Dalam tahapan pasca produksi dimana pengerjaannya bersumber dari script editing adalah

Selesainya tahap produksi menandakan setengah dari proses pembuatan film secara keseluruhan telah usai. Setelah tahap produksi dilakukan, seluruh klip yang terkumpul akan melalui penyortiran. Klip-klip yang terpilih akan dijahit menjadi satu kesatuan. Hal ini disebut sebagai offline editing. Ketika potongan adegan, durasi, dan seluruh detail mentah sudah disepakati, makan proses pasca produksi akan mencapai pitch lock. Setelah itu, dilakukanlah online editing dengan menambahkan elemen-elemen seperti grafis, color grading, visual effects, theme song, music scoring, dan lain sebagainya. 

Tahap pasca-produksi merupakan salah satu tahapan yang krusial dalam pembuatan film, tanpa tahap ini, tidak ada produk jadi berupa film, yang ada hanyalah berupa rekaman mentah yang belum tentu bisa menyampaikan kisah yang ingin diceritakan. Rekaman mentah pun tidak dalam urutan yang benar karena seringkali direkam dalam urutan yang paling efisien untuk aktor, lokasi, dan berbagai faktor lainnya. 

Pasca produksi melibatkan banyak orang. Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap pasca-produksi adalah editor, penata suara, penata musik, colorist, dan ahli lainnya yang diperlukan dalam tahap ini. Setiap elemen pada tahap ini hadir untuk menghidupkan cerita dalam film. 

Dalam setiap film, proses pasca produksi memiliki ukuran produksi, anggaran, dan sektor pekerjaan yang berbeda. Durasi dari tahap pasca-produksi ini bergantung pada skala dan ruang lingkup proyek film sehingga tahap ini dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Alur kerja tahap pasca-produksi

  • Mempersiapkan sistem penyimpanan yang cukup untuk memuat seluruh data

  • Menyempurnakan gambar dengan proses composting.

  • Penyuntingan suara dengan Automated Dialog Replacement  (ADR) dan Foley

  • Melakukan koreksi pada warna

  • Menambahkan grafis, judul, dan kredit

  • Menyatukan materi lainnya dalam proses editing

Pentingnya tahap pasca-produksi dalam film

Tahap pasca produksi mengolah video mentah hasil tahap produksi sehingga dapat menceritakan kisah yang ingin digambarkan dalam film. Tanpa tahap pasca-produksi, film sangat mungkin untuk tidak memiliki fokus mengenai apa yang akan diceritakan. Tahap pasca-produksi memberikan gambaran akhir pada film.

Hasil rekaman mentah tentu sudah menjadi sebuah film. Namun, tanpa proses editing, tentu film tidak akan memberikan cerita yang menarik. Setiap aspek yang ada pada tahap pasca-produksi memiliki peranannya masing-masing pada keseluruhan cerita. Musik latar (backsound dan soundtrack) akan memperkuat suasana melalui nada-nada dari musik yang digunakan. Suasana juga dapat diperkuat dengan gradasi warna.

1. Penyuntingan gambar

Proses penyuntingan gambar merupakan hal pertama yang dilakukan dalam tahap pasca produksi. Pastikan untuk merekrut editor yang sudah familiar dengan hasil editingnya. Sinematografer yang bertugas biasanya memberikan beberapa saran dalam proses penyuntingan. Editor akan bekerja dengan bantuan naskah dan hasil rekaman harian. Editor akan membuat edit decision list (EDL) dan menyunting berdasarkan cara terbaiknya.

2. Composting

Composting merupakan proses penggabungan hasil render dari tahap produksi sebelumnya. Composting membutuhkan keterampilan video editing karena pada prosesnya dilakukan pemotongan cuplikan yang tidak dibutuhkan dan penggabungan scenes yang terdapat di dalam animasi yang sedang dibuat. Dalam proses ini, seringkali dilakukan penambahan transisi video. Composting akan mempengaruhi durasi film dan scene dalam film tersebut.

3. Menciptakan suara

Setelah gambar selesai dikerjakan, hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah menambahkan suara. Untuk hasil suara yang terbaik, rekrutlah seorang ahli dalam menciptakan suara. Penyunting suara bertugas untuk mengurangi percakapan, menyusun trek audio dalam proses penyuntingan film, menghilangkan kebisingan, dan menambahkan efek suara (sound effects).

Selain penyunting suara yang bertugas dalam tahap ini, foley artist juga memiliki pekerjaannya tersendiri. Seorang foley artist bertugas dalam membuat ulang suara yang tidak terdengar dengan baik pada hasil rekaman. Foley artist bekerja setelah menonton ulang hasil rekaman film di studio.

Contoh suara yang dikerjakan oleh foley artist adalah suara langkah kaki dan perekaman ulang dialog oleh aktor di studio demi mencapai automated dialog replacement (ADR) tertentu. Hal ini dilakukan ketika suara yang terekam pada proses produksi tidak tertangkap dengan baik atau untuk menambahkan voice over.

4. Menilai dan menambahkan musik

Musik yang ditambahkan ke dalam film sebagai latar suara biasanya dibuat oleh komposer atau dengan mengajukan lisensi atas karya pemusik atau penyanyi lain. Namun, pembuatan musik oleh komposer agar musik yang dihasilkan bisa lebih personal dan iconic sesuai dengan konsep maupun tema dari film yang digarap. Selain itu, lisensi membutuhkan biaya yang cukup mahal serta membutuhkan perpanjangan lisensi di kemudian hari. Biasanya, pengawas musik yang bertugas untuk mengurus hak rekaman dan penerbitan.

5. Sound mixing

Sound mixing merupakan proses untuk menyatukan elemen-elemen suara yang terdapat dalam film seperti musik, efek suara, dan dialog. Mixer digunakan untuk menyesuaikan volume secara keseluruhan, menghapus bagian yang kurang bagus, dan memastikan seluruh elemen-elemen suara terdengar sempurna.

6. Menambahkan efek visual (VFX)

Visual effects atau disebut dengan VFX, merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan menghidupkan karakter, dunia, dan aksi dalam film untuk menghidupkan cerita. Pekerjaan ini dipimpin oleh seorang supervisor VFX. Efek visual mampu menghadirkan dunia imajiner, aksi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dalam dunia nyata, dan menceritakan kisah dalam film dengan lebih efektif. Tim VFX mengerjakan citra dalam frame per frame. Untuk mengerjakan VFX diharapkan editor sudah menyelesaikan tahap editing gambar dan suara.

Efek visual memungkinkan penciptaan lingkungan, objek, makhluk, hingga manusia yang tidak mungkin ada dalam dunia nyata dan dapat diambil gambarnya secara langsung. Efek visual ini dilakukan dengan memanipulasi citra di layar. Seringkali, efek visual melibatkan integrasi antara adegan nyata dengan computer-generated imagery (CGI). Contohnya seperti naga, ledakan, dan animasi. 

Baca juga: Sering Disamakan, VFX dan SFX Ternyata Berbeda dalam Hal-hal Ini!

Meski pun terdengar mirip, visual effects dan special effects memiliki perbedaan yang sangat jauh. Special effects dilakukan secara langsung pada proses pengambilan gambar dalam tahap produksi dan menggunakan peralatan yang dapat ditemukan di dunia nyata seperti kembang api, hujan buatan, riasan prostetik, dan lain sebagainya. Sedangkan, visual effects hadir melalui bantuan komputer dan dilakukan setelah pengambilan gambar pada pasca produksi. 

Terdapat tiga jenis efek visual yaitu, 

  • Computer-generated imagery (CGI)

CGI merupakan citra yang dihasilkan komputer yang umum digunakan dalam film. CGI dapat dibuat dalam bentuk 2D maupun 3D. Namun, pemodelan 3D lebih sering dilakukan untuk kebutuhan pembuatan representasi 3D dari objek yang ingin diangkat, permukaan, dan makhluk.  Selain digunakan untuk kebutuhan tersebut, CGI juga dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih halus seperti mengisi stadion dengan kerumunan penonton hingga mengurangi usia aktor maupun aktris sehingga dapat terlihat lebih muda. 

Composting disebut juga dengan istilah “chroma keying.” Hal ini dilakukan dengan menggabungkan elemen visual dari sumber yang berbeda-beda dan membuatnya seolah berada di lokasi yang sama. Untuk dapat membuat efek visual ini, digunakan bantuan blue screen dan greenscreen yang kemudian akan digantikan dengan elemen lain menggunakan composting software pada tahap pasca produksi. Bentuk awal komposisi ini beruka ilustrasi lanskap atau set yang digabungkan dengan live action dari film. 

Motion capture atau disebut dengan mocap, adalah proses perekaman gerakan aktor maupun aktris secara digital yang kemudian gerakan tersebut ditransfer ke dalam model 3D. Proses ini termasuk merekam ekspresi wajah sang aktor atau aktris. Salah satu cara penangkapan gerak yang umum melibatkan penempatan aktor dalam kostum penangkap gerakan yang ditutupi dengan marker khusus yang dapat dilacak oleh kamera. Data yang didapatkan kemudian ditangkap dan dipetakan ke dalam model kerangka 3D dengan menggunakan motion capture software.

7. Color grading

Koreksi warna dan color grading dapat dilakukan sebelum atau sesudah dilakukannya penambahan efek visual (VFX), tergantung arahan dari masing-masing departemen. Pewarnaan tak jarang dilakukan oleh VFX artist. Pewarnaan berfungsi untuk menjaga konsistensi dan tone setiap adegan dalam film.

8. Menambahkan judul, kredit, dan grafis

Berikutnya, editor akan menambahkan credit title, judul, dan grafis lainnya yang dibutuhkan film tersebut.

9. Mencetak Digital Cinema Package (DCP)

Setelah seluruh hal di atas dilakukan, hal terakhir yang dikerjakan yaitu melakukan pencetakan digital cinema package atau yang dikenal dengan istilah DCP. Digital cinema package merupakan sebuah standar format penayangan video di bioskop digital.  DCP berisikan kumpulan file digital yang digunakan untuk menyimpan dan menyampaikan gambar, suara, dan data streaming. Setelah dicetak, DCP akan didistribusikan ke seluruh bioskop untuk kebutuhan penayangan film.

Baca juga: Mengenal Seni Videografi, Teknik Dasar Hingga Jenisnya

Peralatan dan software yang digunakan pada tahap pasca produksi

Umumnya, tahap pasca produksi menggunakan beberapa peralatan dan perangkat lunak sebagai berikut,

1. Adobe Premiere Pro

Adobe Premiere Pro menyediakan fasilitas editing yang luas mulai dari editing video, audio, grafik, hingga koreksi warna.

2. Final Cut Pro

Final Cut Pro biasanya digunakan bagi editor yang terbiasa menggunakan sistem operasi Macintosh dibandingkan Windows.

3. Apple logic Pro X and Adobe Audition

Apple Logic Pro X dan Adobe Audition digunakan untuk melakukan penyuntingan audio film.

4. DaVinci Resolve

DaVinci Resolve memiliki kegunaan untuk melakukan color grading. Program ini memiliki kecepatan rendering yang lebih baik jika dibandingkan dengan Adobe. Color grading dapat membuat film menjadi lebih menarik dan membawa penonton agar lebih menikmati film yang ditayangkan.

5. Avid Music Composer

Avid Media Composer merupakan sistem editing atau aplikasi perangkat lunak untuk penyuntingan video yang dikembangkan oleh Avid Technology pada tahun 1989.

Baca juga: Yuk, Kenali Tahap-tahap Produksi Film Animasi!

Membuat film animasi dengan Superpixel

Anda tertarik membuat animasi setelah membaca penjelasan mengenai tahap pasca produksi?

Mari buat animasi bersama Superpixel! Superpixel creative agency yang berbasis di Singapura melayani pembuatan berbagai video animasi seperti ideo iklan, konten interaktif, launching produk, corporate video, hingga mascot.

brand, dan lain-lain. Dengan menggunakan Superpixel, pembuatan video animasi Anda akan ditangani oleh ahli yang sudah tidak diragukan lagi dalam bidangnya.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami di Superpixel creative agency!

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA