Berikut ini yang tidak dijadikan sumber dalam sebuah latar belakang masalah adalah

Tulisan ini bermaksud untuk memberi pengetahuan tentang acuan merumuskan latar belakang. Akan tetapi, proses merumuskan latar belakang yang disampaikan di bawah ini akan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dosen pembimbing. Paparan yang disampaikan di tulisan ini hanya bersifat sebagai panduan pokok bagi mahasiswa agar mendapat gambaran tentang apa yang harus disampaikan dalam latar belakang. Harapannya, mahasiswa yang akan mengusulkan skripsi/ tugas akhir dapat menulis dengan lebih sistematis dan pada akhirnya meringankan dosen pembimbing skripsi dalam mengevaluasi bab I proposal skripsi.

Merumuskan Latar belakang

Latar belakang menjadi bagian pertama yang sangat penting dalam skripsi. Terdapat sejumlah kesalahan dalam menulis latar belakang sehingga esensi yang seharusnya ada dalam LB menjadi terabaikan. Bahkan lebih buruk dari itu, mahasiswa bimbingan skripsi terlarut dalam topiknya sehingga tulisannya menjadi kurang fokus.

Di bawah ini adalah hal-hal yang harus ditulis dalam latar belakang penelitian:

  1. Merupakan paragraf yang digunakan mengantarkan pembaca tentang awal mula masalah tersebut timbul atau muncul.
  2. Gejala atau Fakta. Menunjukkan adanya masalah. Gejala atau fakta harus didukung dengan data yang akurat, kuat dan jelas sumbernya sehingga dapat dipercaya bahwa gejala atau fakta tersebut benar keberadaannya. Data yang terpercaya bisa diperoleh dari sejumlah sumber seperti buku, jurnal, artikel, berita daring yang dimuat di sumber yang kredibel, berita cetak di koran yang kredibel, dan lainnya. Sejatinya tidak memuat berita yang dimuat di blog individual tanpa mencantumkan sumber.
  3. Penjelasan mengenai dampak negatif jika penelitian tidak dilakukan dan dampak positif yang timbul jika penelitian tersebut dilakukan.
  4. Penjelasan bahwa masalah yang diteliti masih relevan, mengandung kekinian, aktual dengan situasi dan kebutuhan.
  5. Teori untuk mendasari penyusunan alur logika pemecahan masalah yang akan ditawarkan, memperkuat argumentasi dan meningkatkan obyektivitas.
  6. Penjelasan tentang pengembangan atau posisi penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
  7. Gambaran hasil dan kemanfaatan penelitian secara aplikatif dan teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan untuk mempertegas kembali, pentingnya penelitian dilakukan.
  8. Paragraf penutup

Merumuskan Masalah

Bagian ini menjelaskan bahwa dalam rumusan masalah terdapat tiga komponen penting, yakni rumusan masalah, rumusan masalah penelitian, dan pertanyaan penelitian.

Kesalahan utama mahasiswa bimbingan skripsi terletak pada peneliti tidak melakukan perumusan masalah tetapi langsung merumuskan pertanyaan penelitian. Contoh kesalahan yang umum ditemukan ialah:

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: apakah intensitas perkialan berpengaruh positif terhadap kesadaran merek?

Rumusan masalah penting untuk menjawab mengapa penelitian tersebut menarik untuk diteliti. Hal ini akan menyelamatkan mahasiswa bimbingan skripsi dari pertanyaan mendasar “mengapa anda merasa tertarik melakukan penelitian ini? Mengapa anda memutuskan memilih topik tersebut? dan pertanyaan apa sih yang membuat penelitian ini menarik?”

Sehingga sejatinya rumusan masalah memuat:

  • Rumusan masalah
  • Rumusan masalah penelitian
  • Pertanyaan penelitian

sumber:

Prof. Suliyanto, MM. 2018. Metode Penelitian Bisnis untuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Penelitian berangkat dari masalah karena penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah. Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. John Dewey menyatakan bahwa langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti (Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1982: 73). Ibarat sebuah tanya jawab, masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari dalam proses penelitian. Meneliti adalah usaha mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.

Manusia memiliki rasa ingin tahu, sehingga selalu mencari tahu apa yang tidak diketahuinya. Masalah mencerminkan ketidaktahuan. Penelitian merupakan usaha manusia mengusahakan ketidaktahuan dapat berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penelitian akan mempersempit wilayah ketidaktahuan karena sudah menjadi pengetahuan manusia.

Kedudukan masalah dalam penelitian sangat penting. Pemecahan masalah setengahnya ditentukan oleh kebenaran dalam perumusan masalahnya. Tidak dapat diharapkan pemecahan masalah dari pertanyaan yang salah. Pertanyaan masalah akan menentukan metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data yang akan digunakan. Untuk itu bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusannya dalam penelitian.

PENGERTIAN MASALAH

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)

Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should  be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).

Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)

Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari observasi, dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

1)   Observasi

Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan keputusan praktis didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh data empiris. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. Penyelidikan mungkin menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.

2)   Dedukasi dari teori

Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.

3)   Kepustakaan

Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.

4)   Masalah sosial

Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya: seringnya menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.

5)   Situasi praktis 

Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.

6)   Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, M.pd:109-111)

Menurut Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi meliputi:

1)   Bacaan terutama hasil penelitian

Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dapat menjadi sumber identifikasi masalah. Tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Penelitian selalu menampilkan masalah yang lebih banyak dari pada yang dijawabnya, karena dengan demikian ilmu pengetahuan selalu mengalami kemajuan.

2)   Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah

Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah dapat menjadi sumber masalah penelitian karena para peserta dapat melihat hal-hal yang dipersoalkan secara profesional sehingga muncul masalah.

3)   Pernyataan pemegang otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu pengetahuan).

Pernyataan pemegang otoritas dapat menjadi sumber masalah, baik otoritas pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang otoritas pemerintahan adalah pernyataan menteri pendidikan mengenai daya serap siswa SMU. Contoh pernyataan otoritas ilmu pengetahuan adalah pernyataan ahli pendidikan mengenai penjurusan di SMU.

4)   Pengamatan sepintas

Pengamatan sepintas dapat menjadi sumber masalah. Misalnya, ahli kesehatan menemukan masalah ketika menyaksikan dari mana penduduk mendapatkan air minum.

5)   Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau profesional. (Purwanto, M. Pd: 111-112 )

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.

a)    Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.

Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?

b)   Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.

Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.

c)    Adanya pengaduan.

Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pendaduan.

d)   Ada kompetisi.

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.

Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.

Pada tabel 2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.

Tabel 2.1

Human development index asean + 3 negara

No.

Country

Life expectancy (years)

Adult literacy  rate (%)

Gros enrolment ratio (%)

GDP Per-capita (PPP US$)

HDI Rank

1.

Singapure

78,7

92,5

87

24,481

25

2.

Brunei

76.4

92,7

74

19,210

33

3.

Malaysia

73,2

88,7

71

9,512

61

4.

Thailand

70,0

92,6

73

7,595

73

5.

Philippanes

70,4

92,6

82

4,321

84

6.

Vietnam

70,5

90,3

64

2,490

108

7.

Indonesia

66,8

87,9

66

3,361

110

8.

Myanmar

60,2

89,7

48

1,027

129

9.

Cambodia

56,2

73,6

59

2,078

130

10.

Lao pdr

54,7

68,7

61

1,759

133

11.

Japan

82,0

84

27,967

11

12.

Korea

77,0

97,9

93

17,971

28

13.

China

71,6

90,9

69

5,003

85

Source: UNDP – Human Development Report 2005. (Prof. Dr. Sugiyono:52-55)

JENIS-JENIS MASALAH

Menurut jenisnya, masalah dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama, masalah deskriptif. Masalah deskriptif adalah masalah yang mendeskripsikan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan dengan variabel yang lain ayau membandingkan dengan kelompok lain. Kedua, masalah korelasi. Masalah korelasi adalah masalah yang memuat hubungan antara satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel yang lain. Ketiga, masalah perbandingan. Masalah perbandingan adalah masalah yang memuat perbandingan satu atau lebih kelompok dalam satu variabel. (Purwanto, M. Pd: 109)

Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 1994: 36-39, Arikunto (1993: 28-31).

  1. a.  Permasalahan deskriptif

Permasalahan deskriptif merupakan suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

Contoh permasalahan deskriptif:

1)      Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?

2)      Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum?

3)      Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?

4)      Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?

5)      Seberapa tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?

6)      Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).

Penelitian yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.

Permasalahan Komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1)   Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)

2)   Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)

3)   Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)

4)   Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)

5)   Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.

6)   Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua sampel)

Permasalahan Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau  lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.

1)      Hubungan simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubunngan kausal maupun interaktif., contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

  1. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
  2. Adakah hubungan antara rumah yang dekat  rel kereta api dengan jumlah anak?
  3. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
  4. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
  5. e.       Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?

Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.

  1. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
  2. Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
  3. Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
  4. Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.

2)      Hubungan kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:

a)    Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).

b)   Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen).

c)    Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di SMA?

d)   Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).

Contoh judul penelitiannya:

a)      Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.

b)      Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.

c)      Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.

3)      Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:

1)   Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.

2)   Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. (Prof. Dr. Sugiyono: 55-60)

RUMUSAN MASALAH

Penelitian ibarat sebuah dialog atau tanya jawab. Dalam dialog, jawaban diberikan kepada pertanyaan yang diajukan. Kualitas jawaban sangat ditentukan oleh ketetapan pertanyaannya. Pertanyaan itu adalah masalah yang hendak diusahakan pemecahannya melalui penelitian. Jawaban adalah pemecahan masalah berdasarkan atas data-data yang dikumpulkan dalam proses penelitian. Oleh karenanya, kualitas pemecahan masalah sangat tergantung kepada kecepatan perumusan masalahnya.

Perumusan masalah adalah memformulasikan masalah penelitian ke dalam rumusan kalimat tanya. Perumusan dalam bentuk kalimat tanya dimaksudkan agar penelitian berada dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan guna memberikan pemecahan masalah. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang penting. Dari pertanyaan yang salah tidak dapat diharapkan jawaban yang benar. Pertanyaan yang berbeda mengarahkan pada kegiatan dan jawaban yang berbeda. Kebenaran jawaban setengahnya ditentukan oleh ketepatan formulasi pertanyaan masalah.

Perumusan masalah harus memuat beberapa karakteristik. Menurut Bass, Dunn, Norton, Stewart, dan Tudiver (1972: 20), perumusan masalah harus mengandung empat karakteristik, yaitu: (1) memuat hubungan variabel, (2) dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan, (3) memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan, (4) tidak menyatakan posisi moral atau etik.

1)   Memuat hubungan variabel.

Perumusan masalah harus dengan jelas memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam penelitian. Di samping itu, penelitian juga harus menjelaskan apa yang hendak dilakukan atas variabel. Dengan menetapkan variabel dan hubungannya, maka penelitian tidak bersifat eksploratif dan berangkat dari keadaan kosong. Peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan tidak spekulatif. Pertanyaan yang baik tidak sekedar dibuat, tapi juga ditemukan.

2)   Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.

Perumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya sehingga harus dirumuskan dala kalimat tanya. Rasa ingin tahu manusia ditandai dengan pengajuan pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya untuk menunjukkan semangat rasa ingin tahu. Dengan merumuskan masalah dalam bentuk kalimat tanya maka peneliti berada dalam posisi siap untuk melakukan langkah-langkah untuk mencari tahu jawabannya. Pertanyaan masalh mendorong peneliti untuk merancang desain, menentukan metode, memilih teori, merancang alat ukur pengumpulan data, dan merancang teknik yang diperlukan untuk menganalisis data yang dikumpulkan.

3)    Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan.

Masalah harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung implikasi bahwa variabel-variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan data. Kemungkinan pengujian empiris mempunyai implikasi bahwa masalah menyatakan pengujian hubungan dan memungkinkan pengukuran variabel (Kerlinger,1996: 29). Penelitian kuantitatif mengharuskan kesimpulan terbuka untuk diverifikasi. Kesempatan untuk melakukan verifikasi dapat diperoleh bila pengumpulan data dilakukan secara objektif, empiris, dapat diamati dan terukur. Untuk itu masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang melibatkan variabel yang memungkinkan pengumpulan data.

4)   Tidak menyatakan posisi moral atau etik.

Pertanyaan ilmiah haruslah netral. Masalah moral atau etik terkait dengan penilaian baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya, yang sarat dan moralistik. Misalnya: guru yang baik, siswa yang sukses, metode mengajar yang efektif, dan sebagainya. Pertanyaan demikian bukan pertanyaan yang baik prosedur validasinya sukar karena konsensus sulit dicapai dan kriteriannya kontroversial. Ilmu haruslah bebas nilai dan nertal supaya tidak bias. Penelitian kuantitatif mengejar kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai, terukur, dapat diamati, serta dapat diuji. Oleh karenanya masalah yang dirumuskan tidak boleh valuatif dan moralistik. Etika, norma dan moral sangat terikat pada budaya sehingga kriterianya kontroversial. Oleh karena masalah terikat pada budaya maka hukum umum dan universal yang menjadi tujuan penelitian tidak dapat dicapai.

Contoh perumusan masalah

Berikut dicontohkan kegiatan perumusan masalah dalam penelitian berjudul: “Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMU di Surakarta Tahun 2007”.

  1. 1.    Latar belakang masalah

Latar belakang masalah dapat memuat informasi mengenai:

  1. Rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia di tingkat dunia dan rendahnya indeks sumber daya manusia Indonesia.
  2. Tingginya angka pengangguran terdididk yang mencerminkan rendahnya pengakuan dunia kerja terhadap lulusan sekolah.
  3. Masih tingginya angka ketidaklulusan siswa pada Ujian Nasional di Surakarta.
  4. Rendahnya motivasi belajar melahirkan mental pendidikan yang asal lulus dan rendahnya budaya kompetisi.

Sejumlah masalah yang mempunyai potensi berhubungan dengan prestasi belajar dapat diidentifikasi sebagai berikut:

  1. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.
  2. Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar.
  3. Hubungan antara status sosial ekonomi dengan prestasi belajar.
  4. Hubungan antara gaya hidup dengan prestasi belajar.
  5. Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar.
  6. Hubungan antara sikap terhadap mata pelajaran dengan prestasi belajar.
  7. Hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar.

Dari sejumlah masalah yang diidentifikasi, penelitian mambatasi pada “hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar”.

Berdasarkan pada masalah yang dibatasi, maka dapat dirumuskan masalah: (1). Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar? Dan (2). Berapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar?  ( Purwaanto, M. Pd.)

Rumusan masalah adalah salah satu tahap yang penting dalam penetuan tahap-tahap penelitian selanjutnya. Rumusan masalah dikatakan baik bila dapat menjadi petunjuk dalam pengumpulan data dan sinkron dengan tujuan penelitian.

Terdapat tiga macam rumusan masalah, yakni:

1)   Rumusan masalah deskriptif

Rumusan masalah deskriptif merupakan rumusan masalah yang berkenaan dengan pernyataan tergadap keberadaan variabel mandiri. Baik hanya pada satu variabel atau lebih.

Contoh: Berapa lama daya tahan lampu pijar merek A. Sehingga dapat diperoleh hipotesis deskriptif HO daya tahan lampu pijar merek A sama dengan 700 jam. Dan diperoleh Ha daya tahan lampu pijar merek A tidak sama dengan 700 jam.

2)   Rumusan masalah komparatif

Rumusan masalah komparatif merupakan rumusan masalah yang dalam penelitiannya membandingkan variabel (satu atau lebih) pada smpel atau waktu yang berbeda. Misalnya, bagaimana perbedaan kedisiplinan PT. X pada departemen A dan departemen B?

3)   Rumusan masalah asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalnya, apakah terdapat hubungan imbalan dengan motivasi kerja?

Terdapat beberapa cara dalam merumuskan masalah, antara lain:

  1. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
  2. Rumusan masalah jelas dan padat.
  3. Rumusan masalah berisikan implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
  4. Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesa.

Senada dengan pendapat tersebut diatas Nazir(1988:143) mengemukakan bahwa:

  1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
  2. Rumusan masalah hendaknyajelas dan padat.
  3. Rumusan masalah berisikan implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
  4. Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesa.
  5. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

Lebih lanjut lagi Nazir (1988:144-145) mengemukakan bahwa terdapat dua cara dalam memformulasikan masalah. Pertama, dengan cara menurunkan masalah dari teori yang ada. Dan kedua, mengadakan observasi secara langsung di lapangan. Setelah  masalah tersebut diformulasikan maka langkah selanjutnya adalah mambuat tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah sebuah pernyataan tentang apa yang ingin dicari atau yang ingin ditentukan. Tujuan penelitian disini haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dari pada perumusan masalah. Jadi masalah merupakan konsep yang masih abstrak, maka tujuan penelitian haruslah lebih konkrit.(Idtesis. Com > home > metode penelitian)

KESIMPULAN

Masalah merupakan celah kosong yang menjadi wilayah ketidaktahuan manusia. Penelitian dilakukan untuk mengisi kekosongan dan mengubah wilayah ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam penelitian, sebab masalah yang dirumuskan akan mengarahkan semua kegiatan penelitian. Perumusan masalah ditentukan dengan menempuh prosedur yang berurutan mulai dari mendeskripsikan latar belakang masalah, mengidentifikasi masalah, membatasi masalah dan merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan harus memenuhi empat syarat yaitu menyatakan hubungan variabel, dirumuskan menggunakan kalimat tanya, memungkinkan pengumpulan data dan tidak menyatakan posisi moral atau etik. Judul penelitian ditentukan setelah peneliti merumuskan masalahnya. Judul dapat ditentukan lebih dulu apabila peneliti sudah merumuskan dalam pikirannya tentang masalah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R dan D). ALFABETA: Bandung

Purwanto, M. Pd . 2010. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka pelajar: yogyakarta

___________

Oleh: Endah Dewi L.

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian, dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.)