Berdoalah kepada Tuhanmu dengan suara yang

surat Al-A‘rāf ayat 55 , Alquran Bahasa Arab dengan terjemahan makna ke Indonesia - Mendengarkan

  1. Arab
  2. Muntakhab
  3. mp3
  4. Jalalayn
  5. In Page
Bahasa Indonesia - Mendengarkan , Suci Quran (indonesia) Koran - Al-Qur'an terjemahan, Tafsir Jalalayn & English - Tafsir Muntakhab : surat Al-A‘rāf ayat 55 .

Di antara adab berdoa yang diajarkan pada ayat kali ini adalah berdoa dengan lemah lembut dan tidak melampaui batas.

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa), Bab 250. Keutamaan Doa

Ayat Kedua:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)

Penjelasan Ayat

Tadharru’ artinya merendahkan diri dan tunduk. Inilah keadaan dalam berdoa yang pertama. Lalu khufyah, yang dimaksud adalah berdoa tidak terang-terangan.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Mereka (orang saleh) dahulu berdoa sungguh-sungguh, terdengar hanyalah suara hamsa (suara pelan).”

Dalam hadits disebutkan, dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika kami menaiki lembah, kami bertahlil dan bertakbir, lalu suara kami keras. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

‘Wahai sekalian manusia, bersikap lemah lembutlah dan pelankan suara kalian, sesungguhnya kalian bukanlah menyeru pada sesuatu yang tidak mendengar dan tidak ada. Allah itu bersama kalian. Allah itu Maha Mendengar dan Mahadekat. Mahasuci nama-Nya dan Mahatinggi kemuliaan-Nya.’” (HR. Bukhari, no. 2992 dan Muslim, no. 2704)

Adapun yang dimaksud “Allah tidak menyukai yang melampaui batas” ada dua tafsiran:

Tafsiran pertama: Maksudnya adalah Allah tidak menyukai yang berlebihan dalam doa. Ada tiga pendapat mengenai bentuknya:

  • Mendoakan jelek mukmin yang lain dengan doa menghinakan atau doa laknat (kutukan). Ini jadi pendapat Sa’id bin Jubair dan Maqatil.
  • Meminta sesuatu yang pantas diberikan kepada para nabi (tidak pantas diberikan untuk kita, pen.). Ini jadi pendapat Abu Majlaz.
  • Mengeraskan doa. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu As-Saib.

Tafsiran kedua: Allah tidak menyukai orang yang melampaui dari apa yang diperintahkan. Demikianlah pendapat dari Az-Zujaj. Lihat bahasan di atas dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, 3:215.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa tadharru’ dan khufyah adalah berdoa dengan sirr (lirih). Hal ini disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:44.

Sedangkan maksud melampaui batas dalam doa, kata Syaikh As-Sa’di adalah:

  1. Meminta sesuatu yang tidak layak untuknya.
  2. Memfasih-fasihkan ucapan saat berdoa.
  3. Mengeraskan suara berlebihan. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 298.

Semoga bermanfaat.

Referensi:

  1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim li Al-Imam Ibnu Katsir. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  3. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
  4. Zaad Al-Masiir. Ibnul Jauzi (Al-Imam Abul Faraj Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi Al-Qurosyi Al-Baghdadi). Penerbit Al-Maktab Al-Islami.

Disusun Kamis sore, 27 Rabi’ul Akhir 1440 H di #darushsholihin

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

اُدۡعُوۡا رَبَّكُمۡ تَضَرُّعًا وَّخُفۡيَةً‌ ؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُعۡتَدِيۡنَ‌

Ud'uu Rabbakum tadarru'anw wa khufyah; innahuu laa yuhibbul mu'tadiin

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Berdoalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan dan memeliharamu, dengan rendah hati dan suara yang lembut, yakni tidak terlalu keras, namun tidak pula terlalu pelan, tetapi di antara keduanya. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dalam berdoa dan segala hal.

Ayat ini mengandung etika dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah munajat antara hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah berkenan mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan penuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras, menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Doa tidak harus dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata, "Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda: "Sayangilah dirimu jangan bersuara keras, karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari) Bersuara keras dalam berdoa, bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadah, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadah yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut: (Yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Maryam/19: 3) Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampau batas." Maksudnya, dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai dilampaui. Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas, Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' ataupun akal, seperti seseorang meminta agar dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni, tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin mengubah sunatullah yang mustahil terjadinya. Firman Allah: Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi ketentuan Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu. (Fathir/35: 43) Berdoa dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara (washilah) orang yang sudah mati adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdoa itu hanya dihadapkan kepada Allah, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Allah berfirman: Katakanlah (Muhammad), "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti." (al-Isra'/17: 56-57) Hadis Nabi saw:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, "Telah bersabda Rasulullah saw, "Mintalah kepada Allah washilah untukku. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah washilah itu? Rasulullah menjawab: "Dekat dengan Allah azza Wa Jalla, kemudian Rasulullah membaca ayat; (mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah." (Riwayat at-Tirmidzi dari Ibnu Mardawaih)

{ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ} [الأعراف: 55]

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. [QS. Al A'raf (7):55]

Do'a adalah Ibadah

Berdasarkan ayat diatas maka jelas bagi kita bahwasanya do'a adalah ibadah, dan ketika telah diketahui bahwasanya do'a adalah ibadah maka berdo'a meminta kepada selain Allah tentu merupakan kesyirikan/menyekutukan Allah Azza Wajalla, oleh karena itu Zat yang berhaq dipanjatkan do'a kepada-Nya, disembah dan digantungkan harapan kepada-Nya hanyalah Allah satu-satu-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya.

Do'a Sembunyi-Sembunyi


Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwasanya menyembunyikan do'a lebih agung dibandingkan dengan menampakkannya apalagi sampai membesarkan suara ketika berdo'a, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

{إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا} [مريم: 3]

"yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut." [QS. Maryam (19):3]

Nabi Zakaria Alaihissalam berdo'a dengan suara yang pelan lagi lembut. Pujian Allah Subhanahu wata'ala terhadapnya karena do'a yang dipanjatkannya dengan suara yang lembut menunjukkan bahwasanya menyembunyikan do'a lebih afdhol dibandingkan dengan memperjelas dan menampakkannya. Didalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

{قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً} [الأنعام: 63]

Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut..." [QS. Al An'am (6):63] Sesungguhnya alasan utama mengapa lebih afdhol berdo'a dengan suara yang lembut, menyembunyikannya dan tidak menampakkannya karena hal tersebut lebih mendekatkan kepada ke-Ikhlas-an dan lebih menjauhkan dari RIYA'.

Berdo'a Kelewat Batas


Diantara Tafsir "orang-orang yang melampaui batas" didalam ayat di atas adalah orang-orang yang mengangkat suara ketika berdo'a. Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

{وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ} [الأعراف: 205]

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [QS. Al A'rof (7):205]

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ، هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ، تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ»

Dari Abu Musa Al Asy'ary Radhiallohu 'anhu, beliau berkata : Kami pernah bepergian bersama Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam, lalu apabila kami melewati suatu lembah, kamipun TAHLIL dan TAKBIR, dengan mengangkat/membesarkan suara, maka Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Wahai sekalian manusia, rendahkanlah (kasihanilah) diri kalian karena sesungguhnya kalian tidaklah menyeru Zat yang tuli dan tidak pula jauh, sesungguhnya DIA bersama kalian dan DIA maha mendengar lagi dekat, Maha Suci Nama-Nya dan Maha Tinggi Kebesaran-Nya. [HR. Bukhari dan Muslim] Berkata Ibnu Juraij :

مِنْ الِاعْتِدَاءِ رَفْعُ الصَّوْتِ وَالنِّدَاءُ بِالدُّعَاءِ وَالصِّيَاحُ

Termasuk "Melampaui Batas"adalah mengangkat suara, menyeru dan berteriak ketika berdo'a. Telah datang ayat yang memberikan anjuran agar tidak mengeraskan suara ketika berzikir dan berdo'a, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

{وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى} [طه: 7]

Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. [QS. Tho-ha (20):7] Maksudnya : Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu ketika berzikir kepada Allah baik itu dalam bentuk do'a atau selainnya, maka ketahuilah sesungguhnya Dia tidak butuh akan suara kerasmu karena Allah Subhanahu Wata'ala mengetahui apa yang kamu rahasiakan kepada orang lain dan yang lebih tersembunyi dari itu. Contoh lain dari melampaui batas dalam berdo'a adalah berdo'a agar dimudahkan berbuat dosa atau memutus tali silaturahim, atau berdo'a agar diberi sesuatu yang mustahil diwujudkan baik secara syar'i ataupun secara kodrat, misalnya seseorang berdo'a : Ya Allah, jadikanlah aku seorang Nabi. Mustahil secara kodrat misalnya berdo'a kepada Allah agar menyatukan dua hal yang kontradiksi. Do'a-do'a seperti itu adalah do'a memohon sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan. Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdo'a dengan mengucapkan :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ، عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا

"Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu istana putih di sisi kanan surga jika saya memasukinya." Maka Abdullah bin Mughaffal berkata :

أَيْ بُنَيَّ، سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ، وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنَ النَّارِ

"Wahai anakku mintalah surga kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka" Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda :

«إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ»

"Sesungguhnya akan ada suatu kaum dari ummat ini yang berlebih-lebihan dalam hal bersuci dan berdo'a" [HR. Abu Daud, Dihukumi Shohih oleh Syaikh Al Al-Bani]

Kesimpulan


Bentuk Do'a yang diperintahkan didalam ayat diatas adalah hendaknya Anda meminta kepada Allah Subhanahu wata'ala dengan berendah diri dan suara yang lembut, menyembunyikan do'a tersebut, maka hendaknya Anda tidak mengangkat suara ketika berdo'a, karena sesungguhnya Anda tidaklah berdo'a kepada Zat yang tuli dan tidak pula jauh, akan tetapi Anda berdo'a kepada Zat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat yaitu Allah Subhanahu wata'ala. Oleh karena itu hendaknya setiap orang berdo'a kepada Rob-nya dengan berendah diri kepada-Nya, menghinakan diri dihadapan-Nya, penuh ke-khusu'an dan dengan penuh rasa sangat membutuhkan Allah Subnahahu wata'ala.

Bahan Bacaan


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA