Menurut J. David Smith ada beberapa definisi tentang gifted yang banyak digunakan secara luas. Satu diantaranya menjelaskan gifted dengan cara komprehensif untuk mengenali siswa yang mungkin berbakat dalam berbagai kemampuan dan keahlian. Definisi tersebut menyatakan bahwa siswa berbakat adalah: Mereka yang dapat membuktikan kemampuan prestasi tinggi dalam berbagai bidang seperti intelektual, kreativitas, artistik, kapasitas kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu; dan memerlukan pelayanan serta aktivitas khusus yang biasanya tidak diberikan oleh sekolah dalam rangka mengembangkan kemampuan tersebut (PL 97-35, Educational Consolidation and Improvement Act, bagian 582, 1981). Sementara itu menurut Renzulli dalam Davis and Rimm, 1989 menegaskan bahwa untuk mendefinisikan anak berbakat harus :
Oleh karena itu tidak ada definisi yang berdasarkan teori dapat diterima secara universal (Rochmat Wahab, 2011) Selain itu Renzulli (Agnes Tri Harjaningrum, 2007), sebagai guru besar anak berbakat (gifted) dari Amerika juga mengidentifikasikan bahwa seorang anak dapat dikatakan sebagai anak berbakat apabila mereka mempunyai:
Renzulli juga menambahkan bahwa potensi-potensi itu tidak akan terwujud jika tidak ada dukungan dari keluarga, sekolah dan lingkungan. Model pendekatan Renzulli inilah yang sekarang banyak digunakan dalam pengembangan keberbakatan (giftedness). Artinya, bahwa setiap anak mempunyai potensi keberbakatan beberapa atau kombinasi berbagai bidang ketrampilan yang harus mendapatkan dukungan lingkungan agar potensi itu dapat terwujud. Sekalipun potensi keberbakatan (sebagai nature biologis) sangat penting, namun tak kalah penting juga faktor lingkungannya, yaitu keluarga, teman bermain, dan pendidikan di sekolah. Kesemuanya akan menentukan keberhasilan seorang anak mencapai prestasi yang maksimal. Karena itu pendekatan tetap ditekankan oleh para ahli keberbakatan adalah pendekatan Nature dan Nuture. Beberapa tokoh gifted diantaranya;
Anak berbakat memiliki ciri-ciri atau gejala tersendiri, terlihat sejak bayi. Akan tetapi kita tidak boleh terburu-buru dalam menyatakan apakah anak tersebut berbakat ataukah tidak, terutama apabila anak tersebut masih berusia di bawah 3 tahun. Pada usia tersebut, orangtua cukup mengumpulkan data dari setiap tahap tumbuh kembangnya. Apabila data-data yang didapat mengarah pada gejala anak berbakat, yaitu berupa loncatan perkembangan kognitif, maka orangtua memerlukan partner ahli khusus yang mendalami tentang keterbakatan. Karakteristik anak berbakat usia 4-6 tahun menurut Alja de Bruin-de Boer (dalam Tri Harjaningrum, et al, 2007:134) antara lain :
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberbakatan sebagai berikut (Nia Sutisna, 2010). Dari sudut hereditary factor: Perkembangan individu diyakini banyak ditentukan oleh “benih” darimana ia berasal. Secara kodrati misalnya keberbakatan berkaitan tingginya produksi sel neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit dasar otak. Hal ini menambah aktivitas antara sel neuron (synaptic activity) yang memungkinkan akselerasi proses berpikir (Thomson at.al dalam Clack,1986). Secara Biokimiawi neuron-neuron tersebut menjadi lebih kaya dengan memungkinkan berkembangnya pola pikir kompleks. Pada waktu lahir individu diberi kelengkapan organisasi otak yang memuat 100-200 milyar sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan mencvapai tingkat perkembangan potensi tertinggi ( Tayler dalam Clark,l986) Meskipun secara kodrati para anakberbakat telah memiliki pola otak yang hebat, akan tetapi lingkungan akhirnya menentukan sampai seberapa jauh terjadi aktualisasi. Disadari berfungsinya otak juga merupakan hasil interaksi dari blueprint genetis dan pengaruh lingkungan. Hal Mengingat laporan riset ilmuwan menyatakan umumnya hanya 5 % dari kapasitas otak itu digunakan. Sehingga dikenal istilah Underachiever Underachiever, yaitu individu yang berprestasi kurang atau individu yang tak bermotivasi. Mereka secara konsisten tidak menunjukkan usaha, bahkan mereka cenderung bekerja jauh di bawah potensinya. Dengan demikian, masalahnya bukanlah terletak pada kemampuan, melainkan terletak pada sikapnya. Mereka cenderung menghabiskan kesempatannya, sehingga melupakan masa depannya. Mereka biasanya menolak, melalui tindakannya, bahwa apa yang mereka lakukan sekarang memiliki dampak bagi masa depannya. Mereka tidak dapat melihat atau mengijinkan atau menerima bahwa ketidakmampuannya menyelesaikan tugas dan mengabaikan tanggung jawabnya akan dapat menimbulkan kegagalan di masa depannya.
Orang tua yang mempunyai anak berbakat baik yang telah didiagnosis oleh ahlinya maupun yang terdeteksi oleh para orang tua sendiri, mempunyai permasalahn tersendiri. Masalah yang muncul terutama mengenai emosi sang anak, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Masalah yang mungkin dapat terjadi akibat faktor kuat anak berbakat sebagai berikut.
(sumber: “Nurturing The Social Emotional Development Of Gifted Children” dikutip dari Webb, J.T., Meckstroch, E.A., Tolan, S.S. (2000). Guiding The Gifted Child (diterjemahkan dalam bahasa belanda: De Begeleiding van hoobegaafde kinderen) van Gorcum & Com. BV, Assen). Kemampuan penangkapan bahasa yang sangat baik juga bukannya tidak menimbulkan masalah. Sebab semua akan ditangkapnya termasuk berbagai kata binatang yang ada di kebun binatang. Hal ini untuk menghilangkannya tidaklah gampang, karena anak berbakat ini bila sekali ketempelan agak sulit menghapusnya. Dalam bahasa Belanda sering disebut-sebut dengan istilah bliift hangen. Jika menghadapi “kerusuhan” saat harus bersilat lidah dengan teman-temannya, mulutnya secara otomatis andal menghamburkan kata-kata kebun binatang tadi. Anak gifted itu perfeksionis. Segala sesuatu harus plek persis seperti keinginan dan apa yang tergambar di kepalanya. Jika tidak klop, dia akan frustasi dan marah-marah. Saat balita, jika diminta menggambar figur, ia tidak akan mau, sebab contoh yang diberikan warnanya apik, keluaran pabrik. Sehingga dia berupaya memberi warna persis seperti yang di pabrik, pastilah dia tidak akan bisa. Frustasi. Jika memilih makanan ia juga seringkali overselektif, apa-apa yang diinginkan harus bagus, rasanya enak, salah menggoreng sedikit saja ia tidak akan mau. Kamar harus bersih, buang air kecil ia tidak akan mau di sembarang tempat. Anak berbakat adalah anak yang visual learner, hal ini bisa diketahui ketika jika kita ajak dia jalan-jalan kemana-mana, bila melewati jalan lain yang bukan biasanya dilewati ia akan marah. Anak tersebut juga memiliki potensi leadership leadership yang baik. Contohnya jika kita akan jalan-jalan tanpa memberitahunya akan kemana tujuan kita, pasti dia akan meancang terlebih dulu kemana tujuan kita akan pergi dan apa saja yang akan kita lakukan disana. Padahal rencana yang kita miliki berbeda. Kalau tidak sama, sudah pasti anak akan marah, cekcok dan ribut dengan kita.
Menurut Astati (2010), keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2 kepentingan berikut.
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini.
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat, antara lain sebagai berikut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di New Zealand menemukan beberapa hal penting terkait anak usia dini dengan skor IQ >140 atau yang dikenal dengan sebutan gifted. Beberapa hal penting tersebut antara lain secara fisik anak gifted akan mencapai masa pubertas disaat yang bersamaan dengan anak-anak biasa, jadi akan lebih baik jika anak-anak hidup bersama dalam lingkungan teman sebaya untuk waktu yang lama. Pentingnya menjaga anak-anak berbakat tetap bersama anak-anak sebayanya dikarenakan hal ini akan lebih baik apabila hubungan dengan kelompok usia yang sama lebih diperluas daripada anak gifted dipisahkan pendidikannya (akselerasi) dengan anak seusianya. Selain itu, anak gifted yang usianya masih dibawah 5 tahun memiliki perkembangan emosi yang sama seperti anak biasa, jadi anak gifted mungkin secara intelektual sudah mapan di mata orang dewasa, tapi anak-anak tersebut belum dewasa secara emosional. Sebagai tambahan, dalam penelitian tersebut memaparkan bahwa beberapa anak sangat siap untuk sekolah bahkan sebelum usia 5 tahun, tapi sekolah SD bukan dipersiapkan berdasarkan pada perbedaan kebutuhan mereka (anak gifted) jadi tidak ada banyak keuntungan atau hal positif yang didapatkan bila anak-anak masuk sekolah SD lebih awal karena mereka akan mengalami kekecewaan lebih awal. Kualitas yang paling penting dari guru unggul adalah pengabdian yang tulus terhadap pertumbuhan tiap anak. Anak berbakat membutuhkan perhatian dan pengertian guru mereka. Anak berbakat kemungkinan menghadapi masalah di kehidupan sekolah mereka seperti halnya siswa penyandang gangguan lain yang menghadapi kesulitan juga. Masalahnya mungkin berbeda, namun membutuhkan dorongan dan nasihat yang sama. Parke (1989) memberikan empat petunjuk yang dapat membantu guru dalam memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut antara lain (dalam Smith, 2009: 318-319).
Di setiap kelas akan ada berbagai tingkat kemampuan anak. Guru yang mengakui hal ini memberikan andil yang pada anak berbakat. Program-program belajar bagi anak berbakat harus dimuat ke dalam konteks program bagi seluruh anak.
Setiap anak diperbolehkan ikut serta dalam aktivitas yang terencana dan dapat mengambil pilihan untuk mengembangkan kemampuannya. Pembelajaran dapat berupa individual, kelompok kecil, dan kelompok besar. Guru dapat memantau setiap kelompok dengan berpindah-pindah dari kelompok satu ke kelompok lain. Diharapkan ada aktivitas dan keributan yang beralasan. Anak yang terlibat dalam proses pembelajaran diharapkan aktif setiap saat.
Guru menggunakan metode pembelajaran yang memberi kesempatan bagi setiap anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran sesuai kemampuannya. Metode yang digunakan dapat menghargai berbagai tingkat kemampuan di dalam kelas tanpa menunjuk siapa yang belajar lebih cepat dan lambat. Pendekatan yang digunakan dapat memberi kesempatan pada anak untuk belajar menurut gaya mereka sendiri.
Guru sebaiknya tidak menempatkan anak berbakat sebagai contoh yang harus ditiru oleh anak yang lain. Ada anak-anak dengan kebutuhan dan kesulitan mereka masing-masing yang juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang sama. Kebutuhan anak berbakat sama pentingnya dengan kebutuhan anak-anak yang lain. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengajar anak berbakat di kelas reguler (Smutny, 2000).
Salah satu strategi yang harus dilakukan untuk mengajar anak berbakat, yakni mengatur lingkungan kelas. Kelas merupakan tempat yang digunakan semua anak untuk beraktivitas dan mengerjakan proyek sesuai kemampuan mereka. Berikut hal yang dapat dilakukan untuk mendesain kelas yang ramah anak.
Bekerja secara kelompok sudah biasa di taman kanak-kanak. Untuk anak berbakat, kelompok dapat terdiri dari empat sampai lima anak untuk bekerja dan belajar bersama, yang mendukung situasi yang sangat produktif untuk pembelajaran. Kelompok ini sebaiknya selalu mendorong kekuatan yang dimiliki anak dan jenis kelompok yang dibuat (terstruktur, terbuka, kreatif, divergen, berdasarkan materi, dan sebagainya) sebaiknya disusun berdasarkan tujuan pembelajaran pada masing-masing kegiatan di kelas. Berikut panduan dalam membentuk kelompok.
Ada dua pilihan untuk mengembangkan materi. Pertama, memberikan kesempatan anak berbakat untuk memilih kegiatan (tidak berhubungan dengan materi kelas) yang menarik bagi mereka. Kedua, mendesain kegiatan yang berhubungan materi saat ini yang menantang kemampuan mereka. Guru perlu membuat kesepakatan yang disetujui guru dan anak dalam menetapkan kegiatan atau proyek yang dipilih, penyelesaian, dan hasil. Guru dapat menempatkan mereka di berbagai sumber belajar, seperti sentra/area pembelajaran dan perpustakaan.
Cara lain untuk melayani anak berbakat di kelas regular adalah memasukkan kegiatan dan berpikir kreatif ke dalam aktivitas sehari-hari. Strategi ini juga menguntungkan bagi anak-anak yang lain. Anak-anak biasanya menyukai pertanyaan “bagaimana jika” untuk menstimulasi berpikir alternatif dan inovatif dalam mengeksplorasi tema atau materi. Guru dapat memasukkan fakta baru tentang binatang dan tanaman untuk menirukannya, potrait diri untuk diceritakan, atau menulis cerita. Guru dapat mendukung kegiatan ini dengan bertanya dan menggunakan media dan sumber belajar untuk mengeksplorasi imajinasi.
Guru dapat menggunakan observasi, tugas, percakapan, konsultasi dengan orang tua, dan portofolio untuk mengasesmen anak. Asesmen ini akan bermanfaat jika dilakukan konsisten dengan berbagai aktivitas dan proyek. Guru dapat meningkatkan pemahaman mengenai bakat anak dan dapat merancang pembelajaran yang lebih selanjutnya untuk perkembangan anak. Strategi pembelajaran bagi gifted child sebagai berikut (M. Zaka Ardiansyah, 2009). Warming up merupakan strategi yang tepat digunakan dalam memulai pembelajaran biasanya digunakan guru pada pembukaan pembelajaran. Warming up digunakan untuk menumbuhkan suasana kreatif dalam kelas yang memungkinkan siswa membuka dirinya, merasa bebas dan aman untukmengungkapkan pikiran dan perasaan. Warming up dapat membuat siswa siap secara mental mengikuti pembelajaran selanjutnya. Warming up sangat berguna untuk mencairkan suasana. Jika pada sebelumnya siswa dituntut untuk menghafalkan kosa kata bahasa inggris, menghitung dengan rumus, menjawab soal esai ulangan dengan benar, maka diperlukan switch mental dari proses pemikiran reproduktif dan konvergen ke proses divergen dan imajinatif. Strategi brainstorming merupakan strategi guru untuk menumbuhkan ketertarikan gifted child pada pembelajaran dengan meminta sumbang saran pada siswa. Strategi brainstorming dikembangkan oleh Alex F Osborn merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan gagasan jika dinerapkan dengan cepat. Dalam mengembangkan bakat kreatif anak didik, setiap guru dapat menggunakan strategi brainstorming, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru : Guru harus membiarkan anak didik mengungkapkan pendapatnya terlebih dahulu, guru tidak perlu mengkritisi, namun peran guru kemudian mengarahkan. Kritik yang terlalu diberikan guru atas gagasan siswanya dapat mematikan kreativitas anak.
Diperlukan iklim tertentu agar seseorang bebas dalam mengungkapkan gagasannya, yaitu iklim dimana Ia merasa aman, diakui, dan dihargai. Apalagi jika siswa belum terbiasa untuk berbicara didepan publik.
Di sini berlaku asas quantity breeds quality (menghargai kuantitas dulu daripada kualitas), dengan memberinya banyak kesempatan, semakin besar pula kemungkinannya beberapa gagasan baik dan berkualitas. Strategi syntetic merupakan strategi untuk mengajak siswa memposisikan dirinya sebagai pelaku dalam suatu permasalahan. Strategi ini membutuhkan penalaran siswa untuk mencari pemecahan yang ideal untuk semua masalah, termasuk solusi yang aneh dan tidak lazim. Siswa dapat mengkhayalkan cara-cara aneh untuk mencari jawaban. Strategi ini tidak memerlukan media pembelajaran kecuali papantulis dan spidol, dalam strategi ini semua saran diterima, tidak ada yang dikritik siswa dapat melanjutkan gagasan siswa lainnya. Setelah menghasilkan subuah gagasan yang fantasi, guru mengajak siswa evaluasi praktis dan menganalisis gagasan untuk menemukan cara mana yang dapat diterapkan secara praktis. Strategi fururistics menurut gifted child mengembangkan daya imajinasinya, memikirkan hal-hal positif yang mungkin terjadi di masa depan berkaitan dengan permasalahan yang ada. Dalam menerapkan strategi futuristics hendaknya guru memperhatikan mekanisme dengan mengajak siswa untuk membayangkan garis waktu. Dengan mengajak gifted child memikirkan kejadian yang mungkin terjadi di masa depan berarti mengajak mensintesa kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, hal ini membutuhkan tingkat penalaran dan analisis tinggi, sangat sesuai dengan gifted child. |