Bolehkah wanita haid membaca yasin di kuburan?

BincangMMuslimah.Com– Bolehkah wanita berhalangan membaca surat Yasin? Pertanyaan ini sering sekali muncul di tengah masyarakat, terutama di kalangan perempuan. Lantas bagaimana hukum perempuan haid atau berhalangan membaca Yasin?

Di kalangan orang-orang muslim, di setiap mereka mengadakan acara baik yang bernuansa bahagia maupun berduka, pembacaan surat Yasin selalu menjadi bahan utama.  Surat Yasin ini  terdapat anjuran untuk membacanya sebab memang begitu banyak hadits yang menjelaskan kemanfaatannya.

Bolehkah wanita haid membaca yasin di kuburan?

Dan Pembacaan itu mengharap keberkahan ayat tersebut sehingga apa yang menjadi hajatnya lekas terkabulkan. (Baca juga: Perempuan Haid I’tikaf di Masjid, Bolehkah?).

Hukum Dasar Membaca  al-Qur’an Bagi Wanita Berhalangan

Pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, senantiasa semua kaum muslimin membacanya dalam berbagai macam kesempatan dengan berbagai macam alasan. Sehingga sebagian dari mereka ada yang merasa kebingungan.  Pasalnya, ketika acara pembacaan namun dirinya dalam keadaan berhalangan seperti wanita yang sedang haid.

Para ulama memaparkan panjang terkait membaca al-Qur’an bagi wanita yang sedang dalam keadaan berhalangan. Penjelasan ini sebagaimana termaktub dalam karya mereka sebagai berikut:

Pendapat Ulama yang Melarang

Pertama, Tidak boleh membaca al-Qur’an bagi wanita yang sedang dalam keadaan berhalangan.  Dengan syarat dalam mengucapkan ayat-ayat tersebut dia berniat untuk membaca al-Qur’an walau beserta niat lain.

Dan ketentuan hukum ini berlaku pada seluruh ayat-ayat yang ada dalam al-Qur’an. Sayyid ‘Alawi sayid Ahmad Assaqah dalam karyanya Tarsyikh al-Mustafidin vol.29 menjelaskan;

(قوله بقصده) أى القرآن أي إنما تحرم القراءة بشروط منها كونه بقصد القراءة وحدها أو مع غيرها فإن لم يقصد القراءة بأن قصد نحو ذكره أو مواعظه أو قصصه أو التحفظ أو التحصين ولم يقصد معها القراءة لم تحرم وكذا ان أطلق- كالجنابة لا يكون قرآن إلا بالقصد ولو بما لا يوجد نظمه في غير القرآن كسورة الإخلاص لكن تكره به ولو في حالة الإطلاق

“Haram membaca al-Qur’an dengan beberapa syarat, di antaranya membaca dengan niat Qira’ah (membaca al-Qur’an) atau niat Qira’ah beserta niat lainnya.

Apabila tidak ada niatan Qira’ah, (semisal) dengan niat dzikir, mau’idzah, menghafal atau menjaganya dan tidak beserta niat Qira’ah maka tidak dilarang, begitu pula bila tidak ada niatan apapun dalam membacanya.

Sebagaimana seorang yang hadas besar (Janabah) tidak dianggap (membaca) al-Qur’an kecuali dengan niatan tersebut. (Hukum tersebut tetap) walau dalam ayat yang tidak ada (pakai) kecuali dalam al-Qur’an”.

Dan di antara alasan atas larangan membacanya dengan niatan Qira’ah sebab pembacaan tersebut, ada anggapan mengurangi kemuliaan al-Qur’an. Syaikh Zakariya al-Anshari dalam karyanya al-Ghurarul Bahiyah fi SYarhil Bahjah al-Waridiyah juz.02 vol.87, mengatakan;

إن قصد بها الحائض أو النفساء ولو كافرة للإخلال بالتعظيم فإن لم تقصدها بأن قصدت غيرها أو لم تقصد شيئا فلا منع لعدم الإخلال لأنه لا يكون قرآنا بالقصد كما قاله النووي وغيره

“(Tidak diperbolehkan) bila wanita haid dan nifas (membaca) dengan niat membaca al-Qur’an (Qira’ah) walau wanita non-muslim sebab mengurangi kemuliaan al-Qur’an. 

Apabila tidak ada niatan membaca al-Qur’an (Qira’ah) semisal niat lainnya atau tidak ada niatan apapun maka tidak dilarang karena tidak ada unsur mengurangi kemuliaannya sebab tidak dihukumi al-Qur’an kecuali dengan adanya niat, seperti penyampaian al-Nawawi”.

Ketentuan di atas, oleh sebagian ulama menjelaskan secara terperinci, bahwa hukum dengan syarat dan ketentuan di atas berlaku hanya pada ayat-ayat al-Qur’an yang biasa ada (di gunakan) dalam selain al-Qur’an seperti ayat “Alhamdulillahi robbil ‘alamin”.

وظاهره أن ذلك جاز فيما يوجد نظمه في غير القرآن وما لا يوجد نظمه إلا فيه لكن أمثلتهم تشعر بأن محل ذلك فيما يوجد نظمه في غير القرآن كبسم الله الرحمن الرحيم والحمد لله رب العالمين وسبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين وأن ما لا يوجد نظمه إلا في القرآن كسورة الإخلاص وآية الكرسي تمنع منه وإن لم تقصد به القراءة وبذلك صرح الشيخ أبو علي والأستاذ أبو طاهر والإمام كما حكاه عنهم الزركشي ثم قال ولا بأس به

“Dan ketentuan tersebut berlaku pada ayat yang runtutanya terdapat (pakai) dalam selain al-Qur’an seperti Bismillahirrahmanirrahim dan Alhamdulillahi rabbil ‘alamin serta Subhanalladzi sakhorolana hadza wama kunna lahu muqrinin.

Dan ayat yang runtutanya tidak ada (pakai) kecuali dalam al-Qur’an seperti surat Al Ikhlas dan Ayat kursi terlarang membacanya walaupun tidak ada niatan membaca al-Qur’an (Qira’ah).

Penyampaian tersebut telah panjang lebar penjelasannya oleh al-Syaikh Abu ‘Ali dan al-Ustadz Abu Thahir sebagaimana bersumber dari riwayat oleh al-Zarkasyi. Kemudian al-Zarkasyi mengatakan (semuanya) tidak ada permasalahan (boleh)” (al-Ghurarul Bahiyah fi SYarhil Bahjah al-Waridiyah juz.02 vol.87).

Pendapat Ulama yang Membolehkan

Sebagian ulama lain ada yang memperbolehkan membaca seluruh ayat-ayat dalam al-Qur’an bagi wanita yang berhalangan walau dengan niat Qira’ah (membaca al-Qur’an). Pendapat ini termasuk salah satu dari pendapat Imam Syafi’i dalam Qaul Qadimnya. Seperti yang ada penjelasan dalam al-‘Aziz juz.01 vol.185.

فمن الأصحاب من قال أراد به مالكا ونفى أن يكون الجواز قولا للشافعي ومنهم من قال أراد الشافعي ( وهو قول له في القديم

“Sebagian Ash-habu al-Syafi’i menyatakan bahwa yang memperbolehkan membaca al-Qur’an bagi perempuan haid adalah Imam Malik dan bukanlah pendapat Imam Syafi’i yang memperbolehkannya.

Dan sebagian Ash-habu al-Syafi’i lainya berkata bahwa yang memperbolehkan adalah Imam Syafi’i pada Qoul Qadimnya”.

Penyampaian sebagian Ash-habu sl-Syafi’i atas legalitas membaca al-Qur’an bagi perempuan erhalangan adalah Qaul Qadim dari Imam Syafi’i, mendapatkan  penolakan atau tolakan oleh al-Zarkasyi seperti dalam kitab Tarsyikh al-Mustafidin:

وقال في الإيعاب اختار ابن المنذر والدارمي وغيرهما ما روي عن ابن عباس وغيره أنه يجوز للحائض والجنب قراءة كل القرآن إهـ وهو قول للشافعي قال الزركشي الصواب إثبات هذا القول في الجديد قال قال بعض المتأخرين هو مذهب داود وهو قوي

Berkata dalam kitab al-I’ab “Ibnu Mundzir dan al-Darimi dan lainnya, memilih riwayat Ibnu ‘Abas dan lainya, (yang isinya) bahwa boleh bagi seorang yang haid dan junub membaca seluruh al-Qur’an”. Dan itu adalah satu pendapat dari Imam Syafi’i.

al-Zarkasyi berkata “Yang benar pendapat tersebut (adalah) pendapat al-Jadidi (dari Imam Syafi’i)”. Dan berkata “Sebagian ulama Muta’akhirin berpendapat bahwa itu adalah Madzhab Imam Daud dan merupakan pendapat yang kuat”. 

Hukum Wanita Berhalangan/ Haid Membaca Yasin

Pemaparan beberapa pemikiran atau pendapat para ulama atas, memberikan kesimpulan hukum wanita berhalangan yang membaca surat Yasin sebagai berikut:

  1. Boleh baginya membaca surat Yasin. Dengan syarat dalam mengucapkan ayat-ayat di dalamnya tidak ada niatan Qira’ah (niat membaca al-Qur’an). Hal ini supaya tidak mengurangi kehormatan dan kemuliaan al-Qur’an. Semisal niat dzikir dan lain sebagainya atau tanpa niatan apapun.
  2. Tidak boleh (terlarang). Sebab ayat-ayat dalam surat Yasin tidak ada kecuali dalam al-Qur’an, sehingga tidak baginya untuk membacanya dengan berbagai niat.
  3. Legal membacanya secara mutlak (dengan niatan apapun). Dan pendapat ini adalah salah satu Qaul Qadim Imam al-Syafi’i menurut Ash-hab al-Syafi’i. Dan dalam pandangan al-Zarkasyi bahwa pendapat tersebut adalah pendapat qaul jadid Imam al-Syafi’i.

Artikel ini pernah diterbitkan di Bincangsyariah.com.

Apakah wanita haid boleh membaca yasin di makam?

Doa ziarah kubur bagi wanita haid dalam kitab itu disebutkan harus menghindari membaca Yasin dan berdiam di masjid. Wanita yang sedang haid diperbolehkan membaca zikir dan tahlil.

Apa doa yang dilakukan jika ziarah sedang haid?

Sementara itu, bacaan doa ziarah kubur bagi wanita haid sendiri adalah sebagai berikut: Allahummaghfìrlahu war hamhu wa 'aafìhìì wa'fu anhu, wa akrìm nuzuulahu wawassì' madholahu, waghsìlhu bìl maa'ì watssaljì walbaradì, wa naqqìhì, mìnaddzzunubì wal khathaya kamaa yunaqqatssaubul abyadhu mìnad danasì.

Bolehkah wanita haid mengantar jenazah ke kuburan?

179, Al Munakhkhalah, hal. 66). Larangan mengantar jenazah bagi wanita saat haid maupun tidak dikarenakan beberapa sebab. Di antaranya karena wanita mudah merasakan kesedihan dan mengeluarkan air mata. Hal ini dikhawatirkan mendorong kesedihan bagi orang lain yang sedang bertakziyah.

Apakah wanita haid boleh membaca yasin di hp?

PortalAMANAH.com - Buya Yahya menegaskan, wanita yang sedang haid atau nifas tetap tidak diperbolehkan membaca Alquran meskipun lewat aplikasi di Handphone (HP).