Dalam ajaran catur marga yoga jalan kerja tanpa pamrih disebut

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Orang yang bijaksana akan datang kepada-Ku, pada akhir dari banyak kelahiran karena mengetahui bahwa Vasudeva Tuhan adalah segalanya ini; sukar mendapatkan orang seperti itu Bhagavadgita VII. 19 Mendapatkan seseorang berjiwa besar seperti itu adalah sukar mencarinya. Banyak makhluk akan keluarlahir dan mati, serta hidup kembali tanpa kemampuannya sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang tak tampak dan kekal, tiada masa dan waktu pada saatnya semua makhluk menjadi binasa pralina. Yang tak tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuannya yang utama, supaya tidak mengalami penjelmaan ke dunia. Itulah tempat-Ku yang tertinggi, oleh karenanya haruslah berusaha demi Aku. Jika engkau selalu ingat kepada-Ku, tak usah disangsikan engkau akan kembali kepada-Ku. Untuk mencapai ini orang harus selalu bergulat, berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya. Kitab suci Veda telah menyediakan dan memfasilitasi bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya sehingga akhirnya atman dapat bersatu dengan Brahman. Dengan demikian penderitaan dapat dikikis habis dan mahkluk hidup yang menderita itu tidak lagi menjelma ke dunia, sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia. Di dalam ajaran Agama Hindu terdapat berbagai macam jalan yang dapat dilalui untuk mencapai kesempurnaan “Moksa”, dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut dengan nama “Catur Marga Yoga”, terdiri dari:

1. Bhakti Marga Yoga

Bhakti Marga Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman, berlandaskan rasa dan cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “bhakti” berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih. Bhakti Marga Yoga berarti : jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta orang yang menjalani Bhakti Marga dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Sehingga seluruh dirinya penuh dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas, sedikitpun tidak ada yang terselip dalam dirinya sifat-sifat negatif seperti kebencian, kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan. Cinta baktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang. Tatkala memanjatkan doa, 9 umat selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat berkah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk. Sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa Catur Paramita. Ia selalu berusaha membebaskan dirinya dari belenggu keakuan ahamkara.

2. Karma Marga Yoga

Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja tanpa terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari karma yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam Bhagavadgita tentang Karma yoga dinyatakan sebagai berikut : Tasmād asaktaásatataý kāryaý karma samācara, asakto hy ācaran karma param āpnoti purusaá. Terjemahan: Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama Bhagawadgita III.19 Pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dinyatakan lebih baik dilakukan dalam semangat pengorbanan, dari pada kegiatan kerja yang masih tetap melakukan kegiatan kerja sebagai kegiatan yang muncul dengan sendirinya. Yogavāsistha menyataka mengharapkan sesuatupun yang harus dicapai, baik dengan melakukan kerja maupun tidak. Oleh karena itu ia melaksanakan kegiatan kerja tanpa keterikatan apapun. Bagi seorang karma, penyerahan hasil pekerjaan kepada Tuhan bukan berarti kehilangan, bahkan akan datang berlipat ganda. Hal ini merupakan rahasia spiritual yang sulit dimengerti, mendapatkan sesuatu yang diperlukan secara mengagumkan dan membahagiakan dirinya. Berkaitan dengan karma renungkanlah cerita berikut : Pada suatu hari Dewi Laksmi mengadakan sayembara, di mana beliau akan memilih suami. Semua Dewa dan para Danawa datang berduyun-duyun dengan harapan yang membumbung tinggi. Dewi Laksmi belum mengumumkan janjinya, kemudian datanglah beliau di hadapan pelamarnya dan berkata demikian; saya akan mengalungkan bunga kepada pria yang tidak menginginkan diri saya. Tetapi mereka yang datang itu semua lobha, maka mulailah Dewi Laksmi mencari 10 orang yang tiada berkeinginan untuk dikalungi. Terlihatlah oleh Dewi Laksmi wujudnya Dewa Wisnu dengan tenangnya di atas ular Sesa yang sedang melingkar. Kalung perkawinan kemudian diletakkan di lehernya dan sampai kinilah dapat kita lihat simbolis Dewi Laksmi berada di samping kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi datang pada orang yang tidak mengidam-idamkan dirinya, inilah suatu keajaiban. Dari cerita di atas dapat dikemukakan bahwa orang yang selalu asyik dalam pikirannya menginginkan buah dari kerjanya, akan kehilangan buah itu yang sebenarnya adalah miliknya, tetapi bagi karma yogin walaupun ia berbuat sedikit, tetapi tanpa pamrih, ia akan mendapatkan hasil yang tidak ternilai. Kesusahan orang duniawi akan mendapat hasil yang sedikit, karena terikat. Sedangkan bagi karma yogin sebaliknya. Maka dari itu ajaran suci selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang karma yogi yang selalu mendambakan pedoman rame ing gawe sepi ing pamrih. Pada hakikatnya seorang karma yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, ia akan menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempatnya hidup pun akan menjadi bahagia, sejahtera dan suci, ia akan mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohaninya akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan dapat dicapai oleh penduduk masyarakat itu. Semua ini telah terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang karma yogi.

3. Jnana Marga Yoga

77 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Beberapa saat kemudian setelah Drupadi datang dan menyembah serta mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga dari langit, disertai suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda yajña Aswamedha itu sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran ”daksina” yang dipersembahkan oleh yang beryajña kepada pendeta pemimpin yajña dalam upacara yajña.

Bab 3 Catur Marga

Sebelum memulai proses pembelajaran Catur Marga, agar guru mendahului dengan mengucapkan Penganjali Agama Hindu, dan melakukan Puja Tri Sandya doa Puja Saraswati, serta mengamati dan memberikan penilaian sikap religius dan sosial yaitu seperti menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi ahimsa, berperilaku jujur satya, menghargai dan menghormati antarsesama tat tvam asi, dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan materi Catur Marga antara lain sebagaimana dijelaskan berikut ini.

A. Pengertian dan Hakikat Catur Marga

Catur Marga Yoga adalah empat jalancara untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi. Catur Marga terdiri atas dua rangkaian kata yaitu “catur” dan “marga”. Catur artinya empat dan marga artinya jalan atau cara. Jadi Catur Marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi. Dalam ajaran agama Hindu terdapat empat jalan untuk mencapai kesempurnaan hidup lahir dan batin jagadhita dan moksa yang disebut dengan Catur Marga Yoga. Untuk mencapai Ida Sang Hyang Widhi agar dapat mempersatukan Atman dengan Sang Hyang Widhi moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga atau juga disebut Catur Marga Yoga.

B. Penjelasan Bagian-bagian Catur Marga Yoga

1 Bhakti Marga Bhakti artinya berbakti atau sembahyang yang merupakan cara mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi. Agama mengajarkan umatnya untuk melakukan ritual ini lengkap dengan tata caranya. 2 Karma Marga Karma artinya perbuatan, tingkah laku, pekerjaan ataupun aksi. Pekerjaan atau perbuatan yang dimaksud tentu perbuatan yang baik. Diunduh dari bse.kemdikbud.go.id Buku Guru Kelas XI SMASMK 78 3 Jñana Marga Jñana artinya pengetahuan. Dengan belajar dan mencari pengetahuan seseorang akan dapat mendekatkan diri dengan Pencipta-Nya. 4 Raja Marga Artinya mengamalkan ajaran Agama Hindu dengan melakukan yoga, bersemadi, tapa atau melakukan brata pengendalian diri dalam segala hal termasuk upawasa puasa dan pengendalian seluruh indria.

C. Contoh-contoh Penerapan Catur Marga dalam Kehidupan

Penerapan Catur Marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah dilakukan secara rutin dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak cara dan banyak pula jalan yang dapat ditempuh untuk menerapkannya. Sesuai dengan ajaran Catur Marga bahwa penerapannya disesuaikan dengan kondisi atau keadaan setempat berdasarkan tradisi, sima, adat-istiadat, drsta, ataupun yang lebih dikenal dengan desa, kala, patra atau desa mawa cara. Inti dan penerapan dari Catur Marga adalah untuk memantapkan mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini, terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan sraddha dan pengabdian bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Catur Marga, diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat Hindu yang berkualitas, bertanggung jawab, memiliki loyalitas, memiliki dedikasi, memiliki jati diri yang mulia, menjadi umat yang pantas diteladani oleh umat manusia yang lainnya, menjadi umat yang memiliki integritas tinggi terhadap kehidupan secara lahir dan batin. Harapan mulia lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia, dan sebagainya. Jadi dengan penerapan dan ajaran catur marga diharapkan kehidupan umat Hindu dan umat manusia pada umumnya menjadi mantap dalam Sraddha dan Bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi, serta dapat harmonis dalam kehidupan nyata dengan sesama manusia, semua ciptaan Ida Sang Hyang Widhi, dan lingkungan yang damai dan serasi di sekitar kehidupan masing-masing.Tidak ada orang yang menjalankan Catur Marga itu sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, karena satu sama lainnya berkaitan. Perincian menjadi empat itu hanyalah untuk mengukur dan memilih ‘bobot’ jalan yang mana yang bisa diutamakan, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Diunduh dari bse.kemdikbud.go.id 79 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Misalnya seorang yang kurang pengetahuan agamanya, dapat mengutamakan Bhakti Marga dan Karma Marga saja, ditambah pengetahuan minim misalnya rajin melakukan trisandya termasuk Jñana Marga dan asana termasuk Yoga Marga. Bobotnya adalah Bhakti Marga.Tetapi seorang wikupendeta tentu bobotnya pada Jñana Marga dan Yoga Marga, walaupun Bhakti Marga yang menjadi dasar dan Karma Marga tidak juga ditinggalkan. Kesimpulannya, keempat marga itu dilaksanakan bersama-sama, namun pemilihan mana yang utama tergantung dari kemampuan individu. Inilah salah satu contoh ‘kebesaran Agama Hindu’ yang membedakannya dengan agama-agama lain. Berikut adalah bentuk-bentuk penerapan dalam kehidupan sehari-hari. 1. Penerapan Bhakti Marga Yoga a. Melaksanakan doa atau puja tri sandhya seçara rutin setiap hari b. Menghaturkan banten saiban atau jotanngejot atau yajñasesa c. Berbakti ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta semua manifestasi-Nya d. Berbakti ke hadapan leluhur e. Berbakti ke hadapan para pahlawan pejuang bangsa f. Melaksanakan upacara dewa yajña piodalanpuja wali, saraswati, pagerwesi, galungan, kuningan, nyepi, siwaratri, purnama, tilem, tumpek landep, tumpek wariga, tumpek krulut, tumpek wayang dan lain-lainnya g. Melaksanakan upacara manusia yajña magedong-gedongan, dapetan, kepus puser, macolongan, tigang sasihin, ngotonin, munggah deha, mapandes, mawiwaha, mawinten, dan sebagainya h. Melaksanakan upacara bhuta yajña masegeh, macaru, tawur, memelihara lingkungan, memelihara hewan, melakukan penghijauan, melestarikan binatang langka, dan sebagainya i. Melaksanakan upacara pitra yajña bhakti ke hadapan guru rupaka atau rerama, ngaben, ngerorasin, maligia, mamukur, ngeluwer, berdana punya kepada orangtua, agar hidupnya bahagia di alam nyata ini, dan sebagainya j. Melaksanakan upacara resi yajña upacara pariksa, upacara diksa, upacara ngelinggihang veda, berdana punya pada sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, tirtha yatra ke tempat suci bersama sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, sungkem pranam pada sulinggih sebagai guru nabe, menerapkan ajaran tri rnam, dan sebagainya. Diunduh dari bse.kemdikbud.go.id Buku Guru Kelas XI SMASMK 80 2. Penerapan Karma Marga Yoga a Bergotong-royong membangun tempat persembahyangan. b Ngaturan bhakti ngayah tat kala ada upacara Dewa Yajña di pura. c Membantu tetangga masyarakat yang sedang melaksanakan upacara adat agama. d Menolong seseorang yang mengalami musibah. e Memberikan nasehat kepada orang yang memiliki sikap kurang baik. f Bergotong royong membangunkan rumah kepada seseorang yang tidak mampu secara ekonomi. g Membantu anak-anak yatim piatu. h Membantu para orangtua yang ada dipanti-panti asuhan. i Menanam pohon untuk penghijauan di tempat-tempat yang sudah tidak ada pepohonan gersangtandus. j Berperan aktif dalam menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan di mana pun berada. k Berperan aktif dalam pelestarian budaya Hindu, dan pelestarian peninggalan- peninggalan sejarah Hindu. 3. Penerapan Jñana Marga Yoga a Seorang sarjana agama rohaniawan dapat memberikan Dharmawacana pada hari Purnama, Tilem, Hari Raya di pura maupun di masyarakat untuk meningkatkan Sradha Bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi. b Seorang dokter memberikan pelayanan medis secara sukarela terhadap masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan. c Seorang sarjana hukum memberikan bantuan hukum secara sukarela terhadap warga masyarakat yang sedang mengalami perkara hukum. d Seorang guru, dosen, instruktur, widyaiswara dapat memberikan ilmu dan pengetahuannya terhadap murid, mahasiswa, masyarakat yang membutuhkan untuk kemajuan agar dapat hidup mandiri. e Seorang sarjana ekonomi dapat menciptakan lapangan pekerjaan, mempekerjakan orang-orang yang ada di sekitarnya agar mempunyai penghasilan untuk meningkatkan taraf hidupnya. f Seseorang yang mempunyai berbagai macam disiplin ilmu lainnya agar dapat berkontribusi untuk membangun mental spiritualnya, membangun isiknya untuk kemajuan masyarakat, nusa dan bangsa. g Menerapkan ajaran dalam wrati sasana, slokantara, sila krama, dan ajaran Agama Hindu yang bersumber pada Veda dan susastra Hindu lainnya. Diunduh dari bse.kemdikbud.go.id 81 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 4. Penerapan Raja Marga Yoga di masyarakat seperti berikut. a Menerapkan ajaran Astangga Yoga b Melakukan introspeksi atau pengendalian diri c Menerapkan ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi d Melakukan latihan praktik-praktik yoga secara berkelanjutan e Membangun pasraman atau paguyuban untuk praktik yoga f Mengelola ashram yang bergerak di bidang pendidikan rohani, agama, spiritual, dan upaya pencerahan diri lahir batin. g Melaksanakan meditasi setiap hari untuk ketenangan dan kebahagiaan batin. Ajaran Catur Marga Yoga memberikan kemudahan kepada umat Hindu sesuai dengan tingkat kemampuan dan kesempatan yang dimiliki sehingga tidak mengurangi rasa yakin dan percayanya terhadap Kekuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sebab kondisi umat bertingkat-tingkat ada yang masih anak-anak, dewasa, tua, bahkan dalam tingkatan penguasaan pemahaman ajaran agama Hindu juga berjenjang. Catur Marga Yoga ini merupakan salah satu cara atau jalan terbaik untuk mendekatkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, kita sebagai umat hindu hendaknya melaksanakan ajaran Catur Marga Yoga dengan hati yang ikhlas, sehingga kualitas kehidupan akan lebih meningkat dan cenderung ke arah yang lebih baik, menuju jalan kebenaran. Manusia tidak dapat memilih di mana kita dilahirkan. Jadi kalau dilahirkan di keluarga petani maka dipastikan anak tersebut akan tumbuh dan besar menjadi petani. Kalau dilahirkan pada keluarga berpendidikan tinggi maka dipastikan akan menjadi orang tingkat pengetahuannya lebih maju. Jadi melalui ajaran Catur Marga Yoga diharapkan setiap umat mendapatkan karunia dari kekuasaan Ida Sang Hyang Widhi, sehingga tujuan ajaran agama Hindu dapat terwujud yaitu Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma atau kebahagian dan kesejahteran jasmani dan rohani, yaitu kehidupan yang berkeseimbangan dan berkesinambungan. Hubungan Catur Marga dengan tujuan ajaran Agama Hindu, termasuk juga umat Hindu adalah seperti berikut ini. 1. Moksartham Jagad Hita Ya Ca Iti Dharma 2. Catur Purusartha 3. Santa Jagadhita 4. Sukerta Sakala lan Niskala 5. Mencapai keharmonisan hidup sesuai ajaran Catur Marga Diunduh dari bse.kemdikbud.go.id Buku Guru Kelas XI SMASMK 82 Catur Marga sesungguhnya telah diterapkan secara rutin dalam kehidupan sehari- hari, termasuk juga oleh umat Hindu yang tinggal di Bali maupun yang tinggal di luar Bali. Banyak cara dan jalan yang dapat ditempuh untuk dapat menerapkannya. Sesuai dengan ajaran Catur Marga bahwa penerapannya disesuaikan dengan kondisi atau keadaan setempat berdasarkan tradisi, sima, adat istiadat, drsta, ataupun yang lebih dikenal di Bali yakni desa, kala, patra atau desa mawa cara. Inti dari penerapan Catur Marga adalah untuk memantapkan hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta, terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan sraddha dan pengabdian bhakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Catur Marga, diharapkan segenap umat Hindu bertanggung jawab, memiliki loyalitas, dedikasi, memiliki jati diri yang mulia dan harapan lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia dan sebagainya. Jadi melalui penerapan ajaran Catur Marga diharapkan agar tujuan agama Hindu dapat terwujudkan.

Bab 4 Vibhuti Marga dalam Kehidupan

Sebelum memulai proses pembelajaran Vibhuti Marga dalam Kehidupan, agar guru mendahului dengan mengucapkan Penganjali agama Hindu, dan melakukan Puja Tri Sandya doa Puja Saraswati, mengamati dan memberikan penilaian sikap religius dan sosial seperti menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi ahimsa, berperilaku jujur satya, menghargai dan menghormati antarsesama tat tvam asi. Dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan materi Vibhuti Marga dalam kehidupan seperti yang terdapat dalam buku peserta didik diutarakan antara lain sebagai berikut.

A. Pengertian dan Hakikat Vibhuti Marga

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA