Bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap orang yang menolong kita

By: Suhandri Simanullang, S.Th

Filipi 4:6-7

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Setiap orang dapat mengalami kawatir, takut, dan cemas; tiga kata negatif yang terkait erat dan saling digunakan sebagai sinonim. Dalam krisis sekarang ini kita mengalami banyak ketakutan, masalah kesehatan, ancaman kematian, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, keamanan keluarga, dsb. Melalui rasa takut, khawatir, dan cemas, sering berujung membuat kita kehilangan damai dan sukacita. 

Untuk lebih memahami kita dapat membedakan ketiga kata ber-eratan tersebut.

1. Khawatir (worry) berbicara tentang segi kognitif atau berpikir tentang masalah atau ketakutan yang menyebabkan rasa takut itu. Khawatir adalah berpikir tentang hal-hal di depan yang menciptakan perasaan cemas. Khawatir ada proses berpikir. Berpikir hal-hal yang membangunkan ketakutan akan mencuri sukacita kita.

2. Takut (fear) adalah respon emosi terhadap suatu ancaman yang benar-benar ada, misalnya penyakit berat yang dialami, atau ancaman yang dibayangkan, misalnya membayangkan mengalami Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Dengan berpikir ancaman-ancaman itu menimbulkan perasaan negatif takut itu. Dan ini akan mencuri waktu kita sekarang karena ketika kita merasa takut bisa menyebabkan kita kehilangan kekuatan untuk menikmati dan melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan sekarang.

3. Kecemasan adalah antisipasi terhadap ancaman-ancaman ke depan ditandai dengan kegelisahan mendalam. Misalnya cemas kapan Covid-19 akan selesai, akan kehilangan pekerjaan, akan mengalami gangguan kesehatan, dsb. Ketika kita cemas, dia akan mencuri damai kita.

Dari data sebuah survey, sejumlah 7,3% atau 1 dari 13 orang menderita masalah kecemasan, khawatir yang sudah kronis (parah). Tidak heran Alkitab banyak berbicara tentang takut, khawatir dan cemas yang menunjukkan perhatian Tuhan terhadap masalah ini. Bisa dipahami karena takut ini mencuri anugerah Allah hidup dengan damai sejaterah dan sukacita-Nya. Bahkan kurang lebih dalam Alkitab ada 365 ungkapan 'Jangan takut!' seolah-olah Tuhan sangat sadar kekhawatiran yang dialami manusia dan mengingatkan dan memberikan dorongan setiap hari agar tidak takut.

Kita mengenal tiga jenis takut. Pertama, takut akan ancaman yang nyata sehingga kita bereaksi menghindarkan ancaman itu. Misalnya kita bahaya infeksi virus Corona, karena itu kita tinggal di rumah, sering cuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain dan menjaga kesehatan. Ini adalah takut yang sehat, yaitu takut yang melindungi diri dari bahaya (Amsal 27:12).

Jenis kedua adalah 'takut Tuhan' yang sudah pernah kita bahas dalam tulisan terpisah. Takut Tuhan adalah sikap yang menghormati Tuhan karena siapa Dia adalah Allah. Sikap ini memiliki dampak luas karena berhubungan dekat dengan iman kepada Dia, takut melakukan dosa; menghormati otoritas yang Tuhan tetapkan, yaitu keluarga, gereja dan pemerintah. Ini adalah takut yang sehat dan membawa segala berkat Allah (Misal, Amsal 19:23).

Takut jenis ketiga dapat disebut sebagai takut kronis, tidak sehat karena tidak jelas lagi penyebabnya. Kita tahu takut ini dimulai dari dosa dan dari sitasi yang dialami, didengar atau diasumsikan. Takut kronis potensi menjadi kecemasan, stres dan depresi. Takut kronis membuat kita kehilangan kekuatan, sehingga tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Jelas Allah tidak menghendaki kita memiliki roh takut seperti ini (2 Tim 1:7).

Jadi harus bagaimana?

Apakah Anda memiliki rasa takut yang sehat dan baik, yaitu takut yang protektif atau melindungi dan takut akan Allah? Sebaliknya, apakah kita menderita rasa takut kronis yang tidak sehat? Takut yang sehat perlu kita bangun dan takut yang tidak sehat perlu kita atasi.

Kita dapat belajar menghadapi kekhawatir dari Paulus pada tulisan berikut. Paulus juga memiliki alasan untuk khawatir - usia sudah lanjut, dipenjara Roma tanpa kejelasan apa akan bebas atau akan dihukum mati. Tetapi dia mempunyai rahasia yang dapat ia bagikan dalam suratnya kepada jemaat di Filipi agar tidak khawatir namun justru mengalami damai sejahtera. Rahasia mengatasi khawatir adalah doa dalam bentuk khusus seperti Paulus tulis dalam Filipi 4:6-7 dan akan kita bahas pada tulisan berikut.

1. Belajar Menerima Situasi

Para psikolog berpendapat bahwa menerima situasi yang sering ditolak misalnya keadaan buruk adalah cara terbaik untuk mampu memulai mengurangi rasa kuatir. Dalam hal ini khususnya anak-anak Tuhan bukanlah hal yang sukar untuk dilakukan. Karena orang yang mengenal Dia tahu bahwa situasi yang menghawatirkan sekalipun tidak berarti bahwa Allah sedang meninggalkan umat-Nya. Tetapi justru anak-anak Allah tahu kepada siapa ia datang. Yah.. memang tidak mudah untuk memutar balik perasaan kita, akan tetapi ini juga adalah bagian daripada proses anak-anak Tuhan untuk semakin dewasa dalam menyikapi segala setuatu bahwa kemungkinan masalah besar yang akan terjadi.

2. Berharap kepada Allah

'berharap' adalah kata klasik yang sangat sering digunakan oleh orang-orang Kristen untuk menantikan sesuatu yang lebih baik dalam hidupnya. Tak hanya orang kristen tetapi mereka yang memiliki ideologi sekuler. Berharap adalah sikap terbaik tanpa harus menguras energi dan memperburuk suasana, karena berharap adalah salah satu usaha kognitif untuk menerima sesuatu yang lebih baik. Dalam hal ini orang Kristen adalah ahli dalam berhapa, suka menaruh harap tekhususnya kepada Tuhan. Namun tak jarang pula orang kristen yang sebelumnya berhadap tetapi oleh karena goncangan dan kekhawatiran membuat pengharapannya pudar melemah, bahkan berhenti berharap (hopeless). Untuk menemukan kembali sikap ini, kita perlu datang kembali sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memperbaiki sikap hati kita yang mulai dingin kepada Tuhan, melalui firman dan hikmat yang Ia berikan dapat menolong kita untuk berdamai kembali dengan diri kita.

Hal ini kiranya tidak dapat dipandang sepele tetapi lebih baik secepatnya datang kepada Tuhan dengan doa, nyanyian pujian, serta membaca firman Tuhan sebagai sumber kekuatan kita.

Nyatakanlah segala hal keinginanmu, apapun yang kita inginkan untuk kita raih dari Tuhan, mari jangan berhenti berharap. Yang terbaik akan Tuhan sediakan bagi kita.

3. Mengucap Syukur

Dalam ajaran kekristenan mengucap syukur adalah cara terbaik untuk menerima segala hal atau apapun yang kita alami. Mulai dari yang terburuk sampai yang terbaik. Tindakan mengucap syukur membuat disukai Allah, karena hal ini tandanya bahwa kita mengharagai setiap kehidupan kita bahkan situasi yang buruk sekalipun. Allah akan sangat menyukai pribadi-pribadi yang mengucap syukur untuk kemudian berkat-berkat Tuhan akan dialirkan kembali kepada kita.

Lebih lanjut, tak lupa bahwa mengucap syukur ini kita bahwa dalam doa dan permohonan-permohonan kita kepada Allah, kita anak-anakNya akan sangat dikasihi dan memberikan keadamaian dan jalan keluar untuk setiap masalah-masalah kita.

4. Siap Menerima Berkat

Melaui Doa dan permohonan disertai dengan ucapan syukur, serta tanpa rasa kuatir, takut, dan cemas maka Allah sendiri akan memelihara hati dan pikiran kita untuk tertuju kepada Dia. Dengan demikian, kita sebagai anak-anaknya siap untuk mendapat berkat yang tak terduga dan sangat jauh melebihi kekhawatiran kita. Ia berkata Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Shalom, Tuhan Yesus Memberkati. 

Umat Sedharma yang berbahagia. Di dalam kehidupan ini, kita pasti mengharapkan sebuah kedamaian dan kebahagiaan. Namun, semua itu sulit untuk kita dapatkan karena manusia memiliki sifat yang berbeda beda. Untuk menyatukan pikiran sangatlah sulit. Kita membutuhkan pedoman atau sumber sebagai pegangan dan menyatukan persepsi dalam melangkah sehingga kebahagiaan itu dapat kita capai.

Kitab Brhad Aranyaka Upanisad menyebutkan, “Aham Brahma Asmi” yang berarti aku adalah Brahman.

Ajaran ini merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai (santhi). Ajaran Tat Twam Asi patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara kita.

Hal ini perlu kita tanamkan terlebih dahulu pada diri kita sendiri, sebelum kepada orang lain. Bila kita sungguh-sungguh dapat memahami dan menerapkannya maka dalam diri kita akan muncul sikap cinta kasih terhadap semua ciptaan-Nya. Menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri merupakan salah satu bentuk pengamalan dari ajaran ini.

Disebutkan pula bahwa Tat Twam Asi (Ia adalah engkau) sangat berkaitan dengan susila yang dalam Babad Bali disebutkan mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama. Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan. 

Umat Sedharma yang berbahagia. Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.

Bentuk Ajaran Tat Twam Asi

Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Wujud nyata/riil dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan.

Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan (kama) manusia yang bersangkutan. Manusia sebagai makhluk hidup itu banyak jenis, sifat, dan ragamnya. Misalnya, manusia sebagai makhluk, individu, sosial, religius, ekonomis, budaya, dan yang lainnya. Semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisinya serta keterbatasan yang dimilikinya. Terbayang, betapa susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Disinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. 

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan ini. Semua di antara kita ini tahu bahwa berat dan ringan Rwabhineda itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya. Demikian adanya, maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu sering tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.

Misalnya: bila seorang anak mendapat halangan/kecelakaan sehingga merasa sedih, rasa sedih yang diderita oleh anak yang bersangkutan juga dirasakan oleh orang tuanya. Demikian juga yang lainnya akan selalu dirasakan secara kebersamaan/sosial oleh masing-masing individu yang bersangkutan. Jiwa sosial ini seharusnya diresapi dengan sinar-sinar kesusilaan tuntunan Tuhan dan tidak dibenarkan dengan jiwa kebendaan semata. 

Ajaran Tat Twan Asi selain merupakan jiwa filsafat sosial, juga merupakan dasar dari tata susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan rukun diantara sesama makhluk hidup lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh.

Umat Sedharma yang berbahagaia. Jadi kesimpulannya, bila ajaran Tat Twam Asi dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara menyeluruh dan sungguh-sungguh, dalam sifat dan prilaku kita, maka kehidupan ini akan menjadi sangat harmonis. Satu dengan yang lainnya diantara kita dapat hidup saling menghormati, mengisi dan damai.

Demikianlah ajaran Tat Twam Asi patut kita pedomi, cermati dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Baiklah hanya itu yang dapat saya sampaikan pada hari ini, jika ada salah kata dalam penyampaian, saya mohon maaf. Tan Hana Wang Swasta Anulus. 

Om Santih, Santih, Santih Om.

Ni Kadek Ary Murdaningsih, S.Ag, M.Ag

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA