baca Juga : Kepala Negara dan kepala pemerintahan Indonesia adalah
Jawaban D. 4 menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.
Jawaban E. 5 menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.
Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah B. 2
Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.
MATERI TEKS ANEKDOT KELAS X SEMESTER 1
Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.
Berikut adalah contoh anekdot.
Contoh 1 :
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya. ”
Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono: “Bukan itu penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin: “Loh, apa hubungannya.”
Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin: “???”
Sumber: //radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id dengan penyesuaian.
Contoh 2 :
Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si Keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya,” kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran- lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”
“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.” Jadi, kalau kita juga membuka- buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius.
Sumber: //blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)
Analisis Teks Anekdot dari judul “Dosen yang juga Menjadi Pejabat” adalah sebagai berikut :
Judul | Dosen yang juga Menjadi Pejabat |
Masalah yang dibahas | Dosen yang merangkap jadi pejabat. |
Unsur humor | Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain. |
Makna tersirat yang disampaikan | Makna tersirat yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat baru. |
Alasan dimasukkan sebagai teks anekdot | Dalam kedua cerita tersebut, selain mengandung humor, ada juga sindiran atau kritikan yang disampaikan. |
Analisis Teks Anekdot dari judul “Cara Keledai Membaca Buku” adalah sebagaiberikut:
Judul | Cara Keledai Membaca Buku |
Masalah yang dibahas | Kebiasaan Mereka |
Unsur humor | Seekor keledai membaca buku dengan cara menjilat-jilat lembaran buku. |
Makna tersirat yang disampaikan | Bila kita membaca buku tanpa memahami isinya, kita sama bodohnya dengan seekor keledai yang membaca buku dengan cara menjilat-jilat lembaran buku. |
Batasan Anekdot, isi pokok dan fungsi
Batasan anekdot | Anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindiran terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor. |
Isi pokok anekdot | Isi pokok dari sebuah teks anekdot adalah sebuah sindirian pada suatu hal atau pada seseorang. |
Fungsi anekdot | Fungsi dari anekdot adalah sebuah hiburan atau intermezo yang dilengkapi dengan sebuah sindiran terhadap suatu hal. |
Kelucuan dalam anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang singkat, tetapi mengena. Dalam anekdot berjudul Dosen yang juga Menjadi Pejabat terdapat sindiran atas dosen yang juga menjadi pejabat. Cerita tersebut menjadi lucu karena alasan dosen tidak mau berdiri, duduk terus selama mengajar, karena takut akan kehilangan kursinya kalau ia duduk.
Mengonstruksi Makna Tersirat dalam Teks AnekdotMembandingkan Anekdot dengan Humor
Seringkali orang menyamakan antara humor dengan anekdot.
Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, bacalah humor berikut ini.
Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur
Wajahmu memang manggis
sifatmu juga melon kolis
Tapi hatiku nanas karena cemburu
Terasa sirsak napasku
Hatiku anggur lebur
Ini delima dalam hidupku
Memang ini salakku Jarang apel di malam minggu
Ya Tuhan ... Aku mohon belimbing-mu
Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu
Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo nara………
Dari : Durianto
Balasan dari Tukang sayur
Membalas kentang suratmu itu
Brokoli-brokoli sudah kubilang
Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai
Jagungmu tak pernah dicukur
Disuruh dateng malem minggu
eh nongolnya hari labu
Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare
Kalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel
Terus terong aja
cintaku padamu sudah lama tomat
Jangan kangkung aku lagi
aku mau hidup seledri
Cabe dech.
Dari : Sayurati
(Dikutip dari //plus.google.com/u/0/communities/ 104074508652281682239 dengan penyesuaian)
Setelah membaca humor tersebut, dapat disimpulkan tentang makna.
Sumber ide | Ide cerita yang diambil pada humor tersebut hanyalah sebuah cerita rekaan atau imajinasi saja. |
Masalah | Masalah yang diangkat pada teks humor tersebut adalah cerita sehari-hari atau peristiwa yang umum terjadi dan tidak berkaitan dengan tokoh publik dan kepentingan masyarakat umum. |
Makna tersirat | Tidak ada makna tersirat dalam teks humor tersebut. |
Tujuan komunikasi | Tujuan komunikasi dari teks tersebut sebagai sebuah hiburan. |
Persamaan dan perbedannya Humor Surat
Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur dengan teks anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat seperti berikut ini.
Aspek | Anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat | Humor Surat Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur |
Ide cerita | Peristiwa nyata | Rekaan |
Isi | Masalah terkait tokoh publik atau masalah yang menyangkut orang banyak | Masalah kehidupan sehari- hari, umum |
Fungsi komunikasi | Menyampaikan kritik/ sindiran secara halus | Menghibur |
Makna tersirat | Menyadarkan para pejabat agar bila masa jabatannya habis mereka bersedia untuk turun dari jabatannya dan siap digantikan oleh yang lain | Tidak ada makna atau pesan tersirat yang disampaikan |
Persamaan dan perbedaan antara humor dan anekdot.
Perbedaan Anekdot dan Humor adalah sebagai berikut :
Anekdot | Humor | |
Perbedaan | 1. Makna yang disampaikan adalah makna yang tersirat, bukan makna sesungguhnya. 2. Mengandung sindiran terhadap seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. 3. Topik yang dibahas mengenai hal yang berhubungan dengan kepentingan khalayak ramai. | 1. Tidak mengandung makna tersirat. |
2. Hanya merupakan hiburan semata. | ||
3. Topik yang dibicarakan merupakan topik umum pada kehidupan sehari-hari dan tidak berhubungan dengan kepentingan orang banyak. |
Persamaan anekdot dengan humor adalah sebagai berikut.
Keduanya sama-sama mengandung humor (unsur kelucuan). Meskipun ide cerita dalam anekdot diangkat dari kejadian nyata, tetapi cerita yang disajikan sama dengan anekdot yakni sama-sama rekaan. Cerita rekaan dalam anekdot disajikan dengan berbagai cara misalnya dengan mengganti nama tokoh, waktu, dan tempat peristiwa terjadi. |
Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna sebenarnya.
Berikut adalah contoh analisis kritik atau sindiran dalam anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat.
Kata, frasa, klausa, atau kalimat | Makna idiomatis |
Kursi | Jabatan |
Takut kursinya diambil orang | Takut jabatannya direbut orang lain |
Berdasarkan identifikasi kata dan klausa idiomatis dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kritik yang disampaikan dalam anekdot tersebut ditujukan pada para pejabat yang tidak mau atau takut dilengserkan. Pesan tersirat yang ingin disampaikan adalah agar para pejabat sadar diri dan beredia diganti oleh generasi berikutnya ketika masa jabatannya habis.
Makna Tersirat dalam Anekdot
Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik .
Sekarang, mari kita perhatikan lagi anekdot "Dosen yang juga Menjadi Pejabat"
Dosen yang juga Menjadi Pejabat Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang. Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.” Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya.” Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.” Tono: “Bukan itu penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” Udin: “Loh, apa hubungannya.” Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” Udin: “???” Sumber: //radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id dengan penyesuaian. |
Dalam teks anekdot di atas, kritik yang diampaikan ditujukan pada para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan.
Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanya menyindir para pejabat yang tidak mau atau takut kehilangan jabatan, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh orang lain.
Jadi, makna tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang disampaikan lewat anekdot.
Mengidentifikasi Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya.
Teks anekdot memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.
1.Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.
2.Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3.Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
4.Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5.Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
Contoh analisis struktur teks anekdot.
Aksi Maling Tertangkap CCTV | |||
Isi | Struktur | ||
Seorang warga melapor kemalingan. | Abstraksi | ||
Pelapor Polisi Pelapor | : : : | “Pak saya kemalingan.” “Kemalingan apa?” “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...” | Orientasi |
Polisi Pelapor Polisi | : : : | “Kemalingan kok beruntung?” “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.” “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?” | Krisis |
Pelapor Polisi | : : | “Belum..... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan. “Itu ilegal. Anda saya tangkap.” | Reaksi |
Pelapor | : | (hanya bisa pasrah tak berdaya). | Koda |
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu; (b) menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban;
(c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, dan lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya; (e) menggunakan imperative sentece (kalimat perintah); (f) menggunakan (kalimat seru).
Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.
Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
Unsur Kebahasaan | Cotoh Kalimat |
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu | Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi. |
Kalimat retoris | “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” |
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu | Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” |
Penggunaan kata kerja aksi | Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. |
Penggunaan kalimat perintah | “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” |
Penggunaan kalimat seru | “Oh, maaf.” |
Judul anekdot: Aksi maling Tertangkap CCTV
Unsur Kebahasaan | Contoh Kalimat |
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu | Seorang warga melapor kemalingan. |
Penggunaan kata kerja aksi | Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.” |
Penggunaan kalimat seru | “Itu ilegal. Anda saya tangkap.” |
Judul anekdot: Dosen yang menjadi Pejabat
Unsur Kebahasaan | Contoh Kalimat |
Kalimat langsung | Dalam teks tersebut, semua dialog ditulis dalam bentuk drama menggunakan kalimat langsung. |
Penggunaan kata kerja aksi | “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” |
Penggunaan kalimat seru | Udin: “???” |
Menceritakan Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda
Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan yang berbeda. Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan kebahasaan dan strukturnya.
Setelah memahami batasan anekdot, isi, struktur dan ciri kebahasaannya, berikutnya siswa akan belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah menuliskan kembali teks anekdot yang kamu baca dengan pola penyajian yang berbeda.
Berikut ini adalah contoh teks anekdot Seorang Dosen yang juga Menjadi Pejabat dengan pola penyajian naratif yang diubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog.
Menyusun Teks Anekdot Berdasarkan Kejadianyang Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik
Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut adalah tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri.
Dalam contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun. Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga.
No. | Aspek | Isi | |
1. | Tema | Kasih sayang pada orang tua | |
2. | Kritik | Anak yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai orang yang merepotkan. | |
3. | Humor/ kelucuan | Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil | |
4. | Tokoh | Kakek tua, ayah dan ibu (anak), cucu 6 tahun | |
5. | Struktur | Observasi | Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu dan cucu 6 tahun. |
Orientasi | Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya sering berantakan. | ||
Krisis | Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah. | ||
Reaksi | Cucu 6 tahun membuat replika meja terpisah. | ||
Koda | Cucu 6 tahun mengungkap-kan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah dan ibunya. | ||
6. | Alur | Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah bermain membuat replika meja. |
No. | Aspek | Isi |
7 | Pola penyajian | Narasi |
8 | Teks anekdot | Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si kakek meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang baru berusia 6 tahunmengamati semua kejadian itu dalam diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu. “Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat Ayah dan Ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam. Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman 47.(dengan penyesuaian) |
Demikian Materi Teks Anekdot yang dapat saya sampaikan, semoga dapat membantu dalam belajar.
Sumber :
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahasa Indonesia : buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- .
Edisi Revisi Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. xviii, 366 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X
ISBN 978-602-427-102-2 (jilid lengkap) ISBN 978-602-427-103-9 (jilid 1)
Penulis : Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. Penelaah : Dwi Purnanto, Hasanuddin WS, Liliana Muliastuti,
Muhammad Rapi Tang
Penyelia Penerbitan : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Page 2