Buku panduan akademik uin jakarta

DISKURSUS KEISLAMAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI: KAJIAN ISLAM DI SPs UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1 Oleh: Syaripudin dan Ervan Nurtawab* Abstract

Islamic educational institution in Southeast Asia, especially in Indonesia, has long history of its development. It begins when Islam itself had been initially introduced to the region. By the mid of 20th century, people witnessed the formative period of Islamic higher educational institutions. This article seeks to describe how Islam has been scholarly taught—and of course learned—in higher educational level, specifically in MA and Ph.D. degrees. The writers limit its area of study only to look at Islamic studies as has been developed in Graduate School (SPs) Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta within the las five years. Keywords: Kajian Islam, integrasi keilmuan, pendidikan tinggi, pascasarjana A. PENDAHULUAN Lembaga pendidikan Islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak agama itu diperkenalkan dalam kawasan tersebut. Sebagaimana di Timur Tengah, kajian keislaman di Indonesia pada awalnya diselenggarakan di masjid atau mushala. Dengan kata lain, masjid 1 Versi awal artikel ini adalah hasil penelitian yang dibiayai oleh DIPA Kemenag 2010 berjudul Kajian Keislaman pada Level Pascasarjana di Indonesia: Arah Pengembangan Kajian Keislaman pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terkait akses atas dokumen SPs UIN Jakarta, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Azyumardi Azra, Direktur SPs UIN Jakarta, segenap pimpinan dan staf, khususnya Bapak Eva Nugraha, M.Ag., yang memberikan kesempatan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan. * Syaripudin adalah Guru Besar STAIN Jurai Siwo Metro, sementara Ervan Nurtawab adalah Dosen Muda di STAIN Jurai Siwo Metro melakukan penelitian dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian keislaman baik nasional maupun internasional.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

1

atau mushala juga berfungsi menyelenggarakan pendidikan Islam, yang semula berfungsi sebagai tempat ibadah shalat. Mendekati pertengahan abad ke-20 M, barulah beberapa tokoh Muslim Indonesia menggagas pendirian lembaga pendidikan tinggi yang fokus pada pengkajian Islam. Namun demikian, hingga tahun 1970-an minat pemuda Muslim untuk melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah, khususnya di Universitas al-Azhar, tetaplah tinggi. Mulai tahun 1950-an, para pemuda muslim mulai banyak juga yang melanjutkan perkuliahannya di bidang keislaman di universitas-universitas bertradisi Barat. McGill University, Montreal, Kanada, adalah salah satu universitas yang terpenting sebagai tempat tujuan belajar mereka. Bahkan, para lulusannya telah memberi kontribusi tersendiri bagi pengembangan corak pemikiran Islam di Indonesia, khususnya upaya menghidupkan kembali paham rasionalis yang pernah dikembangkan oleh kaum Mu’tazilah. Meski minat mahasiswa Muslim untuk melanjutkan pendidikan tinggi di bidang kajian Islam di luar negeri sangat besar, perguruan tinggi agama Islam di Indonesia tetap menjadi primadona. Artikel ini berusaha melihat arah kajian keislaman yang dikembangkan pada level pascasarjana di perguruan tinggi Islam di Indonesia. Mengingat banyaknya jumlah perguruan tinggi yang memiliki program pascasarjana di bidang keislaman, penelitian ini membatasi diri hanya melihat arah perkembangan studi Islam pada Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan pada beberapa alasan. Pertama, SPs UIN Jakarta dianggap berperan penting dalam membangun diskursus keislaman di Indonesia dengan banyaknya lulusan pascasarjananya yang mampu berkiprah sebagai tokoh nasional, dan bahkan internasional. Kedua, SPs UIN Jakarta adalah salah satu program pascasarjana kajian Islam tertua di Indonesia. Ketiga, pembatasan kajian akan membuat fokus penelitian menjadi lebih spesifik dan mendalam dengan ketersediaan dokumen-dokumen yang mencukupi sebagai bahan primer penelitian ini. Karena itu, penelitian ini adalah penelitian pustaka yang menjadikan dokumen-dokumen SPs UIN Jakarta sebagai bahan primernya.

2

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

B.

KAJIAN TEORI

Meski tradisi intelektual keislaman telah berkembang pada awal abad ke-17 M, lembaga pendidikan tinggi Islam baru berkembang pada menjelang pertengahan abad ke-20 M yang perkembangannya bisa dibagi menjadi tiga periode. Pertama adalah periode formatif, yaitu periode pembentukan atau pendirian lembaga sejak sekitar tahun 1940-an hingga tahun 1970. Periode kedua adalah periode pengembangan, sejak tahun 1970 hingga 1990. Periode ini menjadi saksi munculnya benih-benih pemikiran Islam kontemporer yang kemudian menjadi pondasi yang kuat bagi pengembangan intelektual keislaman di masa selanjutnya. Periode ketiga adalah periode intergrasi. Pada periode ini, para civitas akademika di lingkungan IAIN mulai mengintensifkan diri bagi upaya pengintegrasian ilmu-ilmu agama dan umum yang sebagian besar mendapatkan pengaruh dari para pemikir Islam dunia pada akhir abad ke-20 M, seperti Isma’il Raj’i al-Faruqi, Maurice Bucaille, Fazlurrahman, Naquib alAttas, dan lain-lain. 1. Periode Formatif: 1940 - 1970 Perguruan tinggi agama Islam di Indonesia pertama kali didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) pada akhir tahun 1940 di Padang, Sumatera Barat, dangan nama Sekolah Islam Tinggi, dan Mahmud Junus sebagai pimpinan pertamanya. Lembaga tersebut terdiri atas dua fakultas, yaitu Syariah dan Pendidikan Bahasa Arab. Pendirian perguruan tinggi agama ini bertujuan untuk mendidik kader muda Islam agar menjadi ulama yang handal dalam membina umat Islam. Lembaga ini berjalan lancar hingga tentara Jepang masuk ke kota Padang pada Maret 1942.2 Kemudian pada tahun 1951, Yayasan Wakaf Perguruan Tinggi Islam Jakarta mendirikan Perguruan Tinggi Islam Jakarta, dengan Prof. Dr. Hazairin sebagai Dekan pada tahun 1958. Pada tahun 1959, perguruan ini berubah nama menjadi Universitas Islam Jakarta (UIJ) dan memiliki dua fakultas, 2 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1996), h. 117-121.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

3

yaitu Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat dan Fakultas Ekonomi dan Perusahaan.3 Sementara di Yogyakarta, pendirian perguruan tinggi agama Islam dimulai pada tahun kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Seperti diuraikan B.J. Boland, proses pendirian lembaga pendidikan tinggi ini dimulai dengan penyusunan kepanitian yang diketuai oleh Mohammad Hatta, yang kemudian menjadi wakil presiden pertama RI, dan M. Natsir sebagai sekretarisnya. Sebagaimana tujuan lembaga pendidikan tinggi agama Islam yang lain, seperti di Padang, lembaga ini juga menyasar kepada para kader-kader muda Islam yang memiliki pengetahuan keislaman yang mapan dan memadai untuk belajar diskursus keislaman yang lebih akademik sehingga akan tercetak ulama-ulama berkualitas sebagai pengayom masyarakat. Studi di lembaga ini berlangsung selama dua tahun sampai mencapai gelar sarjana muda, ditambah dua tahun lagi untuk memperoleh semacam gelar sarjana, dan setelah menulis tesis berhak mendapatkan gelar doktor. Kurikulumnya terutama dicontoh dari Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo, yang dirancang tahun 1936.4 Pada dekade selanjutnya, tepat pada 22 Januari 1950, sebuah perguruan tinggi Islam juga didirikan di Solo, dengan penyelenggaraan kegiatan akademis yang serupa dengan sasaran peserta didiknya adalah lulusan pesantren dan madrasah. Satu tahun kemudian, 20 Februari 1951, kedua perguruan tinggi agama, di Yogyakarta dan Solo disatukan dengan nama “Universitas Islam Indonesia atau UII yang sejak saat itu mempunyai cabang pada kedua kota tersebut. Dengan demikian, tujuan yang semula dimaksudkan untuk memberikan pendidikan yang baik bagi para calon ulama akhirnya bergeser fokusnya pada fakultas-fakultas non-agama atau yang bersifat sekuler. Bagaimanapun, perkembangan ini berarti bahwa universitas Islam tersebut harus berkompetisi dengan universitas-universitas negeri, misalnya

3 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 315-319. Lihat juga B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, penerj: Saafroedin Bahar, (Jakarta: Grafiti Press, 1985), h. 123. 4 Boland, Pergumulan Islam ..., h. 123.

4

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

dengan Universitas Gadjah Mada yang berdiri pada Maret 1948 dan menjadi universitas negeri pada 19 Desember 1949.5 Pada awal dekade 1950-an, tepatnya tahun 1953, sebuah universitas Islam bernama Perguruan Islam Tinggi Darul Hikmah, berdiri di Bukittinggi, Sumatera Barat, dan membuka satu fakultas, yaitu Fakultas Hukum Islam. Empat tahun kemudian, yaitu pada 12 Oktober 1957, perguruan ini berubah nama menjadi Universitas Islam Darul Hikmah, dan memiliki lima fakultas di lima wilayah berbeda. Fakultas Hukum Islam bertempat di Bukittinggi dan Fakultas Usuluddin berada di Padang Panjang. Di Payakumbuh terdapat Fakultas al-Da’wah wa-al-Irsyad, dan di Solok terdapat Fakultas Fiqhi wa-al-Ushul. Fakultas Lughat alArabiyah ditempatkan di Padang.6 Masih pada dekade tahun 1950-an, pemerintah kemudian mengambil alih fakultas agama yang telah dibina UII dan secara resmi membuka Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri atau PTAIN di bawah pengawasan Departemen Agama pada 26 September 1951. Kebijakan ini tentunya menguntungkan pendidikan Islam karena dengan jaminan pemerintah, pengembangan pendidikan tinggi studi Islam menjadi lebih baik ketimbang hanya dibina oleh sebuah perguruan tinggi swasta. Lebih dari itu di Yogyakarta, pemerintah juga membuka perguruan tinggi untuk menyiapkan tenaga hakim agama, yaitu Perguruan Hakim Islam Negeri (PHIN). Sebuah pendidikan yang serupa juga telah diadakan di Jakarta pada 1957, yaitu dengan pendirian Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), yang dimaksudkan sebagai sekolah bagi para pejabat agama yang berdinas dalam Departemen Agama dan untuk pengajaran agama di sekolah negeri.7 Pada tahun 1960, PTAIN dan ADIA disatukan menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di bawah pembinaan Departemen Agama. Periode penyatuan ini dianggap sebagai periode penting dari perkembangan perguruan tinggi agama 5 Ibid. Sebagai perbandingan lihat “Sejarah Singkat IAIN,” Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, n.d. Web. 5 Agustus 2010 <

>. 6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan ..., h. 138-140. 7 Boland, Pergumulan Islam ..., h. 123.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

5

Islam negeri, yang selanjutnya dikenal dengan singkatan IAIN. IAIN ini bermula terdiri dua fakultas di Yogyakarta dan dua juga di Jakarta. Di kedua tempat ini, IAIN dengan cepat berkembang menjadi sebuah institut dengan empat fakultas, yang pada setiap fakultasnya kuliah selama tiga tahun dapat dilengkapi dengan spesialiasi selama dua tahun. Keempat fakultas itu adalah Ushuluddin, Syariah, Tarbiyah, dan Adab.8 Awal dekade tahun 1960-an menjadi saksi mata bagi pendirian sebagian besar IAIN di beberapa wilayah Indonesia. IAIN Ar-Raniry Banda Aceh berdiri tanggal 5 Oktober 1963, IAIN Raden Patah Palembang berdiri tanggal 22 Oktober 1964, IAIN Antasari Kalimantan Selatan berdiri pada 22 November 1964, IAIN Sunan Ampel Surabaya berdiri pada 6 Juli 1965, IAIN Alauddin Ujung Pandang berdiri pada 28 Oktober 1965, IAIN Imam Bonjol Padang berdiri pada 21 November 1966, dan IAIN Sultan Taha Saefuddin Jambi berdiri pada 1967.9 Pada akhir dekade 1960-an dan awal 1970-an, masih dilakukan pendirian beberapa IAIN. Pada tanggal 28 Maret 1968, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung secara resmi berdiri. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 28 Oktober 1968, IAIN Raden Intan Lampung mulai beroperasi secara resmi. Kemudian di Semarang, IAIN Wali Songo didirikan pada tahun 1970 dan pada tahun yang sama, IAIN Sultan Syarif Qosim Pekanbaru menyusul berdiri secara resmi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 19 November 1973, IAIN Sumatera Utara Medan juga berdiri secara resmi. Sejak itu, Departemen Agama telah memiliki 14 IAIN dengan cabangcabangnya yang mencapai 34 buah. Pada menjelang akhir dekade 1990-an, cabang-cabang tersebut pada akhirnya memisahkan diri dan independen menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). 2. Periode Pengembangan: 1971 - 1990 Sepanjang tahun 1970 dan 1980-an bisa dianggap sebagai periode tumbuhnya akar-akar intelektual di lingkungan IAIN. Umumnya, para lulusan IAIN yang menjadi tokoh berpengaruh yang menghiasi perkembangan intelektual Islam Indonesia adalah 8 9

6

Ibid. Tim Penyusun, RIP 2005-2010 UIN Syarif ..., h. 5.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

para lulusan yang kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di universitas-universitas di luar negeri, baik di kawasan Timur Tengah atau dunia Barat. Salah satu pelopornya adalah Nurcholish Madjid, yang sejak masih mahasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah menjadi tokoh dan aktivis. Sejak 1970-an, berbagai gagasan dan pemikiran kritisnya dikemukakan dalam artikel-artikel yang diterbitkan dalam berbagai harian ibukota kala itu seperti Tribun, Pos Bangsa, dan Mimbar. Nurcholish dikenal sebagai seorang cendekiawan yang kritis dan telah mensosialisasikan ide-ide pembaharuannya. Tulisantulisannya pada awal 1970-an sudah menyulut kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia—sering disebut “heboh intelektual”—dan dikenal sangat kritis terhadap berbagai permasalahan sosial keagamaan bangsa Indonesia. Setelah menyelesaikan program doktor di University of Chicago pada 1984, otoritas Nurcholish sebagai salah seorang intelektual Islam Indonesia paling terkemuka semakin tidak diragukan lagi.10 Para pemikir Muslim Indonesia dari lingkungan IAIN yang lain adalah Harun Nasution dan Mukti Ali, guru besar IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang kemudian menjadi Menteri Agama. Harun Nasution adalah salah seorang tokoh pembaharuan Islam yang paling berpengaruh di lingkungan Islam terpelajar Indonesia. Ia pernah belajar di Universitas al-Azhar, Kairo, dan American University, Kairo, dimana ia menamatkan program BA-nya di jurusan ilmu-ilmu sosial. Ia meneruskan studinya di Dirasat al-Islamiyah, sebuah lembaga pendidikan swasta di bawah pimpinan Prof. Abu Zahrah, salah satu ahli Islam terkemuka saat itu, di Mesir. Selanjutnya, ia mengembara ke Barat, dan memperoleh gelar MA dan Doktor di bidang studi-studi keislaman di Institute of Islamic Studies, McGill University, Montreal, Kanada pada 1968. Semasa hidupnya ia pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 10 Dadi Darmadi, “IAIN dalam Wacana Intelektual Islam Indonesia,” Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, n.d. Web. 5 Agustus 2010 <

>. Lebih jauh tentang pemikiran Nurcholih Madjid lihat Fauzan Saleh, Modern Trends in Islamic Theological Discourse in 20th Century Indonesia: a Critical Survey, (Leiden-BostonKoln: , Brill, 2001), h. 240-294.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

7

dua periode (1973-1983), dan, setelah itu, ia menjadi Dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga wafatnya pada 18 September 1998. Dengan semakin berkembangnya wacana intelektual di kalangan terpelajar IAIN, tradisi intelektual di kalangan IAIN berkembang lebih pesat dari sebelumnya. Hal itu bisa dengan mudah dilihat dengan semakin meluas dan melebarnya area of concern dan area of expertise mahasiswa-mahasiswa IAIN yang melanjutkan studinya baik di dalam maupun luar negeri.11 3. Periode Integrasi: 1991 - 2010 Dalam kasus IAIN Jakarta, secara historis kepastian rencana perubahan IAIN Jakarta menjadi UIN terungkap dalam acara Sarasehan UIN di IAIN Jakarta pada 22 Oktober 1994. Para peserta penting yang hadir dalam acara tersebut adalah Harun Nasution, Quraish Shihab, Zakiyah Darajat, Atho Mudzhar, Asri Rasyad (utusan Universitas Yasri), Hanna Djumhana Bustaman dan Laode M. Kamaluddin (utusan Universitas Indonesia), dan Ahman Baiquni (utusan BPPT).12 Ditegaskan oleh Masykuri Abdillah, niat merumuskan upaya integrasi keilmuan yang berujung pada transformasi ini sudah ada sejak akhir tahun 1990an.13 Pertemuan pada tahun 1994 jadinya merupakan tindak lanjut dari niat yang telah ada sebelumnya. Dalam forum tersebut terlontar komitmen Kementerian Agama untuk menjadikan IAIN Jakarta sebagai pilot project transformasi IAIN ke UIN. Tentunya, upaya ini harus dilakukan dengan didahului pelaksanaan studi kelayakan yang meliputi pengembangan kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, dan pengembangan infrastruktur lain. Bagaimanapun, kenyataan menunjukkan bahwa kurikulum yang dikembangkan IAIN pada saat itu masih memiliki nuansa yang

11 Darmadi, “IAIN dalam Wacana Intelektual Islam Indonesia,” Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, n.d. Web. 12 Tim Penyusun, Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2005-2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Jakarta, 2004), h . 6. 13 Lihat Masykuri Abdillah, ”Sambutan Pembantu Rektor Bidang Akademik,” dalam Kusmana, (ed.), Integrasi Keilmuan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset, (Jakarta: PPJM-UIN Jakarta Press, 2006), h. iii.

8

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

kuat akan dikotomi ilmu-ilmu umum dan agama.14 Hal ini membuat upaya transformasi IAIN ke UIN pada dekade tahun 1990-an masih berupaya wacana yang terus dihembuskan agar semangat transformasi ini tidak luntur. Kemajuan signifikan akan upaya transformasi ini tampak pada saat memasuki tahun 2000. Sejak tahun itu, IAIN Jakarta diberi izin operasional untuk membuka program-program studi baru, seperti Agribisnis, Teknik Informatika, Manajemen, dan Akuntansi. Tahun 2001, IAIN Jakarta juga membuka Fakultas Dirasah Islamiyah bekerjasama dengan Universitas al-Azhar, Kairo. Akhirnya pada tahun 2002, IAIN Jakarta berhasil bertransformasi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan Keputusan Presiden No. 31 Tahun 2002 tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.15 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdiri pada pertengahan periode pengembangan IAIN, yaitu pada tahun 1982. Tujuan praktisnya adalah untuk memberikan tempat studi lanjut bagi lulusan IAIN dan dosen IAIN seluruh Indonesia.16 Tentunya, program pascasarjana ini menjadi program pascasarjana kajian Islam yang pertama kali dibuka di Indonesia. Pada periode awal, proses rekrutmen mahasiswa juga masih bergantung pada ikatanikatan dinas. Tahun 1985/1986, Pascasarjana kemudian menerima calon mahasiswa dari tenaga pengajar matakuliah agama pada Perguruan Tinggi Umum Negeri. Tahun 1990/1991 menerima calon mahasiswa dari tenaga pengajar Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTAIS) juga calon mahasiswa alumni IAIN dari lembagalembaga baik di dalam maupun luar negeri.17 Tim Penyusun, RIP 2005-2010 UIN Syarif ..., h. 7. Tim Penyusun, RIP 2005-2010 UIN Syarif ..., h . 7. Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008: Program Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: SPs UIN Jakarta, 2008), h. 1. 17 Tim Penyusun, Portfolio Program ..., h. 1. 14 15 16

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

9

1. Strategi Pengembangan Tiga dekade semenjak pendiriannya pada awal 1980-an, SPs UIN Jakarta menetapkan berbagai strategi pengelolaan programnya. Strategi tersebut mengacu pada Rencana Kerja Tahunan yang telah ditetapkan dalam Raker SPs. Melalui even yang melibatkan seluruh pengelola program hingga level bawahnya, program kerja disusun agar setiap unit kerja dapat bekerja efektif dan efisien mencapai tujuan program dan meningkatkan kemampuan dirinya.18 Semua itu dilaksanakan dalam rangka mencapai cita-cita yang termaktub dalam visi, misi, dan tujuan Program Studi Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN Jakarta. Evaluasi internal atas realisasi program ini dilangsungkan melalui pelaksanaan Rapat Koordinasi Kerja Tahunan. Sementara dalam waktu yang lebih pendek, realisasi program kerja dikontrol melalui rapat-rapat koordinasi pengelola program.19 Dalam hal jaminan mutu internal, kebijakan mutu internal yang berupa evaluasi terhadap mutu, efektivitas, efisiensi, dan relevansi keseluruhan program dalam rangka pelaksanaan misi dan pencapaian sasaran dan tujuan Program dilakukan melalui evaluasi diri program studi dan sistem kendali mutu. Selain melalui evaluasi diri yang dilakukan empat tahun, kendali mutu (jaminan mutu internal) dilakukan melalui beberapa jenis rapat, yaitu Rapat Kerja Program Studi (setiap awal periode kepengurusan) dan Rapat Koordinasi Program Studi (tahunan).20 Portfolio SPs UIN Jakarta 2008 menjabarkan bahwa rencana kerja Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN disusun dengan menimbang masukan dari semua elemen Program Magister Studi Islam UIN Jakarta, termasuk mahasiswa dan mitra Program Studi Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN. Hal ini tampak dalam kegiatan Seminar Internasional Ekonomi Islam pada 2002 yang merupakan hasil kolaborasi SPs UIN Jakarta dengan mitra. Selain itu, pelaksanaan pelatihan desain penelitian kualitatif dan 18 Hal ini tercermin dalam Laporan hasil Rapat Kerja SPs pada setiap tahunnya dalam rentang tahun 2005- 2007. 19 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 59-60. 20 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 65.

10

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

kuantitatif pada awalnya adalah masukan mahasiswa dengan dukungan mitra SPs UIN Jakarta. Contoh-contoh lain yang bisa disebut di sini adalah pelatihan pegawai administrasi, seminar Internasional tentang Islamic Higher Learning di perguruan tinggi, Focus Goup Discussion tentang ekonomi Islam, dan lain-lain. Sejak tahun 2007, telah di buka kelas International dalam kajian Islam antar bidang. Program ini merupakan kerjasama dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Adapun rencana ke depan adalah menguatkan program kelas International, kajian Islam dengan mahasiwa dari semua kawasan.21 Strategi Pengembangan SPs UIN Jakarta 2006-2012 No Program Kegiatan Mulai tahun 1 Peningkatan Kualitas Standarisasi Kurikulum 2007 Lulusan 2 Peningkatan Layanan Evaluasi Reguler 2006 3 Peningkatan Sarana 2009 Perluasan Ruang & Prasarana Perpustakaan & Media Belajar 4 Peningkatan Bahan 2008 Penambahan judul buku Ajar terbaru 10% 5 Peningkatan 2006 Beasiswa & Kelas Kerjasama International 6 Rekognisi 2009 Penelitian dan International Pengembangan Sumber: Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 60.

Kunci keberhasilan pengembangan Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN Jakarta adalah pada upaya membangun jaringan dengan lembaga-lembaga terkait secara komprehensif. Hal ini bertujuan agar lembaga bisa menjaga dan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola program. Pada tahun 2006 dan 2007, beberapa kerjasama diselenggarakan dengan Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI untuk peningkatan guru Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah dan pegawai seluruh Indonesia. Dalam dokumen kerjasama ini disebutkan bahwa hal ini adalah bagian dari peran Program Magister Pengkajian Islam

21

Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 59-60.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

11

dalam peningkatan kualitas guru MA dan MTs di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab.22 SPs UIN Jakarta juga diamanatkan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI untuk menyelenggarakan program S2 Konsentrasi Ilmu Tafsir dan Ulum al-Qur’an bagi 25 orang mahasiswa pada tahun 2006 dalam rangka peningkatan kualifikasi tenaga pendidik pada Perguruan Tinggi Agama Islam.23 Jalinan kerjasama internasional juga berupaya dikembangkan. Contohnya, Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN merintis kerjasama dengan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) Academy. Satu hasil dari kerjasama ini adalah pembukaan program Interdisciplinary Islamic Studies. 2. Riset dan Tradisi Pemikiran Kritis Penyelenggaraan Magister Pengkajian Islam SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diarahkan pada hasil lulusan yang mampu menghasilkan publikasi ilmiah dalam studi bidang keislaman yang diintegrasikan dengan aspek keindonesiaan dan kemanusiaan yang bertaraf internasional.24 Program ini hanya dapat menerima calon mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi dengan minimal IPK mahasiswa (3.00), dan mempersyaratkan kemampuan berbahasa Inggris dengan TOEFL minimal 450 dan TOAFL minimal 450, 475 untuk nilai Tes Potensi Akademik (TPA) serta lulus dalam ujian lisan untuk wawasan 22 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 61. Naskah Perjanjian Kerjasama Pelaksanaan Program Beasiswa S2 bagi Guru dan Pegawai Departemen Agama, Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Nomor: DT.I.I/PP.04/39/2006 tanggal 23 Maret 2006 dan Naskah Perjanjian Kerjasama Pelaksanaan Program Beasiswa S2 bagi Guru dan Pegawai Departemen Agama, Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Nomor: DT.I.I/PP.04/63 B/2007 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (SPs) Nomor: SPs/OT.01.6/1108/VIII/2007. 23 Lihat Kopi Naskah Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.II/546/2006 Tentang Penetapan Nama-nama Penerima Bantuan Langsung Program S2 dan S3 Ilmu Tafsir. Tanggal 14 Desember 2006; dan kopi naskah Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.II/553/2006 Tentang Bantuan Pelaksanaan S2 Ulumul Qur’an Tahun 2006, pada tanggal 14 Desember 2006 Lihat Tim Penyusun SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Buku Panduan Akademik Program Khusus (Program Beasiswa S2) (Jakarta: Program Pascasarjana UIN Jakarta, 2006/2007). 24 Tim SPs, Pedoman Akademik Sekolah Pascasarjana, (Jakarta: SPs UIN Jakarta, 2007), h. 6.

12

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

keislaman dan bidang ilmu yang diminati sebagaiman yang tertulis dalam proposal Tesis.25 Kegiatan belajar mengajar di kelas memakai metode diskusi dan curah pendapat. Setiap mahasiswa memiliki kebebasan untuk menuangkan ide-ide dalam setiap presentasi. Perbedaan ideologi, teologi, afiliasi politik tidak diperkenankan untuk memengaruhi pernyataan atau tulisan akademik ilmiah.26 Dengan demikian mahasiswa dan dosen memiliki kebebasan akademik dan mimbar akademik untuk menuangkan gagasan akademik, baik pada forum-forum formal seperti studium general, workshop, ujian proposal, maupun forum-forum non formal seperti pada forum-forum lembaga kajian Lembaga Kajian Ekonomi Islam S2-S3 (LKEI), The Reader, dan sebagainya.27 Dalam rangka mengembangkan suasana akademik yang kondusif, Program Studi Program Magister Pengkajian Islam SPs UIN meminta mahasiswa untuk mengatur jadwal presentasi dalam setiap matakuliah dan diatur dengan baik di mana hubugan antara dosen dengan mahasiswa merupakan hubungam kesejawatan. Dalam mengisi program akademik dan diseminasi hasil kuliah mahasiswa diajak untuk menyusun buku sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dalam hal penyebaran ilmu pengetahuan hasil perkuliahan. Struktur kurikulum yang dikembangkan sejak tahun 2007, telah memacu para mahasiswa untuk lebih mandiri. Mahasiswa menjadi terbiasa untuk melihat peminatan dalam berbagai perspektif dan berbagai disiplin ilmu. Dengan begitu Tesis yang dihasilkan membawa pada kepribadian dan perilaku ilmu yang komprehensif, original, dan mendalam. Sekalipun hal ini belum

25 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 11. Tim SPs, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidaytaullah Jakarta, 2007, h. 11. 26 Azyumardi Azra, Orientasi Pengembangan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahan Presentasi Direktur Sekolah Pasacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rapat Dosen SPs menjelang Semester Genap, 8 Pebruari 2008. Dikutip dari Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008. 27 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008.

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

13

terlihat secara massal, namun kecenderungan ke arah tersebut semakin terlihat.28 Kode etik dan perilaku akademik telah tersusun dalam Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No 073 Tahun 2002 tentang Kode etik mahasiwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pedoman Akademik SPs.29 Keputusan ini merupakan upaya universitas untuk menjunjung tinggi perilaku akademis mahasiswa muslim di UIN Jakarta. Upaya lainnya adalah diberlakukannya form pernyataan dari mahasiswa yang menyusun tesis bahwa tesis yang ditulis adalah benar-benar karya sendiri.30 Proposal penelitian tesis bukan saja hanya diseminarkan sebagaimana lazimnya di beberapa perguruan tinggi yang hanya dihadiri oleh beberapa mahasiswa, melainkan termasuk ke dalam matakuliah yang harus diikuti oleh semua mahasiswa, yaitu matakuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam. Dengan cara ini maka kualitas proses dan hasil penelitian terjamin lebih baik. Dengan minimal perkuliahan 12 kali tatap muka, maka melalui matakuliah di atas, proposal tesis mahasiswa diseminarkan. Adanya seminar ini bukan hanya mahasiswa yang mengajukan proposal yang memperoleh keuntungan, mahasiswa yang lainpun akan dapat “belajar” dari proposal yang diajukan rekan mahasiswa lainnya, sekaligus pula, karena diminta mengomentari dan membahasnya, meningkatkan wawasan subtansi materi dan metodologi penelitian pada para mahasiswa.31 Setelah proposal tesis disetujui, mahasiswa bisa mulai melakukan penulisan tesis sebagai salah satu media penilaian kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian pada tingkat Magister. Tesis ditulis dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Asing (Arab dan Inggris). Jumlah halaman tesis minimal 150 28 Hal itu terangkum dalam buku kumpulan artikel proposal tesis mahasiwa, Yusuf Rahman (ed.), Islam and Society in Contemporary in Indonesia, (Jakarta: Depag-CIDA-McGill-SPs IIS UIN Jakarta, 2006). 29 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, BAB VIII tentang Hak dan Kewajiban Mahasiswa. 30Dilampirkan dalam halaman depan setiap tesis mahasiswa. Lihat Tim SPs, Buku Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi, (Jakarta: SPs UIN Jakarta, 2007). 31 Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008.

14

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

halaman dan maksimal 250 halaman dengan catatan isinya tidak boleh keluar dari fokus masalah yang diteliti. Penulisan tesis dilakukan di bawah bimbingan satu orang pembimbing. Tesis mesti ditulis sendiri oleh mahasiswa dan harus merupakan karya asli dan harus dinyatakan yang ditandatangani oleh penulis di atas materai.32 SPs UIN Jakarta memberi beberapa perhatian khusus dalam hal penulisan tesis. Yang pertama adalah orisinalitas. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan harus melihat penelitian sebelumnya sehingga kronologis penelitian dapat dilihat dari kerangka konseptual yang dibangun berdasarkan kajian-kajian teori dan penelitian yang ada. Hal ini memberikan ketegasan posisi bagi sang peneliti akan celah (gap) apa yang ingin ditutupi dari sebuah disiplin ilmu yang sedang ditekuninya. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam menyelesaikan tesisnya bersifat baru dan orisinil sehingga perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui.33 Metodologi yang dikembangkan oleh Magister Pengkajian Islam SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah metode kajian Islam antar disiplin. Dalam artian, sang peneliti disyaratkan untuk mengapresiasi berbagai pendekatan terkait yang juga dikembangkan di luar disiplin ilmu keislaman, misalnya diskursus serupa yang dikembangkan dalam ilmu sosial atau humaniora.34 Perhatian khusus yang kedua adalah kualitas. Untuk menjamin kualitas penyusunan tesis yang relevan dengan kajian keislaman dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu-ilmu keislaman dan masyarakat, SPs UIN Jakarta melakukan publikasi

Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 100. Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008, h. 100. 34 Untuk mendukung pemahaman atas metodologi, SPs mewajibkan mahasiwa agar mengambil matakuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (ISL 7014) serta Kajian Islam Komprehensif (ISL 6007), lihat: Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, (Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 21-23. Leaflet Penerimaan Mahasiswa Baru 2008/2009-2009/2010. 32 33

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

15

Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi.35 Lebih dari itu, penulisan tesis merupakan bagian integral yang menyatu dengan kurikulum SPs UIN Jakarta. sebagaimana yang dijelaskan dalam Portfolio, kurikulum SPs UIN Jakarta lebih menekankan pada kemandirian dan pengkayaan perspektif dan pendekatan dalam penulisan tesis.

Tabel di atas menunjukkan bahwa penulisan tesis yang dilakukan dalam rentang 8 tahun (2001-2008) menunjukkan minat yang besar kepada beberapa konsentrasi keilmuan tertentu, yaitu secara berurut tafsir-hadis, syariah, dan pendidikan Islam. Berdasarkan tabel di atas, terdapat sekitar 78 tesis yang fokus kepada penelitian di bidang tafsir dan hadis. Peringkat kedua dipegang oleh tesis yang fokus dalam konsentrasi syari’ah, dengan jumlah 69 tesis. Selanjutnya, tesis tentang pendidikan atau pendidikan Islam tercatat berjumlah 66 tesis. Namun demikian, fakta ini harus dilihat secara seksama karena terdapat 24 tesis yang ditulis dan masuk dalam kategori Interdisciplinary Islamic Studies yang lebih merupakan sebuah istilah baru yang awalnya adalah hasil kerjasama dengan McGill University. Tesis-tesis yang ditulis pada program itu pada dasarnya bisa dimasukkan dalam 35 Tim Penyusun, Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

16

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

kategori tafsir hadis, pendidikan, syariah, pemikiran politik Islam, dan lain-lain.36 Salah satu usaha besar yang dilakukan SPs UIN Jakarta dalam upaya internasionalisasi program dan pencapaian akademik adalah pembukaan program magister kajian Islam antar bidang, atau sering disebut dengan Interdisciplinary Islamic Studies. Program ini merupakan bagian dari proyek IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), hasil kerjasama bilateral pemerintah Indonesia dan Kanada, yang diwakili oleh Kementerian Agama RI, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sunan Kalijaga, CIDA, dan McGill University. Tujuan kerjasama bilateral ini adalah untuk memberi kontribusi bagi keadilan sosial dan stabilitas politik di Indonesia dengan memperkuat IAIN/UIN dalam memainkan peran kepemimpinannya untuk mengintegrasikan agama dan pembangunan dan memperkuat kapasitas mereka untuk mengelola pemberdayaan guru dan pengembangan masyarakat.37 Program IIS dilaksanakan tentunya masuk dalam tujuan yang ditetapkan dalam proyek IISEP. Program ini memperkenalkan pendekatan baru dalam penelitian di bidang kajian Islam, yaitu dengan memberikan porsi yang besar bagi ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk digunakan bersama dengan kajian Islam. Hasilnya adalah penelitian-penelitian yang dihasilkan, berupa tesis MA, bisa menempatkan objek kajiannya berdasarkan ruang, waktu, dan konteks kehidupan sosiopolitiknya. Sebagian besar penelitian mereka pada akhirnya dipublikasikan di beberapa temat, baik dalam bentuk jurnal, buku, 36 Fakta lain menyebutkan bahwa kajian Alquran dan tafsir menduduki peringkat ke-2 jenis tesis yang ada di SPs UIN Jakarta dalam rentang waktu 19912000. Lihat Suwito dan Muhbib, ”Peta Studi Islam pada Program Pascasarjana IAIN Jakarta,” Jauhar 2:2 (2001), h. 246-274. 37 Lihat Kata Pengantar Prof. R. Philip Buckley, Principal Investigator/Academic Director, IISEP, dalam Program Book: International Conference on Debating Progressive Islam: a Global Perspective, UIN Jakarta, 25-27 Juli, 2009. Untuk penjelasan kegiatan rincinya dalam setiap tahun lihat laporannya yang diterbitkan oleh Project Implementation Committee (PIC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada setiap tahun, misalnya, Annual Report: IAINIndonesia Social Equity Project 2004, Jakarta: IAIN-Indonesia Social Equity Project, 2004, atau Annual Report: IAIN-Indonesia Social Equity Project 2003, (Jakarta: IAINIndonesia Social Equity Project, 2003).

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

17

artikel seminar dan publikasi bersama. Beberapa penelitian mereka yang terbit dalam jurnal yang bisa disebut di sini antara lain karya Salman,38 Izza Rohman,39 dan Zaky Nur’aini.40 Publikasi dalam bentuk buku misalnya karya Ervan Nurtawab dengan judul Tafsir Alquran Nusantara Tempo Doeloe, (Jakarta: Ushul Press, Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, 2009).41 Dalam publikasi bersama, SPs UIN Jakarta juga menerbitkan dua buku yang memublikasi penelitian para alumni program IIS. Kedua buku tersebut adalah Islam and Society in Contemporary Indonesia dan Islam, Society and Politics in Indonesia.42 D. SIMPULAN Kajian Islam yang dikembangkan SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tak dipungkiri telah menyumbang warna baru bagi arah dan pengembangan diskursus keislaman di Indonesia. Usaha pengintegrasian studi Islam dengan cabangcabang ilmu lain, khususnya dalam lingkup ilmu sosial dan humaniora, telah memberikan ruang yang lebih luas bagi pengkajinya untuk mampu berhubungan dengan komunitas akademik yang lebih heteregon dan global. Usaha ini terbukti telah meningkatkan kemampuan para lulusannya untuk berkontribusi dalam merespon berbagai masalah sosialkeagamaan, politik, dan keamanan regional atau internasional yang berkembang saat ini. Berbagai publikasi ilmiah para lulusan SPs UIN Jakarta juga memberikan bukti penguasaan yang baik atas sumbersumber klasik keislaman, di satu sisi, dan ilmu-ilmu yang dikembangkan di dunia Barat, di sisi lain. Dalam perspektif lain, 38 Salman, “The Tarbiyah Movement: Why People Join This Indonesian Contemporary Islamic Movement,” Studia Islamika 13:2 (2006). 39 Izza Rohman, “New Approaches in Interpreting the Qur’an in Contemporary Indonesia,” Studia Islamika 14:2, (2007). 40 Zaki Nur’aini, “Daarut Tauhid: Modernizing Pesantren Tradition,” Studia Islamika 12:3, (2005). 41 Sebagian bab yang ada dalam buku ini merupakan tesisnya yang ditulis pada tahun 2007 dengan judul “Discourse on Translation ini Hermeneutics: Its Application to the Analysis of Abdurrauf’s Turjuman al-Mustafid.” 42 Kedua buku ini diedit oleh Yusuf Rahman.

18

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

penguasaan dua aliran keilmuan yang berbeda ini menepis anggapan bahwa penggunaan ilmu-ilmu yang berkembang di Barat hanya akan memperlemah posisi dan kekuatan ilmu-ilmu Islam. Justru yang terjadi adalah adanya proses pengayaan dalam aspek kajian, metode, corak, sumber, dan gaya pengidentifikasian masalah yang berujung kepada semakin komprehensifnya penelitian di bidang studi keislaman. DAFTAR PUSTAKA Anonim, “Sejarah Singkat IAIN,” Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, n.d. Web. 5 Agustus 2010 <

>. B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, penej: Saafroedin Bahar, Jakarta, Grafiti Press, 1985. Dadi Darmadi, “IAIN dalam Wacana Intelektual Islam Indonesia,” Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, n.d. Web. 5 Agustus 2010 <>. Ervan Nurtawab, Tafsir Alquran Nusantara Tempo Doeloe, Jakarta: Ushul Press, 2009. Fauzan Saleh, Modern Trends in Islamic Theological Discourse in 20th Century Indonesia: a Critical Survey, Leiden-Boston-Koln, Brill, 2001. Izza Rohman, “New Approaches in Interpreting the Qur’an in Contemporary Indonesia,” Studia Islamika 14:2, (2007). Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Hidakarya Agung, 1996. Masykuri Abdillah, ”Sambutan Pembantu Rektor Bidang Akademik,” dalam Kusmana, (ed.), Integrasi Keilmuan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset, Jakarta, PPJM-UIN Jakarta Press, 2006. R. Philip Buckley, Principal Investigator/Academic Director, IISEP, dalam Program Book: International Conference on Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

19

Debating Progressive Islam: a Global Perspective, UIN Jakarta, 25-27 Juli, 2009. Salman, “The Tarbiyah Movement: Why People Join This Indonesian Contemporary Islamic Movement,” Studia Islamika 13:2 (2006). Suwito dan Muhbib, ”Peta Studi Islam pada Program Pascasarjana IAIN Jakarta,” Jauhar 2:2, 2001.. Tim Penyusun SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Buku Panduan Akademik Program Khusus (Program Beasiswa S2), Jakarta, Program Pascasarjana UIN Jakarta, 2006/2007. Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Tim Penyusun, Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi, Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Tim Penyusun, Portfolio Program Studi 2008: Program Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, SPs UIN Jakarta, 2008. Tim Penyusun, Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2005-2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, UIN Jakarta, 2004. Tim SPs, Buku Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi, Jakarta, SPs UIN Jakarta, 2007. Tim SPs, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Kajian Islam 2007/2008, Jakarta, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidaytaullah Jakarta, 2007. Yusuf Rahman, (ed.), Islam and Society in Contemporary in Indonesia, Jakarta, Depag-CIDA-McGill-SPs IIS UIN Jakarta, 2006. Zaki Nur’aini, “Daarut Tauhid: Modernizing Pesantren Tradition,” Studia Islamika 12:3, 2005.

20

Tapis Vol. 11, No. 01 Januari-Juni 2011

Berapa sks untuk S1 UIN Jakarta?

Setiap mahasiswa program studi program Sarjana di UIN Syarif Hidayatullah memiliki beban 144-150 SKS, masa studi untuk menyelesaikan beban SKS tersebut adalah maksimal 6 tahun.

Apakah kuliah di UIN harus pakai jilbab?

Khusus bagi mahasiswi, dilarang memakai baju dan/atau celana ketat, tembus pandang dan tanpa berjilbab dalam mengikuti kegiatan di kampus.

Berapa bayar wisuda UIN Jakarta?

6. Melakukan pembayaran wisuda sebesar Rp475.000,- (empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) dengan menunjukkan Kode Pembayaran Wisuda sebagaimana dimaksud pada poin 5 ke Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) atau Bank Mandiri. 12.

UIN Jakarta akreditasi apa?

Akreditasi UIN Jakarta (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) 2022/2023 – Saat ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sudah Terakreditasi “A” berdasarkan No.SK 25/SK/BAN-PT/Akred/PT/II/2018 diberikan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) berlaku hingga 27 Februari ...

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA