Cara membuat buku untuk dijual

JAKARTA, KOMPAS.com Ada pepatah mengatakan, di mana ada kemauan dan kerja keras, di situlah ada jalan kesuksesan. Namun ternyata, jika kamu ingin menjadi penulis dan berharap tulisanmu bisa diterbitkan menjadi buku, rupanya pepatah itu tidak cukup hanya sampai di situ.

Diperlukan lebih dari kemauan dan kerja keras untuk membuahkan tulisan atau naskah milikmu diterbitkan menjadi buku. Ada beberapa hal yang mesti kamu pahami dan kuasai untuk membuat naskahmu dianggap layak terbit sebagai buku.

Hal ini diungkapkan oleh Editor Buku Kelompok Penerbit Kompas Gramedia, Rina Buntaran. Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Rina bercerita, kerap kali calon-calon penulis terutama kaum muda tidak mengerti apa sebetulnya esensi menjadi penulis agar naskahnya bisa diterbitkan menjadi buku.

4+

KOMPAS.com: Berita Terpercaya
Baca Berita Terbaru Tanpa Terganggu Banyak Iklan
Dapatkan Aplikasi

"Banyak penulis-penulis muda yang datang ke kami, berharap naskahnya bisa diterbitkan. Tapi dalam diskusi kemudian, mereka banyak yang masih belum tahu apa sih yang ingin mereka jual dalam tulisannya agar penerbit mau membukukan tulisan mereka," kata Rina di sela-sela acara Kompas Gramedia Fair (KG Fair), di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (26/2/2010).

Dalam KG Fair, Kelompok Penerbit Buku Kompas Gramedia secara khusus juga menggelar klinik konsultasi gratis bagi mereka yang memiliki keinginan menerbitkan buku.

Kebanyakan calon penulis itu, kata Rina, baru sebatas menyalurkan apa yang ada di benak dan pemikirannya dan dituangkan menjadi sebuah tulisan panjang atau naskah. "Artinya, mereka baru sebatas menyampaikan hasrat pemikirannya menjadi naskah. Tapi mereka belum benar-benar paham apa yang mereka tawarkan kepada calon pembacanya," terang editor buku bergenre nonfiksi ini.

Padahal, kata Rina, menjadi penulis sebuah buku, seseorang harus bisa menjual apa yang ditulisnya menjadi menarik orang untuk membeli dan membaca bukunya.

Lalu apa yang mesti dilakukan oleh para pemula agar bukunya bisa diterbitkan? Rina menjelaskan, ada dua hal esensial yang mesti dipahami dan dikuasai oleh calon penulis.

Pertama, urainya, penulis harus betul-betul tahu siapa target market dari calon bukunya. Si penulis harus betul-betul tahu apa yang ditulisnya, dan buku itu akan cocok dan menarik minat orang dari kalangan apa saja. Sedari awal menulis, kata Rina, penulis akan jauh lebih mendalami tulisannya kalau dia tahu untuk siapa tulisannya ini akan ditujukan.

"Jadi dia mesti tahu, siapa target pasar dari bukunya itu. Dari kalangan apa usia berapa, dan kategori-kategori lainnya. Sehingga mudah bagi penerbit untuk menentukan ini buku punya peluang atau tidak," tuturnya.

Unsur kedua, lanjutnya, penulis juga harus tahu apa yang menjadi daya jual (selling point) tulisannya. Sebuah naskah, ujar Rina, dijamin akan diterbitkan kalau betul-betul memiliki selling point. "Setelah dia tahu target pasarnya. Dia kemudian harus tahu apa sih yang mau dia jual dengan tulisannya itu," katanya.

Daya jual itu, kata Rina, tidak hanya perkara menarik atau tidaknya sebuah buku, tetapi juga mencakup banyak hal. Kadang kala sebuah tulisan dengan ide yang tidak menarik tetap bisa menjual karena memiliki selling point yang kuat. "Dia harus tahu, apa yang membuat orang butuh membaca bukunya. Ada informasi yang bisa disampaikan dalam bukunya itu yang orang tidak akan dapatkan di buku lainnya," paparnya.

Rina pun tak lupa membagikan sedikit tips dan triknya untuk para penulis pemula agar bisa memahami dan menguasai target market dan daya jual dari tulisan yang dibuatnya. Rina mengatakan, wawasan luas tetap menjadi modal utama bagi seorang calon penulis. "Kuncinya, tidak ada lain, dia harus berwawasan. Caranya adalah dengan riset. Main-mainlah ke toko buku. Bacalah buku-buku di sana. Kenali model-modelnya," ungkapnya.

Akan lebih baik lagi jika si penulis mengadakan riset setelah dia tahu tema apa yang diangkat dalam tulisannya. Si penulis bisa mempersempit riset sesuai dengan tema yang hendak diangkatnya.

"Dia bisa cari data-data. Referensi dari berbagai milis, sesuai dengan tema yang dia inginkan. Kalau sudah ada buku sejenis dengan tulisan yang mau dibuatnya, jangan kecil hati, cari kelemahannya. Yang tidak diangkat di situ bisa dikembangkan menjadi selling point bukunya," terangnya.

Setelah menguasai dua hal tersebut, kata Rina, barulah si penulis dapat dengan mantap menulis apa yang ada dalam pemikirannya. Jika naskahnya sudah jadi atau hampir jadi, Rina memberi saran, janganlah segan-segan mendatangi penerbit buku. "Berkonsultasilah. Jika mantap dan yakin, diskusikan. Apa sudah layak untuk diterbitkan atau masih ada yang kurang," katanya.

Rina menjelaskan, setiap editor buku mempunyai kriteria tersendiri untuk menentukan sebuah naskah layak terbit atau tidak. Editor, kata dia, memiliki batasan dan kadar tertentu untuk menerima sebuah naskah. "Kalau setidaknya dua hal tadi sudah termuat dalam naskah yang diberikan, pasti peluangnya besar untuk diterbitkan," tuntasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA