Bulan Ramadhan Setan Dibelenggu tapi Kenapa Ya masih ada manusia yang berbuat kejahatan

Banyak orang yang mengatakan bahwa setan dibelenggu pada bulan Ramadhan. Namun, ternyata kita masih sering menemukan berbagai maksiat dan kejahatan terjadi di sekitar kita. Jika setan dibelenggu, bukankah mereka tidak bisa mengganggu manusia?

Kabar mengenai setan dibelenggu pada bulan Ramadhan memang tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh banyak imam seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Hibban dan lain-lain dengan beragam teks. Dalam teks hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila (tiba) bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta setan-setan dibelenggu.

Para ulama berbeda pendapat dalam memahami hadis ini. Ada yang mengartikan hadis ini secara tekstual, ada pula yang memahaminya secara kontekstual. Prof. Ali Mustafa Yaqub sebagaimana mengutip perkataan Al-Qadhi Iyadh mengungkapkan, hadis ini bisa dimaknai secara tekstual dengan makna yang sebenarnya. Dibelenggunya setan-setan bertujuan untuk mencegah mereka dari upaya menyakiti dan menggoda orang-orang yang beriman.

Sedangkan secara konotatif, al-Qadhi Iyadh berkata, dibelenggunya setan dapat dipahami sebagai ungkapan tentang upaya orang yang berpuasa dalam menahan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama.

Atau bisa juga diartikan bahwa upaya setan menggoda kaum muslimin menjadi tidak maksimal karena mereka berpuasa dan sibuk mengekang hawa nafsu dan meningkatkan ibadah.

Setelah mentarjih pemahaman hadis ini secara tekstual, al-Qurtubi berkata “Bagaimana mungkin (hadis ini dimaknai secara tekstual) sementara banyak kejahatan dan kemaksiatan yang tetap terjadi di bulan Ramadhan?

Maka jawabannya adalah bahwa kemaksiatan tersebut akan sedikit terjadi pada orang yang berpuasa yang memelihara syarat dan adab puasa, atau makna hadis tersebut adalah hanya sebagian setan saja yang dibelenggu, yaitu setan yang durhaka saja, tidak semuanya. Jawaban ini sebagaimana diungkapkan Prof. Ali Mustafa Ya’qub dalam bukunya “Cara Benar Memahami Hadis”.

Sebab pada bulan Ramadhan umat Islam saling berlomba memperbanyak ibadah dan menahan hawa nafsu. Hal ini tentu saja dapat memperkecil frekuensi kejahatan di bulan Ramadhan.

Imam As-Sindi berkata “Dibelenggunya setan tidak serta merta dapat menghilangkan maksiat terjadi, karena maksiat juga bisa datang dari hawa nafsu, bukan hanya dari setan, sebagaimana maksiatnya Iblis (yang bukan disebabkan godaan setan)”.

Begitu pula dengan Prof.Quraish Shihab, ia mengatakan bahwa kemaksiatan masih bisa terjadi di bulan Ramadhan karena disebabkan nafsu manusia itu sendiri. Sesungguhnya kemaksiatan datang dari dua jalan, yang pertama berasal dari diri sendiri yaitu hawa nafsu, dan yang kedua datang dari luar, yaitu setan.

Jadi, apabila setan memang benar-benar dibelenggu, kita masih harus menghadapi satu tantangan lagi, yaitu hawa nafsu. Dan itulah musuh yang harus kita hadapi dan harus kita kalahkan.

Wallahu a’lam bisshawab

Ketika puasa itu tiba, maka kebaikan akan mudah dilakukan. Kejahatan dan maksiat akan semakin berkurang karena saat itu pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, setan pun terbelenggu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).

Dalam lafazh lain disebutkan,

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” (HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa yang dimaksud adalah makna secara tekstual dan hakiki. Terbukanya pintu surga, tertutupnya pintu neraka dan terikatnya setan adalah tanda masuknya bulan Ramadhan, mulianya bulan tersebut dan setan pun terhalang mengganggu orang beriman. Ini isyarat pula bahwa pahala dan pemaafan dari Allah begitu banyak pada bulan Ramadhan. Tingkah setan dalam menggoda manusia pun berkurang karena mereka bagaikan para tahanan ketika itu. (Fath Al-Bari, 4: 114 dan Syarh Shahih Muslim, 7: 167)

Al Qodhi juga berkata, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” (Lihat Syarh Shahih Muslim, 7: 167)

Namun kenapa maksiat masih banyak terjadi di bulan Ramadhan walau setan itu diikat?

Disebutkan oleh Abul ‘Abbas Al-Qurthubi:

  • Setan diikat dari orang yang menjalankan puasa yang memperhatikan syarat dan adab saat berpuasa. Adapun yang tidak menjalankan puasa dengan benar, maka setan tidaklah terbelenggu darinya.
  • Seandainya pun kita katakan bahwa setan tidak mengganggu orang yang berpuasa, tetap saja maksiat bisa terjadi dengan sebab lain yaitu dorongan hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, adat kebiasaan dan gangguan dari setan manusia.
  • Bisa juga maksudnya bahwa setan yang diikat adalah umumnya setan dan yang memiliki pasukan sedangkan yang tidak memiliki pasukan tidaklah dibelenggu.

Intinya maksudnya adalah kejelekan itu berkurang di bulan Ramadhan. Ini nyata terjadi dibandingkan dengan bulan lainnya. (Al-Mufhim lima Asykala min Takhlis Kitab Muslim, 3: 136. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 221162)

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa pada bulan Ramadhan, jiwa lebih condong pada kebaikan dan amalan shalih, yang dengan kebaikan ini sebagai jalan terbukanya pintu surga. Begitu pula kejelekan pun berkurang ketika itu yang akibatnya pintu neraka itu tertutup. Sedangkan setan itu diikat berarti mereka tidaklah mampu melakukan maksiat sebagaimana ketika tidak berpuasa. Namun maksiat masih bisa terjadi karena syahwat. Ketika syahwat itu ditahan, maka setan-setan pun terbelenggu. (Majmu’ah Al-Fatawa, 14: 167).

Karena terbuka lebarnya pintu kebaikan ini, pahala kebaikan akan dilipat gandakan.

Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.” (Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hal. 270)

Ibrahim An-Nakho’i rahimahullah mengatakan, “Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula satu bacaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu raka’at shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu raka’at di bulan lainnya.” (Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hal. 270)

Begitulah kemuliaan bulan Ramadhan. Orang yang sebelumnya malas ibadah, akan kembali sadar. Yang sudah semangat ibadah akan terus bertambah semangat. Yang lalai akan yang wajib, akan sadar di bulan Ramadhan. Yang lalai akan dzikir pun semangat untuk berdzikir. Begitu pula yang malas ke masjid akan rajin ke masjid. Namun tentu saja ibadah terbaik adalah ibadah yang kontinu, bukan hanya musiman,

وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782)

Semoga bermanfaat.

Direvisi 14 Sya’ban 1436 H (01 Juni 2015) di Pesantren DS

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.

Jakarta -

Bulan Ramadan dikatakan setan-setan dibelenggu. Namun, masih ada saja orang yang berbuat jahat dan dosa.

Apa artinya setan dibelenggu di bulan Ramadan? Kata Ustaz mendengarkan penjelasan Ustaz Maulana dilansir dalam Islam Itu Indah.

Berikut penjelasan lengkap Ustaz Maulana soal benar tidaknya setan dibelenggu saat Ramadan:

Berbicara tentang setan yang dibelenggu, pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup. Tiga rangkaian ini yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW dalam satu hadist, bahwa ketika Ramadan tiba setan dibelenggu.

Maksudnya apa? Kalau dibelenggu itu diikat orang berpeluang tidak akan berbuat dosa. Terus kenapa ada orang tidak puasa? Kenapa ada orang berbuat maksiat di bulan suci Ramadan? Bukankah setan dibelenggu di bulan suci Ramadan?

Nah dalam hal ini, apa artinya setan? Setan ini pengganggu, setan ini penggoda, yang membisikkan kejahatan di dalam hati manusia. Pada bulan suci Ramadan, Ramadan ini menyebabkan keinginan.

Artinya terbelenggu, terikat, karena ketika orang berpuasa secara tidak langsung dia sudah mengikat setan, mengikat pengganggu yang ada pada dirinya. Karena tidak ada mungkin tergoda karena dia sedang mengendalikan nafsunya lewat ibadah puasa.

Makanya kalau ada anak muda mau menikah, tapi belum ada kemampuan. Maka kata Nabi berpuasalah, ikat setan itu dengan puasa, ikat keinginan itu dengan puasa.

Buat semuanya, keinginan ini yang terbelenggu, godaan ini yang diikat lewat adanya ibadah Ramadan. Ibadah Ramadan itu banyak kegiatan unsur agama, unsur kegiatan yang mendekatkan diri kepada Allah lewat terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka karena adanya ibadah puasa, ibadah amaliah Ramadan yang luar biasa, jadi amalan-amalan ini yang menyebabkan alhamdulillah terikatnya.

Jadi kesibukan dalam hal kebaikan menyebabkan orang-orang ini tidak terganggu, tidak tergoda. Kita berada di Indonesia, tradisi yang luar biasa, agama yang dijadikan tradisi. Tarawih dijadikan tradisi, berbondong-bondong orang tarawih.

Dari jin dan manusia dan keinginan orang mengajak berbuat maksiat itu pada sadar. Kata Nabi kalau ada yang bertengkar di siangnya Ramadan katakan saya sedang puasa.

Puasa bermakna menahan. Ramadan itu penggugur dosa. Disebut setan itu terikat.

Simak Video "Ibunda Chairul Tanjung dalam Kenangan Ustaz Maulana "



(pus/wes)