Bagaimana proses memanfaatkan angin menjadi listrik?

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

KOMPAS.com – Energi angin adalah salah satu sumber energi terbarukan yang terbentuk dari rotasi bumi dan akibat perbedaan tekanan. Jenis energi ini rupanya telah dimanfaatkan manusia sejak dulu.

Menurut publikasi ilmiah yang diterbitkan Journal of American Science, energi angin pertama kali dimanfaatkan untuk menggerakkan perahu oleh bangsa Mesir pada 5000 sebelum masehi (SM).

Seiring berkembangnya zaman, energi angin digunakan untuk berbagai hal termasuk kincir angin untuk irigasi dan penggilingan.

Pemanfaatan energi angin untuk menggerakkan kincir angin untuk rigasi dan penggilingan pertama kali dilakukan oleh bangsa Asia, khususnya bangsa Persia, pada abad ke-7.

Baca juga: Inspirasi Energi: PLTB Lepas Pantai Bakal Serap Tenaga Kerja 3 Kali Lipat pada 2030

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kincir angin yang hanya digunakan untuk keperluan pertanian, penggilingan, dan irigasi dikembangkan untuk menghasilkan listrik.

Kincir angin yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik biasanya disebut sebagai turbin angin. Sejarah mencatat, turbin angin pertama kali dibuat oleh Pour La Cour pada abad ke-19 di Denmark untuk pembangkitan listrik di daerah yang terpencil.

Lantas, bagaimana cara kerja turbin angin?

Turbin angin merupakan seperangkat teknologi yang mengubah energi angin menjadi energi listrik dalam sistem pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).

Baca juga: Inspirasi Energi: Apa Itu Kilang Minyak? Ini Penjelasannya

Secara sederhana dan ringkas, turbin angin memiliki beberapa bagian inti yakni bilah, poros, generator, dan tiang penyangga.

Melansir European Wind Energy Association (EWEA), turbin angin mengubah energi kinetik yang dimiliki energi angin menjadi energi mekanik.

Pemanfaatan Energi Angin Sebagai Energi Baru & Terbarukan Pembangkit Listrik di Kampung Bungin

27/12/2016 16:00 Authored By: Administrator

Wilayahnya jauh dari pusat kota dan tepat berada di pesisir pantai Laut Jawa. Itulah sedikit gambaran tentang Kampung Bungin, Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Akses yang cukup sulit dan memakan waktu lama membuat desa itu kerap mengalami pemadaman listrik dalam waktu cukup lama. Apalagi jika memasuki musim penghujan, bisa sampai satu minggu warga sekitar tidak bisa menggunakan energi listrik yang disalurkan perusahaan negara.

Di balik kendala listrik, desa itu memiliki potensi yang tidak dimiliki dae­rah lain. Ya, Kampung Bungin memiliki sumber angin yang banyak dan belum termanfaatkan. Melihat hal tersebut, Head of Fluid and Thermodinamycs Research Center, Tropical Renewable Energy Center (TREC), Adi Surjosatyo segera mengaplikasikan idenya untuk membangun turbin angin sekaligus instalasi penyaluran energi listriknya. September 2014, tiang turbin angin beserta instalasinya terpasang dengan bantuan ruang penyimpanan baterai di rumah ketua rukun tetangga (RT) setempat, Basir.

“Ada saja angin, mungkin karena di pesisir dan tidak terlindung sehingga laju angin cukup besar. Kalau ba­terainya enggak lemah, bisa dipakai terus energi listriknya, tetapi kalau tegangannya sudah mencapai angka 20 volt, saya charge dulu hingga 10 jam,” kata Ketua RT 01 Kampung Bungin, Basir, saat dihubungi melalui telepon dengan suara gemuruh angin yang cukup besar, Kamis (30/7).

Sebelumnya, energi listrik yang tersimpan pada baterai akan disalurkan ke rumah menggunakan inverter. Namun, karena masih dalam skala kecil, hanya rumah Basir dan dua tetangga lain yang mendapat aliran listrik, ditambah dengan dua lampu penerangan jalan.

Basir mengaku sangat terbantu oleh energi baru terbarukan itu dan berharap agar masuk turbin angin dengan skala lebih besar lagi. Pekerjaan warga yang sebagian besar nelayan butuh melakukan pengisian ulang baterai kapal.

Kecepatan angin di Kampung Bungin yang mencapai angka 12 meter per detik membuat Adi yakin untuk memanfaatkannya menjadi energi listrik. Dua tahun mondar-mandir mengurusi kemantapan teknologi tersebut menghasilkan satu simpulan, tak hanya eksekusi tetapi juga perawatan dan juga pelayanan harus tetap diperhatikan.

Adi yang kini dibantu Andrie Novera dari Research Center for Climate Change (RSCCC) Universitas Indonesia (UI) ingin mengembangkan turbin angin lainnya dengan dana bantuan yang didapat dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF).

“Kira-kira pasang sekitar empat tower lagi dan penempatannya dicoba yang agak jauh dari permukiman. Kalau sekarang ini, kapasitas energi listrik yang didapat 500 wattpeak (saat maksimum). Ingin berikan terang lebih banyak. Bentangan instalasi listrik mungkin bisa sampai jarak 15 meter,” tukas Adi.

Tak sekadar memberi jalan keluar, pihaknya yang juga bekerja sama dengan dua lembaga lainnya ingin memberikan efek domino bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dengan penyebarluasan keterampilan teknologi sehingga masyarakat sekitar mampu mengawasi dan memberikan perawatan kepada aset tersebut. Saat kapasitas yang dihasilkan lebih besar, dapat membantu ketersediaan energi yang digunakan nelayan saat melaut.

Teknologi yang dikembangkan UI itu rupanya banyak dilirik pemerintah daerah, salah satunya dari Timor Tengah Selatan yang tertarik me­ngumpulkan angin di wilayah mereka supaya bisa membuat masyarakat sekitar menjadi produktif.

“Energi alternatif itu kan sebenarnya melihat kearifan lokal yang lalu diolah menjadi lebih bermanfaat,” tambah Andrie.

Terlebih teknologi itu tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Hanya berupa pengecekan untuk mengetahui kelayakan tiang menara yang dapat dilakukan sebulan sekali. (Wnd/M-3)

Artikel yang dimuat dalam web ini adalah bagian dari Program Insentif Promosi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Dosen FTUI di Media Massa.

Sumber: mediaindonesia.com

Penulis: Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M.Eng.

JAKARTA - Bagaimana cara kerja kincir angin? Pertanyaan tersebut kerap kali ditemui siswa saat belajar di bangku sekolah dasar. Kincir angin menjadi salah satu sumber energi listrik alternatif yang umum dimanfaatkan.

Umumnya, kincir angin digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) (PLTB). Kincir angin digunakan untuk mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik.

Kincir angin cocok digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil dan memiliki tiupan angin yang kencang serta stabil. Secara umum, sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor.

Baling-baling pada kincir angin menangkap hembusan angin dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.Lantas, bagaimana cara kerja kincir angin sebagai sumber energi listrik?

Secara sederhana, angin yang dihasilkan setiap waktunya digunakan untuk memutar turbin atau kincir angin. Ketika turbin atau kincir berputar, dorongan dari putaran tersebut dapat diteruskan untuk memutar salah satu bagian pada generator yaitu rotor di belakang kincir angin.

Baca juga: Indahnya Kebun Angin, Lokasi Wisata Laris Manis untuk Swafoto di Jeneponto

Selanjutnya dari tahap tersebut, energi listrik dapat dihasilkan. Namun, sebelum energi listrik yang telah dihasilkan dapat digunakan, alangkah baiknya jika energi listrik tersebut tadi disimpan di dalam baterai.

Baca juga: Tak Perlu Jauh-Jauh ke Belanda, Sukabumi Bakal Punya Wisata Kincir Angin

Secara luas masyarakat Indonesia memanfaatkan energi angin untuk pembangkit listrik.Dengan cara kerjanya yang sederhana bisa dilakukan oleh siapapun, terlebih lagi bagi masyarakat atau pemerintah daerah yang lokasinya berada di pesisir pantai.

Selain dapat digunakan bagi para masyarakat di pesisir, di daerah tertentu kincir angin juga dimanfaatkan untuk membantu para petani tambak garam. Kincir angin kerap digunakan sebagai penggerak atau motor dalam memompa air baik di kawasan tambak garam.

Selain itu, energi alternatif ini juga dimanfaatkan oleh petani di sawah untuk membantu dalam pengairan atau irigasi di sawah sebagai motor pompa air.

Banyak sekali bukan manfaat dari kincir angin. Mudah bukan cara kerja kincir angin? Dengan artikel ini, diharapkan mampu membantu para orang tua menemani anak dalam belajar.

Baca juga: Berswafoto di Taman Bunga ala Negeri Kincir Angin sambil Menikmati Keindahan Danau Rawa Pening

  • #Kincir Angin
  • # cara kerja kincir angin
  • # bagaimana cara kerja kincir angin

Kincir Angin. Foto: shutterstock

Kebutuhan akan listrik yang terus meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan yang semakin terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Salah satu sumber energi yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik adalah energi angin.

Pemanfaatan energi angin sangat cocok di Indonesia, mengingat negara ini beriklim tropis dan memiliki potensi sumber daya angin. Di sejumlah tempat, pembangkit listrik tenaga angin disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Bayu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti angin.

Baca juga: Tas Laptop Elegan dari Limbah Ban

PLTB menggunakan alternator yaitu alat untuk mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Dalam penggunaannya alternator atau dinamo dimodifikasi beberapa tahap hingga mendapatkan hasil yang ekonomis dan efisien.

Alat tersebut juga berfungsi untuk membangkitkan arus listrik dengan cara memutar magnet listrik di dalam kumparan stator. Generator yang digunakan adalah alternator mobil dengan daya maksimum hingga 300 watt. Modifikasi ini bertujuan untuk menghasilkan inovasi yang dapat bekerja pada putaran rendah hingga. Meskipun dalam kecepatan angin rendah pun, alternator dapat menghasilkan tegangan dan arus.

Alternator atau dinamo membantu menggerakkan turbin. Foto: shutterstock

Sejumlah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Aceh, meneliti pemanfaatan energi angina untuk menggerakkan turbin. Inovasi ini juga dirancang agar dapat menghasilkan energi listrik melalui generator elektris.

Dalam pemanfaatan energi angin, dilakukan beberapa tahapan yakni merancang turbin dan memodifikasi alternator menjadi alat berkecepatan rendah. Dinamo tersebut dapat mengeluarkan tegangan listrik dengan memanfaatkan energi angin. Dengan kecepatan angin sebesar 3 hingga 7,1 meter per detik, kincir angin dapat berputar 50 sampai 500 rotasi per menit. Sementara tegangan yang keluar maksimal sebesar 12,37 volt.

Baca juga: Ladang Tenaga Surya yang Ramah Penyerbuk

Kincir angin yang bergerak dapat memutar rotor atau kontak untuk kemudian diteruskan ke sistem kinerja pembangkit tenaga angin. Hasilnya akan diperoleh suatu energi dari putaran tersebut. Prinsip dasar kincir angin adalah mengonversi energi mekanik dari putaran menjadi energi listrik dengan induksi elektro magnetik.

Penulis: Mega Anisa

angin, energi listrik, pembangkit listrik tenaga bayu, PLTB, Tenaga Angin

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA