Bukti nyata dan paling besar dari Allah yang hendak menyelamatkan manusia adalah

BERIMAN KRISTIANI

Pemikiran Dasar

Pada pelajaran yang terdahulu kita sudah memahami bahwa Allah senantiasa berkehendak menyelamatkan manusia dengan berbagai macam cara dan berbagai kesempatan. Manusia menanggapi karya penyelamatan Allah tersebut dengan beragama dan beriman. Pada pelajaran ini kita akan membahas hal yang lebih khusus tentang Beriman Kristiani.
1. Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah
Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata tampak dalam diri Yesus Kristus.
Setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18).
Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, menyampaikan sabda Allah (lih. Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36, 17:4). Oleh karena itu barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih. Yoh 14: 9). Dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya- Nya, dengan tanda-tanda dan mukjizat-Nya, terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya dan meneguhkan dengan kesaksian Ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa dan maut, serta membangkitkan kita menuju hidup kekal.
Maka bagi umat Kristiani Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah. Dalam surat Paulus kepada orang Ibrani (Ibr 1:2) dikatakan, Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan Dia yang adalah Anak-Nya. Dalam dan melalui Yesus, Allah memperkenalkan diri secara paling sempurna. Dalam diri Yesus Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata. Ia tidak hanya mengajarkan Allah yang mengasihi, melainkan Ia sendiri mengasihi. Yesus tidak hanya mengajarkan Allah yang Pengampun, Dia sendiri mengampuni. Wahyu Allah dalam diri Allah tidak hanya merupakan ajaran atau janji, tetapi Allah sendiri yang langsung bertindak menyelamatkan umat manusia dapat dilihat dan dirasakan. Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia terlaksana secara penuh dan nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah Imanuel, yang berarti: Allah beserta kita (Mat.1:23).
2. Kekhasan Iman Kristiani dan Meneruskan Wahyu Ilahi
Tetapi sebagai pengantara antara Allah dan manusia (1 Tim 2:4), yang walaupun telah wafat namun tetap hidup dan berkarya di dunia ini melalui Roh-Nya. Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, Putera- Nya terkasih, yang berkenan kepada-Nya (Mrk 1:11) dan Dia yang harus kita dengarkan. Tuhan sendiri berkata kepada murid-murid- Nya: Percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku juga (Yoh 14:1). Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya (Yoh 1:18). Karena Ia sudah melihat Bapa (Yoh 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan-Nya (Katekismus Gereja Katolik art.151).
Maka menjadi tugas Gereja untuk meneruskan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Karena dalam kebaikan-Nya, Allah telah menetapkan bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan. Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2 Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi serta dimaklumkan oleh-Nya, disampaikan kepada semua orang sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan. Perintah ini dilaksanakan dengan setia oleh para Rasul dan penggantinya yaitu para uskup sehingga Injil dapat terpelihara secara utuh dan hidup dalam Gereja
Maka dari itu Tradisi Suci dan Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Baru bagaikan cermin Gereja yang mengembara di dunia ini, untuk memandang Allah yang menganugerahinya segala sesuatu, hingga tiba saatnya Gereja dihantar untuk menghadap Allah tatap muka, sebagaimana ada-Nya (lih. 1 Yoh 3:2).
Umat Katolik menghayati dan mewujudkan imannya kepada Allah melalui kiprah Gereja sendiri di dunia ini. Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium memberi arahan tentang beberapa hal penting yang perlu diperhatikan Umat Katolik dalam menghayati pokok iman tersebut.
Maka terutama kepada umat beriman Katolik Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi konsili mengajarkan , bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan Jalan Keselamatan, yakni Kristus. la hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menengaskan perlunya iman dan baptis (lih Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-rang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.
Dimasukkan sepenuhnya ke dalam serikat Gereja, mereka yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja, serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui lmam Agung dan Para Uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni pengakuan iman, sakramen- sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta kasih; jadi yang dengan badan memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak dengan hatinya. Pun hendaklah semua putra Gereja menyadari bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa- jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbutan, mereka bukan saja tidak diselamatkan malahan akan diadili lebih keras (LG art. 14).
Secara singkat iman Kristiani dirumuskan dalam syahadat/Credo atau Pengakuan Iman. Dalam Credo terungkaplah iman Gereja akan Tritunggal Maha Kudus. Kunci pemahaman akan Tritunggal terletak pada iman bahwa Allah sejak semula berkeinginan menyelamatkan manusia, dan tindakan penyelamatan itu paling nyata dalam diri Yesus Kristus. Namun tidak berhenti disitu, sebab setelah Yesus Kristus wafat dan bangkit serta naik ke surga, Allah tetap bekerja menyelamatkan manusia berkat Roh Kudus yang dicurahkan pada setiap orang.
Maka, orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah. Seorang yang beriman Kristiani adalah seorang yang religius, yaitu orang yang selalu menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan.
Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu pengalaman religius yang merupakan pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada kristus. Aspek kedua adalah penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya. Penyerahan iman ini merupakan wujud tindakan yang sesuai ajaran-Nya dalam Mat 7: 21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk dalm Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga. Aspek pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.
3. Mewujudkan Iman Kristiani dalam Hidup Sehari-hari
Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia secara terus- menerus dengan berbagai macam cara dan kesempatan, menuntut ketaatan iman dari pihak manusia. Dalam hal ketaatan iman, kita dapat meneladani iman yang ditunjukkan para nabi, santo-santa dan tokoh-tokoh suci, misalnya:
a. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal Abraham; Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui (Ibr 11:8). Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, maka Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban.
b. Dalam Perjanjian Baru kita mengenal Maria. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1:37), maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu (Luk 1:38).
Dari contoh tersebut menjadi sangat jelas bagi kita, usaha mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari membutuhkan keteguhan hati dan sikap penyerahan diri kepada penyelenggaraan Allah seperti apa yang dilakukan oleh Abraham, dia rela meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke negeri asing yang pernah diketahuinya, demikian juga ketika Allah memintanya untuk mengorbankan anak yang begitu dikasihinya, dia rela memberikan anaknya sebagai korban.
Demikian juga dengan Maria, kesediaan untuk menerima pemberitahuan dan janji Allah untuk menjadi perantara bagi kelahiran Yesus merupakan pilihan dan keputusan yang berani karena harus berhadapan dengan tradisi bangsa Yahudi yang sangat ketat dalam hal kesusilaan. Sulit bagi kita membayangkan yang dihadapi oleh Maria terkait reaksi keras masyarakat Yahudi. Bayangkan wanita yang kedapatan berzina saja harus dihukum rajam, apalagi Maria Sang Perawan harus mengandung padahal dia belum bersuami. Maria berani menghadapi semua itu karena imannya kepada Allah dan yakin akan penyertaan Allah dalam hidupnya.
Meskipun iman lebih bersifat personal (merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan), namun dalam usaha pengembangan iman perlu adanya kebersamaan dalam jemaat agar iman kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam perjumpaan dengan saudara-saudara seiman. Dalam upaya pengembangan iman tentunya tidaklah mudah karena kita juga akan menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Tantangan dari dalam misalnya rasa malas, egois dan kebiasaan buruk lainnya. Tantangan dari luar seperti pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh media informasi, lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya. Untuk menghadapi berbagai macam tantangan tersebut maka tidak ada jalan lain kita harus memperkokoh iman kita disertai dengan sikap penyerahan diri kepada karya Allah yang menyelamatkan.

c. Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata yang tampak dalam diri Yesus Kristus. Maka bagi umat Kristiani, Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah. Kekhasan iman Kristiani terletak pada Pribadi Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus diimani sebagai Penyelamat dan menjadikan-Nya sumber keselamatan. Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup Sabda Yesus.
d. Maka, orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah. Seorang yang beriman Kristiani adalah seorang yang religius, yaitu orang yang selalu menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan.
e. Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu:
1) Pengalaman religius adalah pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada Kristus.
2) Penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya.
3) Pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus-menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.
f. Usaha mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari membutuhkan keteguhan hati dan sikap penyerahan diri kepada penyelenggaraan Allah seperti apa yang dilakukan oleh Abraham dan Maria.
g. Dalam hidup sehari-hari iman kita kepada Allah harus kita wujudkan melalui setiap perkataan dan perbuatan baik kita, agar iman kita berkembang dan menghasilkan buah keselamatan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar iman kita semakin berkembang misalnya:
· Selalu mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari-hari yang diwajibkan
· Melakukan doa pribadi maupun doa bersama dalam keluarga
· Terlibat secara aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan
· Membaca dan menghayati isi Kitab Suci
· Mengikuti kegiatan koor, misdinar, atau lektor
· Terlibat dalam karya sosial kemasyarakatan
· Menerima sakramen tobat

IMAN DAN KEBERSAMAAN DALAM JEMAAT

Pemikiran Dasar

Iman pertama-tama dan terutama menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Alam iman manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Hidup beriman memperlihatkan dua aspek, yakni aspek pribadi dan aspek sosial. Di satu pihak, iman merupakan hubungan pribadi kita masing-masing sebagai individu dengan Allah. Di lain pihak, iman kita tidak mungkin berkembang tanpa kehadiran orang lain entah sebagai pribadi atau sebagai komunitas/kelompok jemaat. Maka iman tidak hanya menyangkut relasi pribadi antara manusia dengan Allah, tetapi juga menyangkut relasi kita dengan umat beriman yang lainnya. Iman kita akan semakin berkembang dewasa dan berkembang dengan baik melalui perjumpaan dan kehadiran pribadi atau jemaat yang lain. Iman kita bertumbuh dan berkembang karena peran umat, baik dalam keluarga, lingkungan, maupun wilayah/ stasi dan paroki.

1) Keluarga
Keluarga disebut sebagai Gereja Kecil, merupakan jemaat yang paling dasar. Kita pertama kali mengenal kehidupan beriman melalui keluarga. Orang tua kitalah yang mengenalkan iman kepada kita. Orang tua juga bertanggung jawab agar kita anak-anaknya dapat memulai perjalanan hidup dalam perhatian dan kasih, yang membuat kita menjadi yakin akan kasih Allah. Orang tua juga yang mulai mengenalkan Allah kepada kita. Mereka mempersiapkan diri kita sejak masih bayi untuk menerima penyucian melalui penerimaan Sakramen Baptis. Dengan tekun dan penuh kesabaran mereka mengajari kita untuk berdoa dan mengenalkan kepada kita nilai-nilai kebaikan, meneguhkan tekad moral serta memperoleh segala hal yang dapat membuat hidup menjadi bermakna dan bahagia. Melalui bimbingan orang tua kita juga semakin mengenal dan memahami kebiasaan hidup Kristiani. Anggota keluarga yang lain juga ikut berperan dalam mengembangkan iman kita, sehingga iman kita dapat tumbuh subur dalam keluarga yang semua anggota keluarganya saling mendukung dalam kehidupan beriman.
2) Lingkungan
Lingkungan merupakan kumpulan keluarga-keluarga Kristiani yang tinggal berdekatan dalam suatu wilayah tertentu. Keluarga- keluarga Kristiani dalam lingkungan sering mengadakan pertemuan untuk berdoa bersama, mengadakan pendalaman iman maupun pendalaman kitab suci, mengadakan kegiatan latihan koor, dan pertemuan untuk meningkatkan karya pelayanan sosial kepada keluarga-keluarga Kristiani maupun kepada warga sekitar pada umumnya. Dalam kegiatan di lingkungan tersebut mereka juga saling membagi pengalaman iman mereka sehingga dapat saling belajar dari perjalanan dan pengalaman iman mereka, sehingga iman kita pun semakin diteguhkan dan dikuatkan. Maka jika kita berperan secara aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan tersebut maka kita yakin bahwa iman kita akan semakin berkembang berkat keterlibatan kita maupun berkat peran serta saudara seiman.

3) Stasi, Paroki dan Keuskupan
Stasi terdiri dari beberapa lingkungan. Stasi berada di bawah naungan Paroki yang dipimpin oleh seorang pastor paroki dengan dibantu beberapa imam. Paroki-paroki digembalakan oleh seorang Uskup dalam wilayah keuskupan. Kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan, stasi, paroki dan keuskupan secara umum sama, hanya wilayah cakupannya yang berbeda.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut pada prinsipnya sebagai perwujudan iman kepada Yesus Kristus. Beberapa contoh kegiatan berikut ini dapat dijadikan acuan bagi kita para remaja untuk ikut terlibat secara aktif dan sekaligus dapat memberi gambaran kepada kita tentang pentingnya peran jemaat dalam pengembangan iman.
a) Pendalaman iman
Melalui pendalaman iman, Gereja ingin menimba kekuatan agar hidup iman mereka semakin diarahkan oleh Injil Yesus Kristus sehingga iman mereka berkembang.
b) Lektris/lektor
Lektor dilantik untuk mewartakan bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil. Dapat juga ia membawakan ujud-ujud doa umat dan, jika tidak ada pemazmur, ia dapat pula membawakan mazmur tangggapan. Dalam Perayaan Ekaristi, ia harus menjalankan sendiri tugas khusus itu (bdk. no.194-198), biarpun pada saat itu hadir juga pelayan-pelayan tertahbis. Hendaknya umat beriman dengan senang hati melayani umat Allah, bila diminta untuk melakukan pelayanan atau tugas khusus dalam perayaan, sebagai bentuk tanggung jawab atas baptisan yang telah mereka terima.
c) Misdinar
Putra altar atau misdinar (yang berarti asisten misa dari Bahasa Belandamisdienaar) adalah mereka yang membantu Imamsaat mengadakan Perayaan Ekaristi. Selain untuk membantu imam dalam perayaan Ekaristi kegiatan misdinar juga bertujuan untuk membina persaudaraan, mengembangkan dan mendewasakan iman anak, juga untuk melatih anak untuk bertanggung jawab sebagai anggota Gereja dengan terlibat secara aktif dalam kegiatan pelayanan Gereja.

d) Perayaan Ekaristi
Kehidupan beriman Kristiani tidak dapat dipisahkan dan menjauh dari Perayaan Ekaristi. Ekaristi merayakan tindakan karya penyelamatan Allah, melalui korban Yesus Kristus. Gereja senantiasa digambarkan sebagai umat Allah yang berziarah, dalam perjalanan peziarahan sampai pada kepenuhannya kelak. Oleh karena itu senantiasa Ekaristi adalah undangan. Tidak saja undangan untuk perjamuan abadi kelak di Surga, namun Ekaristi adalah undangan untuk mendasarkan dan meletakkan perjalanan ziarah hidup umat beriman pada perayaan kurban persembahan diri Kristus. Ekaristi dengan demikian adalah teman perjalanan, namun juga sumber peneguh bagi pergulatan hidup manusia dalam peziarahan hidupnya.
Beberapa kegiatan tersebut merupakan beberapa contoh kegiatan Gerejani yang dapat dilakukan. Tentu saja masih banyak kegiatan Gerejani lainnya yang dapat diikuti untuk menimba pengalaman iman jemaat demi pengembangan iman bersama. Kegiatan semacam ini juga sudah dilakukan sejak masa Gereja Perdana. Kisah Para Rasul 2:41- 47 secara jelas melukiskan cara hidup Gereja Perdana. Orang-orang yang mendengar pengajaran para rasul menjadi percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Iman mereka dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima pembaptisan. Setelah dibaptis mereka selalu bertekun dalam pengajaran para rasul, bertekun dalam persekutuan, setiap hari mereka berkumpul dalam Bait Allah, mereka memecahkan roti secara bergilir di rumah masing-masing dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati. Selain itu mereka juga saling memperhatikan dan saling berbagi milik mereka sehingga tidak ada yang kekurangan.
Kehidupan yang dikembangkan dalam Gereja Perdana, hendaknya menjadi inspirasi bagi kita untuk terlibat secara aktif dalam pengembangan iman jemaat melalui peran serta kita dalam kegiatan kerohanian di keluarga, lingkungan maupun Gereja setempat di mana kita berada.
a. Anggota keluarga ikut berperan dalam mengembangkan iman kita sehingga iman kita dapat tumbuh subur dalam keluarga yang semua anggota keluarganya saling mendukung dalam kehidupan beriman.
b. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan iman kita. Orang tua mengenalkan dan mengajarkan kepada kita tentang doa dan kebiasaan hidup Kristiani sehingga iman dapat tumbuh dan berkembang.
c. Melalui kegiatan kerohanian yang diadakan di lingkungan atau Gereja setempat, misalnya ibadat sabda lingkungan, renungan APP, pendalaman iman, doa Rosario, dapat semakin meneguhkan dan mengembangkan iman kita terhadap karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
d. Kisah Para Rasul 2:41-47 secara jelas melukiskan cara hidup Gereja Perdana. Orang-orang yang mendengar pengajaran para rasul menjadi percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Iman mereka dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima pembaptisan. Setelah dibaptis mereka selalu bertekun dalam pengajaran para rasul, bertekun dalam persekutuan, berkumpul dalam Bait Allah setiap hari memecahkan roti secara bergilir di rumah masing-masing dan makan bersama dengan gembira dan tulus hati. Selain itu mereka saling memperhatikan dan berbagi milik mereka sehingga tidak ada yang kekurangan.
e. Sebagai remaja dapat juga terlibat dalam karya pelayanan Gereja agar iman kita semakin dapat berkembang lebih sempurna, misalnya melalui kegiatan sebagai berikut:
· Pendalaman iman
Melalui pendalaman iman, Gereja ingin menimba kekuatan agar hidup iman mereka semakin diarahkan oleh Injil Yesus Kristus sehingga iman mereka berkembang.
· Lektris/lektor
Lektor dilantik untuk mewartakan bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil. Ia juga dapat membawakan ujud-ujud doa umat dan membawakan mazmur tangggapan, (kalau tidak ada pemazmur).
· Misdinar
Putra altar atau misdinar (yang berarti asisten misa dari Bahasa Belanda misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi.
· Perayaan Ekaristi
Ekaristi adalah undangan untuk mendasarkan dan meletakkan perjalanan ziarah hidup umat beriman pada perayaan kurban persembahan diri Kristus. Ekaristi dengan demikian adalah teman perjalanan, namun juga sumber peneguh bagi pergulatan hidup manusia dalam peziarahan hidupnya.

MARIA TELADAN UMAT BERIMAN KRISTIANI

Pemikiran Dasar

Allah telah menawarkan karya keselamatan kepada manusia. Tawaran karya keselamatan ini menuntut untuk ditanggapi dengan iman. Dalam menanggapi warta karya keselamatan Allah, maka kita harus mau meneladani Santa Perawan Maria yang telah bersedia menanggapi kehendak Allah dengan penuh ketaatan iman yang sempurna. Untuk itu kita perlu memahami peranan Maria dalam sejarah keselamatan.

1. Maria Menerima Warta Gembira

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria. Malaikat Gabriel menyampaikan warta bahwa ia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah dinamai Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Pada awal-nya Maria ragu-ragu karena bagaimana mungkin hal itu terjadi karena ia belum bersuami tetapi kemudian Maria mendapat peneguhan bahwa semua itu terjadi karena Kuasa Allah yang Mahatinggi dan bagi Allah tidak ada yang mustahil. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil, maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu (lih. Luk 1:26-38). Elisabet memberi salam kepadanya: Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana (Luk 1:45). Demi iman ini segala bangsa akan menyatakannya bahagia. Demikianlah Maria, Puteri Adam menyetujui Sabda Ilahi, dan menjadi bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa manapun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Puteranya. Untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang Mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Maka tepatlah yang dikatakan S. Ireneus Ikatan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa telah diuraikan oleh ketaatan Maria: apa yang diikat oleh Hawa karena tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya (lih. LG 56).



2. Maria dan Masa Kanak-kanak Yesus

Konsili Vatikan II dalam dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja art. 57 menjelaskan sebagai berikut:

Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafat-Nya. Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elizabet dan diberi ucapan salam bahagia olehnya kemudian pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih. Luk 1:41-45). Kemudian ketika pada kelahiran Yesus, dimana Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para gembala dan para majus, Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya. Ketika ia di Kenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bundanya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di Kenisah sedang berada dalam perkara- perkara dengan Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bunda-Nya menyimpan semua itu dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).



3. Maria dan Hidup Yesus di Muka Umum

Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belas kasihan, dan dengan pengantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tandanya yang pertama (lih. Yoh2:1-11). Dalam pewartaan Yesus, ia menerima sabda-Nya ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan daging serta darah, dan menyatakan bahagia mereka yang mendengarkan dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan Luk 11:27-28), seperti dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga disalib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid-murid menjadi Bundanya dengan kata- kata ini: Wanita, inilah anakmu (lih. Yoh 19:26-27).

Dari penjelasan tersebut menjadi cukup jelas bagi kita bahwa Maria dapat dijadikan teladan iman bagi kehidupan kita. Selama seluruh kehidupannya, juga dalam percobaannya yang terakhir yaitu ketika Yesus Puteranya wafat di kayu salib, imannya tidak goyah. Maria tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah: akan terpenuhi. Karena itu Gereja menghormati Maria sebagai tokoh iman yang paling murni (Katekismus Gereja Katolik 148-149). Ketaatan iman yang sempurna yang ditunjukkan oleh Sang Perawan Maria harus menjadi pedoman bagi kita dalam beriman. Dalam hidup sehari-hari kita harus memandang setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari rencana dan karya Allah yang senantiasa berkendak menyelamatkan semua orang, disertai dengan sikap penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Dari hari ke hari hidup kita harus semakin berpadanan dengan kehendak Allah sendiri. Gereja sendiri tanpa ragu-ragu mengakui, mengalaminya sendiri dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat (bdk. LG 62). Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena Ia percaya bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil, maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu (lih. Luk 1:26-38).

4. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan. Dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Puteranya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, serta mengabdikan diri kepada misteri penebusan berkat rahmat Allah yang Mahakuasa. Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas.

5. Selama seluruh kehidupannya juga dalam percobaannya yang terakhir, ketika Yesus, Puteranya wafat di kayu salib, imannya tidak goyah. Maria tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah: akan terpenuhi. Karena itu Gereja menghormati Maria sebagai tokoh iman yang paling murni.

6. Ketaatan iman yang sempurna yang ditunjukkan oleh Sang Perawan Maria harus menjadi pedoman bagi kita dalam beriman. Dalam hidup sehari-hari kita harus memandang setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari rencana dan karya Allah yang senantiasa berkendak menyelamatkan semua orang, disertai dengan sikap penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Dari hari ke hari hidup kita harus semakin berpadanan dengan kehendak Allah sendiri.




Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA