Barang-barang yang diekspor indonesia ke jerman adalah

ILUSTRASI. Potensi ekspor industri kehutanan Indonesia ke Jerman terbuka luas. ANTARA FOTO/Aji Styawan/hp.

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi pasar ekspor industri kehutanan Indonesia ke Jerman masih terbuka luas, namun produsen Indonesia perlu lebih memperhatikan sifat konsumen Jerman dan Eropa pada umumnya, yaitu berkaitan dengan sertifikasi kayu legal, ekonomi hijau dan keberlanjutan sumberdaya hutan Indonesia.  

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo menyatakan dalam kondisi saat ini, di mana Indonesia maupun Jerman masih dalam proses transisi menuju post Covid-19 yaitu tatanan sistem  "New Normal" sehingga diperlukan peningkatan kerja sama strategis kedua negara dalam industri kehutanan. 

“Melalui pertemuan dialog bisnis to bisnis dengan koordinasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin, kita siap bangkit kembali untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi kedua negara” ujar Indroyono dalam keterangan resmi, Selasa (28/7). 

Baca Juga: Ini penyebab ekspor produk kehutanan Indonesia ke Uni Eropa kurang maksimal

Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa sejak  Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) diberlakukan pada tahun 2013 lalu dan diakui oleh Uni Eropa pada tahun 2016, ekspor produk industri kehutanan Indonesia ke Eropa terus meningkat tajam dan mencapai US$ 1.1 milyar pada tahun 2019 lalu, dimana US$ 156 juta diantaranya masuk ke Jerman.

“Dalam suasana pandemi Covid 19, ekspor Industri Kehutanan Indonesia ke Jerman pada kurun Januari – Juni 2020 mencapai US$ 64 juta, atau turun 18%, dibanding ekspor pada kurun yang sama pada tahun 2019, yang mencapai US$ 85 juta” ujarnya. 

Lebih lanjut Dubes Havas Oegroseno menjelaskan bahwa Jerman adalah importir produk kehutanan Indonesia nomor tiga terbesar ke Eropa, sesudah Inggris dan Belanda.

Dalam diskusi zoominar yang membahas berbagai topik seputar ekspor kayu Indonesia ke Jerman, panelis dari Indonesia diwakili oleh Dewan Pengurus Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO), Ony Hindra  Kusuma, Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Liana Bratasida dan Direktur  Philnesia International Ltd (Furniture), Rudy T. Luwia.

Sedangkan para panelis dari Jerman, yaitu dari Kementerian Ekonomi dan Energi, Dr. Adrian  Bothe, dari Kementerian Pangan dan Pertanian, Thomas Huber, dari  Import Promotion Desk, Frank Maul dan dari  Asosiasi Perdagangan Kayu Jerman, Nils Olaf Petersen, semua sepakat bahwa potensi ekspor produk kehutanan Indonesia bisa lebih ditingkatkan, apalagi sertifikasi kayu legal SVLK, sudah diberlakukan kembali.  

Nils Petersen menyampaikan bahwa pihak eksportir Indonesia tidak perlu khawatir berkaitan  dengan menurunnya ekspor produk kehutanan Indonesia ke Jerman hingga 18%, pada semester I/Th.2020. 

“Kami yakin pada Semester II/Th.2020 ekspor akan meningkat kembali mengingat para importir Jerman semakin percaya diri dengan diberlakukannya kembali SVLK/FLEGT dan mulainya ekonomi Indonesia bangkit pasca Covid 19” ujar Nils.

Baca Juga: Begini kata pelaku industri produk kehutanan soal prospek ekspor Uni Eropa

Peluang baru ekspor produk kehutanan Indonesia ke Jerman yang bisa ditingkatkan adalah serpih kayu untuk energi biomasa dan kayu ringan Albasia, yang  cepat tumbuh dan dapat segera dipanen. 

“Saya pikir ini menjadi peluang besar mengingat cukup banyak kayu Albasia di Indonesia disamping kayu tropis lainnya seperti Meranti dan Bangkirai serta kayu Jati yang mempunyai pangsa pasar tersendiri di Jerman” ujarnya.

Berkaitan dengan promosi SVLK/FLEGT, Duta Besar Havas Oegroseno akan membahasnya dengan Pemerintah Federal Jerman dan dengan pihak Uni Eropa, mengingat pada tahun 2020 ini Jerman memegang tampuk pimpinan Uni Eropa. 

Sesuai Naskah Kerjasama RI – Uni Eropa Tahun 2013, Pasal 13, pihak Uni Eropa wajib mempromosikan sertifikasi kayu legal, SVLK/FLEGT, ke pasar Eropa. “Hingga saat ini, Indonesia adalah satu-satunya negara yang menerapkan sertifikat kayu legal SVLK/FLEGT yang diakui di pasar Eropa” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Reporter: Arfyana Citra Rahayu
Editor: Handoyo .

Sumber: //www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211223135555-97-737817/komoditas-ekspor-unggulan-indonesia-sawit-hingga-batu-bara

Indonesia memiliki sejumlah komoditas ekspor unggulan di pasar global. Secara garis besar, Badan Pusat Statistik (BPS) mengategorikan komoditas ekspor Indonesia menjadi dua, yakni minyak dan gas (migas) dan nonmigas.

Kinerja ekspor Indonesia diumumkan setiap bulannya oleh BPS. Apabila ekspor lebih besar daripada impor, maka Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan. Sebaliknya, apabila nilai impor lebih tinggi, maka neraca perdagangan mengalami defisit.

Untuk memudahkan pendataan, BPS menggolongkan setiap komoditas berdasarkan kode barang yang sistematis sesuai dengan standar internasional, yakni kode Harmonized System (HS). Tidak hanya keperluan data statistik, kode HS juga berfungsi untuk mempermudah sistem tarif, transaksi perdagangan, pengangkutan, dan lainnya. Saat ini, terdapat ribuan kode HS untuk masing-masing komoditas yang bisa diakses melalui laman resmi BPS, serta diperbaharui secara berkala. Dari ribuan produk ekspor Indonesia tersebut, berikut daftar komoditas ekspor Indonesia paling unggul di pasar global.

Komoditas Ekspor Nonmigas

Ekspor nonmigas masih mendominasi total ekspor Indonesia, yakni mencapai US$22,84 miliar pada November 2021. Komoditas unggulan dalam ekspor nonmigas meliputi:

1. Kelapa sawit

Indonesia dikenal sebagai raja sawit dunia karena menguasai sekitar 55 persen pangsa pasar ekspor sawit global. Tahun lalu, data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 34 juta ton senilai US$22,97 miliar. Kelapa sawit dan turunannya masuk dalam golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati. BPS mencatat capaian ekspor golongan barang ini paling tinggi dalam kategori ekspor nonmigas. Minyak sawit banyak diekspor ke China, India, Eropa, dan lainnya.

2. Batu bara

Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India. Produksi batu bara bisa mencapai lebih dari 500 juta ton per tahun, sementara permintaan domestik masih rendah, sehingga sebagian besar batu bara atau sekitar 70 persen batu bara nasional dikirim ke luar negeri. Kementerian ESDM mencatat realisasi ekspor batu bara Indonesia pada 2020, yakni 405 juta ton atau melebihi target ekspor (102,5 persen) yang ditetapkan di awal sebesar 395 juta ton. Sepuluh negara tujuan ekspor batu bara meliputi China, India, Filipina, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Vietnam, Taiwan, Thailand, dan Bangladesh.

3. Besi dan baja Besi dan baja menempati posisi ketiga ekspor komoditas nonmigas setelah lemak dan minyak hewan/nabati serta bahan bakar mineral. Pada November 2021, ekspor besi dan baja mencapai US$276 juta. Pemerintah terus mendorong ekspor besi dan baja melalui program hilirisasi atau pengolahan bijih nikel menjadi besi dan baja. Produk besi dan baja buatan Indonesia diekspor ke sejumlah negara seperti China, Korea Selatan, India, Singapura, Thailand, Australia, Malaysia, UEA, Taiwan, AS, dan lainnya.

4. Karet

Karet merupakan salah satu produk pertanian unggulan ekspor Indonesia. Pada 2020, BPS mencatat Indonesia berhasil mengekspor sekitar 2,2 juta ton karet ke mancanegara senilai US$2,9 miliar. Negara utama tujuan ekspor karet dan barang dari karet meliputi AS, Jepang, China, India, Korea Selatan, Brasil, Kanada, Jerman, Belgia, Turki, dan lainnya.

5. Kopi, teh, dan kakao

Kopi, teh, dan kakao merupakan produk pertanian Indonesia yang unggul di pasar ekspor. Indonesia mengirim produk kopi, teh, dan kakao ke sejumlah negara seperti Jepang, Singapura, Malaysia, India, Mesir, AS, Inggris, Italia, dan sebagainya.

6. Alas kaki

Tak hanya sektor perkebunan dan pertambangan, Indonesia juga mengekspor produk industri. Salah satu produk hasil industri unggulan ekspor adalah alas kaki. Produk alas kaki yang dikirim ke mancanegara ini meliputi sepatu olahraga, sepatu teknik lapangan, sepatu keperluan industri, serta alas kaki untuk keperluan sehari-hari. Produk alas kaki Indonesia dijual ke berbagai negara meliputi, AS, Belgia, China, Jerman, Jepang, Belanda, Inggris, Korea Selatan, Italia, Meksiko, dan sebagainya.

Komoditas Ekspor Migas

Kontribusi ekspor migas masih cenderung lebih rendah dibandingkan produk nonmigas. Pada November 2021, kontribusi ekspor nonmigas adalah US$21,51 miliar. Komoditas unggulan ekspor migas Indonesia minyak mentah, hasil minyak, dan gas. Contoh produk migas yang dikirim PT Pertamina (Persero) ke mancanegara meliputi avtur, pelumas, High Speed Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), dan lainnya. Selain komoditas di atas masih banyak barang ekspor Indonesia lainnya. Dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan meliputi: kayu dan barang dari kayu, ikan, udang, rempah-rempah, tembakau, kapas. Sedangkan, produk ekspor dari sektor industri mencakup: kertas/karton, berbagai produk kimia, pakai jadi, plastik, bubur kayu (pulp), mesin, perabot rumah, makanan olahan, dan sebagainya. Adapun ekspor produk pertambangan meliputi: tembaga, emas, timah, nikel, aluminium, dan sebagainya.

Demikian, daftar komoditas ekspor Indonesia yang unggul di pasar global. Saat ini, pemerintah tengah mendorong program hilirisasi untuk mengolah produk mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi agar produk ekspor memiliki nilai tambah.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA