Berikut ini pernyataan yang tidak sesuai tentang batik pesisir adalah

Jelaskan apa perbedaan batik pedalaman (klasik) dan batik pesisir? Berikut ini penjelasan secara lengkap beserta sejarah, corak, motif warna dan ciri-cirinya.

1. Batik Pedalaman (Klasik)

Batik pedalaman adalah pengkategorian batik yang berkembang di masa lalu. Dahulu pembatik-pembatik hanya ditemui di daerah pedalaman. Selain itu, juga tidak sembarang orang dapat melakukan proses pembatikan, sehingga jarang dijumpai di lingkungan masyarakat luas.

Pada masa kejayaan kerajaan di Indonesia seperti Majapahit, kain batik hanya ditemui di kalangan raja-raja saja dan hanya petinggi kraton yang boleh mengenakan kain batik. Oleh karena itu pembatik hanya dapat dijumpai di lingkungan keraton.

Batik keraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang di atas dasar-dasar ilsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual. Batik tersebut terdapat harmonisasi antara alam semesta yang tertib, serasi, dan seimbang.

Para pembatik keraton membuat batik dengan cara yang tidak biasa, yaitu menggunakan banyak proses dan ritual pembatikan. Para pembatik kraton ibarat ibadah, suatu seni tinggi yang patuh pada aturan serta arahan arsitokrat Jawa.

Istilah-istilah batik pun mulai dikenal sejak jaman ini dan hampir semuanya menggunakan istilah dalam bahasa Jawa. Ragam hias yang diciptakan pun bernuansa kontemplatif, tertib, simetris, bertata warna terbatas seperti hitam, biru tua (wedelan), dan soga/coklat. Ragam hias ini memiliki makna simbolik yang beragam.

Oleh karena itu batik dikenal masyarakat sebagai kebudayaan nenek moyang dari daerah Jawa. Batik pedalaman sering disebut juga sebagai batik klasik. Hal ini sesuai dengan beberapa alasan di atas. Namun akibat perkembangan masyarakat, maka batik dapat keluar dari kalangan keraton dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air, sejalan dengan adanya integrasi budaya.

2. Batik Pesisir

Batik pesisir adalah batik yang berkembang di masyarakat yang tinggal di luar benteng keraton, sebagai akibat dari pengaruh budaya daerah di luar Pulau Jawa. Selain itu, adanya pengaruh budaya asing seperti Cina dan India, termasuk agama Hindu dan Budha, hal ini menyebabkan batik tumbuh dengan berbagai corak yang beraneka ragam.

Para pembatik daerah pesisir merupakan rakyat jelata yang membatik sebagai pekerjaan sambilan (pengisi waktu luang) yang sangat bebas aturan, tanpa patokan teknis. Oleh sebab itu, ragam hias yang diciptakan cenderung bebas, spontan, dan kasar dibandingkan dengan batik keraton.

Para pembatik pesisir lebih menyukai cara-cara yang dapat mengeksplorasi batik seluas-luasnya sehingga banyak ditemui warna-warna yang tidak pernah dijumpai pada batik pedalaman/klasik.

Warna-warna yang digunakan mengikuti selera masyarakat luas yang bersifat dinamis, seperti merah, biru, hijau, kuning, bahkan ada pula yang oranye, ungu, dan warna-warna muda lainnya.

Ragam hias pada karya batik Indonesia sangat banyak. Tentunya masing-masing motif memiliki makna sesuai dengan budaya masing-masing daerah. Di bawah ini ditampilkan beberapa motif dengan makna simboliknya.

Kesimpulan :

Perbedaan batik pedalaman dan batik pesisir dapat dilihat dari ciri-cirinya :

Batik Pedalaman

  • Berkembang di daerah keraton, baik Yogyakarta atau Solo.
  • Dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Jawa
  • Memiliki motif dengan bentuk geometris
  • Motifnya bersifat simbolik
  • Komposisi warna yang digunakan terdiri dari sogan (cokelat kemerahan), indigo (biru), hitam dan putih.

Batik Pesisir

  • Berkembang di daerah selain Keraton (Cirebon, Pekalongan, Lasem, dll)
  • Dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dan China
  • Memiliki motif dengan bentuk non geometris
  • Motifnya bersifat natural
  • Komposisi warna yang digunakan beragam.

Jawaban:

Berikut in yang bukan merupakan pernyataan yang benar tentang batik pesisir adalah....

Jawab: a. Berkembang di luar keraton

Contoh perbedaan batik klasik

dan batik pesisir ada sebagai berikut:

1. Batik pedalaman (Klasik) dan pesisiran punya sejarah dan nilai filosofis yang berbeda.

Batik pedalaman merupakan batik yang tumbuh dan berkembang atas dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual. Di dalamnya juga terdapat harmonisasi antara alam semesta yang tertib, serasi dan seimbang. Jadi, batik pedalaman ini sifatnya sangat tradisional dan lokal.

Batik pesisiran mendapat pengaruh budaya daerah dari luar Jawa juga adanya pengaruh budaya asing seperti Cina dan India serta agama Hindu dan Buddha. Akulturasi inilah yang mendasari gaya batik pesisiran yang jauh berbeda dengan batik pedalaman.

2. Batik pedalaman (Klasik) dan batik pesisiran berkembang di wilayah yang berbeda

Batik pedalaman berkembang di daerah pedalaman, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Melihat sejarahnya, kain batik pedalaman ini merupakan kain kebesaran dari keluarga keraton dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan raja-raja dan petinggi keraton, makanya batik pedalaman juga dikenal dengan sebutan batik keraton atau batik klasik.

Sedangkan batik pesisiran berkembang di masyarakat yang tinggal di luar area keraton atau di daerah pesisir pulau Jawa seperti Cirebon, Pekalongan dan Madura. Pada masanya, batik pesisiran ini boleh dikenakan oleh siapa saja, nggak dikhususkan pada golongan tertentu.

3. Orang yang melakukan proses pembatikannya pun berbeda antara batik pedalaman dan pesisiran

Pada batik pedalaman, pembatik hanya bisa dijumpai di lingkungan keraton dan nggak sembarang orang bisa melakukan proses pembatikan yang melibatkan ritual-ritual tertentu. Memproses batik keraton diibaratkan sebagai ibadah, suatu aktivitas seni tinggi yang patuh pada aturan serta arahan aristokrat Jawa. Istilah-istilah batik pun mulai dikenal sejak zaman ini dan hampir semuanya menggunakan bahasa Jawa.

Berbeda dengan para pembatik di daerah pesisir yang merupakan rakyat jelata. Membatik bagi mereka adalah pekerjaan sambilan yang bebas aturan, tanpa patokan teknis dan religio-magis. Para pembatik pesisir lebih menyukai cara-cara yang bisa mengeksplorasi batik seluas-luasnya.

4. Motif, batik pedalaman dan pesisiran jelas punya banyak perbedaan

Motif yang digunakan pada batik pedalaman nggak sembarangan, setiap motif memiliki makna filosofi tersendiri. Ragam hias yang diciptakan pun bernuansa kontemplatif, tertib, dan simetris. Kebanyakan menggunakan motif geometris dan pengaruh budaya Jawa-Hindu, seperti ornamen-ornamen candi yang ada di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Khusus motif hewan, biasanya nggak ditampilkan secara utuh, misalnya hanya digambarkan bagian tubuh tertentu saja.

Motif yang ditampilkan pada batik pesisiran umumnya lebih eksplisit, bebas, spontan, dan kasar cenderung imajinatif dan abstrak. Biasanya terinspirasi dari apa yang dilihat, misalnya bunga, kupu-kupu dengan kepala dan kaki yang digambarkan lengkap. Tentunya masing-masing motif punya makna sesuai dengan budaya masing-masing daerah

5. batik pedalaman dan pesisiran punya ciri khas yang kontras

Batik pedalaman umumnya menggunakan tiga warna dasar yaitu indigo blue/wedelan (biru gelap), soga (cokelat seperti pohon soga), dan putih atau putih kecokelatan (cream). Penggunaan warna-warna alam yang kalem dan nggak mencolok sudah menjadi suatu keunikan tersendiri dalam pembuatan batik pedalaman.

Pada batik pesisiran, warna-warna yang digunakan mengikuti selera masyarakat luas yang bersifat dinamis dan cerah seperti merah, biru, hijau, kuning, bahkan ada pula yang oranye, ungu, dan warna-warna muda lainnya.

Penjelasan:

Semoga membantu

Jadikan jawaban terbaik ya..

Detail jawaban:

Kelas: 7

Mapel: Sbdp

Bab materi: kain batik

Ansewr By: Vega088

Tak seperti batik kraton yang mewah namun banyak aturan, batik pesisir sifatnya komersil, lebih gaya, dan dipakai sehari-hari oleh rakyat dari segala kalangan, segala usia. Variasinya lebih banyak dari segi warna maupun motif, hasil pengaruh asing yang dibawa para pedagang asing zaman dulu.

Kain Panjang 362 (2000) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Batik Pesisir adalah batik yang dibuat di luar Solo dan Yogyakarta. Istilah pesisir digunakan karena kebanyakan diproduksi di pesisir utara Jawa seperti di Cirebon, Indramayu, Lasem, Bakaran.

Tok Wie/Altar 74 (1910) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Salah satu ciri batik pesisir adalah pilihan warna dan motifnya yang tidak kaku, hasil pengaruh asing - terutama sejak kehadiran Islam di abad 16.

Kain Panjang 362 (2000) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Batik Pesisir tradisional banyak menggunakan merah dan biru dibanding coklat yang lebih disukai pembatik Yogya dan Solo.

Kain Panjang 376 (2000) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Kain Panjang-100 (1940) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Salah satu motifnya adalah motif floral yang tidak naturalis, karena larangan Islam menggambar dengan gaya naturalis.

Kain Panjang 140 (1930) oleh unknownGaleri Batik YBI

Tak seperti batik kraton yang hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan Yogya dan Solo dengan standar ketat dalam penggunaan dan pangkat, batik pesisir sifatnya komersil.

Kain Panjang 363 (2000) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Batik pesisir mulai berkembang sekitar abad 19, ketika India, produsen utama kain di Jawa saat itu, mengurangi produksi mereka sehingga konsumen beralih ke batik.

Kain Sarung 410 (2000) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Jenis batik ini makin berkembang ketika para pedagang asing lainnya ikut terlibat dalam industri batik, seperti pedagang dari Cina dan Belanda.

Kain Panjang 429 (1950) oleh Kwe HuhuiGaleri Batik YBI

Kain Panjang-207 (1940) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Kain Panjang 485 (2005) oleh UnknownGaleri Batik YBI

Kredit: Semua media

Cerita yang ditampilkan mungkin dalam beberapa kasus telah dibuat oleh pihak ketiga yang independen dan mungkin tidak selalu mewakili pandangan lembaga penyedia konten, yang tercantum di bawah ini.

Galeri Batik YBI

Jelajahi lainnya

Tema terkait

Keajaiban Indonesia

Sebuah galeri untuk kebudayaan terbaik Indonesia. Mulai dari monumen-monumen purba hingga kesenian kontemporer, temukan inspirasi dari kekayaan budaya negeri ini.

Lihat tema

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA