Berikut ini yang tidak termasuk ciri-ciri sastra angkatan pujangga baru adalah

Periodisasi Pujangga Baru

Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki keanekaragaman. Mereka mempunyai cita-cita yang sama. Simak Selengkapnya

Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Armyn Pane.

Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan sejumlah pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra. Para pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan universal.

Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetik.

A. Ciri Struktur Estetik

  • Bentuknya teratur rapi, simetris.
  • Mempunyai persajakan akhir.
  • Banyak menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
  • Sebagian besar puisi empat seuntai.
  • Tiap-tiap barisnya terdiri atas dua periodus dan terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaktis)
  • Tiap gatranya pada umumnya terdiri atas dua kata.
  • Pilihan katanya menggunakan kata-kata Pujangga
  • Gaya ekpresinya beraliran romantik.
  • Gaya sajak Pujangga Baru diafan atau polos, tidak mempergunakan kata-kata kiasan yang bermakna ganda, kata-katanya serebral, hubungan kalimat kalimatnya jelas.

  • Masalahnya bersangkut-paut dengan kehidupan masyarakat kota, seperti masalah percintaan, masalah individu manusia, dan sebagainya.
  • Ide nasionalisme dan cita-cita kebangsaan banyak mengisi sajak-sajak Pujangga Baru.
  • Ide keagamaan menonjol.
  • Curahan perasaan atau curahan jiwa tampak kuat : kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, dan sebgainya.
  • Sifat didaktis masih tampak kuat. Dilihat kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik maka dapat diuraikan secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
  • Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul Manusia Baru, pada karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul  Layar Berkembang dan lain-lainnya
  • Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalam karyanya Asmara Hadi yan berjudul  Dalam Lingkungan Kawat Berduri, pada karya Selasih yang berjudul Pengaruh Keadaan, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul  Kawat Berduri.
  • Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
  • Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
  • Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.
  • Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada saat itu berkuasa di Indonesia.

  • Sudah ada cita-cita yang didukung bersama. Sudah ada bentuk esai, sonata, dan prosa lirik
  • Sudah ada bentuk drama.
  • Berbahasa Indonesia
  • Bermutu sastra.
  • Didirikan oleh bangsa Indonesia.
  • Dipimpin oleh orang Indonesia.
  • Diilhami oleh angkatan 80 di negeri Belanda.

Jika ada hal yang kurang dipahami atau dirasa keliru dan membuat kegundahan dalam hati, silahkan tuliskan keresahan Sobat Tweeters dikolom komentar, Terima Kasih.

Tulisan Ini disusun oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra, Dosen Pengampu Ahmad Supena, S.Pd., M.A.

Hidup adalah untaian makna dari kata yang ditulis semesta

Pernah mendengar angkatan dalam karya sastra Indonesia? Angkatannya itu….

Ada angkatan 1945, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru , dan beberapa angkatan lainnya.

Bingung?

Angkatan dalam karya sastra Indonesia dapat ini dapat dikatakan sebagai penggolongan karya sastra ke dalam suatu periode.

“Apakah karya sastra itu bisa digolongkan?”

Ya jelas bisa dong. Karya sastra yang muncul di suatu periode, tentunya akan berbeda dengan karya sastra yang muncul di periode yang lain.

Perlu kalian ketahui nih Squad, di tiap-tiap angkatan memiliki ciri-ciri yang berbeda. Maksudnya ciri-ciri itu seperti apa sih?

Berikut ini karakteristik karya sastra di tiap-tiap angkatan karya sastra.

1. Angkatan Sastra Indonesia Lama (Sebelum Tahun 1920)

Angkatan sastra ini lahir sekitar tahun 1500 setelah agama Islam masuk ke Indonesia. Salah satu pujangga yang terkenal ialah Hamzah Fansuri dan Raja Ali Haji yang terkenal dengan “Gurindam Dua Belas”. Ada pun ciri-ciri karya sastra Indonesia lama ini ialah:

  • bahasa baku yang kaku;
  • bercerita tentang dewa-dewa/raksasa
  • cerita tentang kerajaan; dan
  • mengandung unsur keagamaan yang kuat.

Baca Juga: Pengertian dan Ciri-Ciri Gurindam

2. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pustaka berdiri tahun 1917 dengan ditandai berdirinya Balai Pustaka. Para penulis/pengarang dan para ahli bahasa Melayu, didaulat menjadi redaktur dari Balai Pustaka. Novel “Siti Nurbaya” karya Marah Roesli, novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar, dan novel Salah Asuhan karya Abdul Muis merupakan salah satu contoh karya sastra Angkatan Balai Pustaka.

Balai Pustaka didirikan tahun 1917 (Sumber: korpri.online)

Ada pun ciri karya sastra pada angkatan ini antara lain:

  • tidak mengandung unsur menentang pemerintah
  • tidak menyinggung golongan tertentu dalam masyarakat; dan
  • tidak memihak salah satu agama yang ada.

3. Angkatan Pujangga Baru

Angkatan ini ditandai dengan terbentuknya Majalah Poejangga Baroe. Karya sastra yang ada di angkatan ini antara lain, “Rindu Dendam” karya J.E. Tatengkeng dan “Nyanyi Sunyi”karya Amir Hamzah. Nah, kalau angkatan Pujangga Baru ini memiliki karakteristik umum seperti:

  • bercorak politik
  • nasionalis
  • bertema pendidikan

4. Angkatan 1945

Angkatan 1945 terbentuk pada masa kemerdekaan Indonesia. Salah satu sastrawan yang terkenal ialah Chairil Anwar. Ada beberapa karya dari Chairil Anwar yang sampai saat ini masih sering kita dengar seperti puisi “Aku” dan “Krawang-Bekasi”.

Karakteristik karya sastra dalam angkatan ini ialah:

  • bentuknya bebas
  • isinya merupakan realita; dan
  • cerita tentang merebut kemerdekaan.

5. Angkatan 1950

Angkatan 1950 merupakan angkatan lanjutan dari angkatan 1945. Ada pengembangan karakteristik dari angkatan 1950 seperti:

  • pusat kegiatan sastra sudah meluas ke seluruh pelosok Indonesia;
  • nilai keindahan terbentuk atas peleburan antara ilmu dan pengetahuan asing berdasarkan ukuran nasional; dan
  • kebudayaan daerah lebih banyak dimunculkan untuk mewujudkan sastra nasional Indonesia.

Karya sastra yang ada di angkatan ini antara lain “Balada Orang-orang Tercinta” karya WS. Rendra, “Dua Dunia” karya Nh. Dini, dan “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer.

6. Angkatan 1966

Angkatan ini muncul saat peralihan dari rezim Orde Lama ke Orde Baru. Beberapa sastrawan yang masuk ke dalam angkatan 1966 antara lain Taufik Ismail dengan karya “Tirani dan Benteng”, Sutardji Calzoum Bachri dengan karya “Amuk”, dan Sapardi Djoko Damono dengan karya “Dukamu Abadi”.

 Salah satu sastrawan angkatan 1966, Taufik Ismail (Sumber: kapanlagi.com)

Berhubung angkatan ini muncul di saat peralihan rezim, jadi karakteristik yang dimiliki angkatan ini ialah:

  • bercorak politis;
  • beraliran surealistik; dan
  • banyak menyuarakan kritik sosial.

7. Angkatan 2000

Angkatan ini ditandai dengan perubahan millenium. Kalian pasti tahu dong novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata? Nah, itu termasuk angkatan 2000 Squad. Selain itu, novel “Ayat-ayat Cinta” karya Habibburahman El-Shirazy dan “Negeri 5 Menara” karya Anwar Fuadi, juga termasuk karya sastra angkatan 2000.

Ciri-ciri karya satra pada angkatan ini ialah:

  • bebas memainkan kata-kata dan makna
  • mengangkat tema-tema dewasa; dan
  • bersifat kontemporer.

Untuk melatih pemahaman kalian tentang karakteristik angkatan karya sastra Indonesia, coba yuk jawab soal berikut dan beri jawaban kalian pada kolom komentar disertai dengan alasannya ya.

Cermati puisi berikut!

Ingin belajar Bahasa Indonesia dengan seru dan menyenangkan? Bisa kok. Caranya, gabung aja sekarang di ruangbelajar!

Referensi:

Marsudi, Demas dkk. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Kelas XII Program Studi IPA-IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Artikel diperbarui pada 3 Agustus 2022.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA