Apa saja peran guru terhadap perkembangan anak didik? Berstatus sebagai pendidik, guru memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kualitas siswa-siswanya. Guru memiliki peran yang amat besar terhadap perkembangan anak didik. Interaksi yang berlangsung cukup lama di antara keduanya membuka kesempatan ini secara luas. Beberapa peran yang mengikuti status guru sebagai pendidik tersebut antara lain: 1. Mengembangkan bakat anak didik Salah satu peran guru adalah mengembangkan bakat anak didik. Pada umumnya, anak-anak masih belum memahami atau menyadari bakatnya yang sesungguhnya. Guru adalah orang yang paling ideal untuk mengenali bakat tersebut karena setiap hari memantau perkembangan dan kemampuan anak di ruang belajar. 2. Memberikan nasihat yang bijak Peran guru lainnya adalah sebagai penasihat yang bijak. Anak didik bisa diibaratkan sebagai anak sendiri yang masih membutuhkan arahan dan bimbingan. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, guru harus bisa menyampaikan nasihat-nasihat yang tepat dan bernilai moral. 3. Sebagai panutan yang bisa diteladani Guru bukan hanya pandai menyampaikan teori-teori, tetapi juga harus bisa melakukannya dalam keseharian. Dalam hal ini, guru berperan sebagai panutan yang bisa diteladani oleh anak didik. Contoh seperti ini akan lebih mudah ditiru dan dilakukan oleh anak didik daripada sekadar instruksi atau imbauan tertentu. 4. Melatih anak didik supaya menjadi ahli Peran guru lainnya adalah menjadi pelatih yang efektif bagi anak didik. Guru harus mampu mengetahui cara untuk memotivasi anak supaya tidak murah menyerah dalam proses latihan tersebut. Keberhasilan anak sebagian juga ditentukan oleh latihan yang benar dan terus-menerus. 5. Mengevaluasi perkembangan anak didik Selain menyampaikan materi pelajaran, guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan evaluasi siswa. Dengan peran ini, guru dapat memantau perkembangan anak didik. Khusus bagi siswa yang dianggap belum mampu, guru pun mengetahui solusi terbaik untuk mendongkrak kemampuannya. Cara yang digunakan bisa dalam bentuk mengulang materi atau mengubah metode ajar. Nah, inilah beberapa peran guru yang sangat penting dalam perkembangan anak didik. Berbagai inspirasi lainnya seputar dunia pendidikan juga dapat Anda simak di Primaindisoft. Dapatkan Membership gratis dengan mendaftar sebagai Membership Guru. Dapatkan akses unlimited game pembelajaran, video tutorial yang menarik, latihan soal dan ujian, video online, materi pelajaran yang bisa didownload dan dicetak, dengan menjadi member Premium kami. Daftar di sini
Penelitian ini membahas tentang sebuah fenomena kecerdasan manusia yang beraneka ragam jenisnya, yang pada dekade terakhir banyak diperbincangkan orang, yakni kecerdasan manusia berdimensi ganda, baik yang berupa kecerdasan intelektual [Gardner, 1993], maupun kecerdasan emosional [Goleman, 1995]. Satiadarma dan Waruwu [2003] menyatakan, dalam dunia pendidikan yang terjadi selama ini dan bahkan selama bertahun-tahun dirasakan adanya pengejaran terhadap aspek-aspek kognitif sebagai anak emas. Guru dalam berbagai perbincangannya senantiasa membicarakan kepandaian anak atau kecerdasan anak yang hanya menekankan pada aspek intelektual dan prestasi akademik saja. Sementara di sisi lain terjadi kemerosotan dan kekurangwaspadaan terhadap perkembangan aspek sosial dan emosional anak. Temuan Priyo [2001] dalam disertasinya mengungkapkan, bahwa dalam interaksi pembelajaran yang bersifat kognitifpun, terdapat banyak tindakan di dalam kelas yang melibatkan emosi guru, di sisi lain banyak juga tindakan siswa di dalam kelas yang mencerminkan keadaan emosinya. Oleh karena itu, mestinya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dikemas dengan tidak hanya melibatkan kemampuan intelektual saja, melainkan juga mengedepankan kemampuan dan perilaku yang mencerminkan kondisi kecerdasan emosional, sehingga hubungan antara guru dan siswa menjadi seimbang dan terciptalah hubungan pembelajaran transaksional. Karena itu, kedua aspek kecerdasan ini hendaknya dikembangkan dalam dunia pendidikan secara bersama-sama, sehingga lulusan sekolah yang dihasilkan, tidak hanya memahami dan mengerti tentang pengetahuan kognitif dan akademik belaka, tetapi mereka juga memiliki kemampuan dalam aspek kecerdasan emosional, sehingga mampu mengenal emosi diri, mengelola emosi diri, mampu memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Seiring dengan kesadaran tersebut, Sekolah Dasar [SD] Islam Roushon Fikr yang terletak di kota Jombang, Jawa Timur mulai mengupayakan usaha-usaha untuk menggarap program pendidikan terkait dengan layanan guru dalam proses pembelajaran yang mampu mengembangkan perilaku siswa terkait dengan kecerdasan emosional. Berdasarkan pada studi pendahuluan dan data dari beberapa referensi di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa di SD Islam Roushon Fikr Jombang, yang meliputi: 1]. Tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap kemampuan siswa mengenal emosi diri, 2]. Tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap kemampuan siswa mengelola emosi diri, 3]. Tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap kemampuan siswa memotivasi diri sendiri, 4]. Tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap kemampuan siswa mengenal emosi orang lain, dan 5]. Tindakan guru dalam pembelajaran yang berkontribusi terhadap kemampuan siswa menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan dalam perkembangan setelah mengumpulkan data, menganalisis, dan mengidentifikasi, muncul fokus kedua sebagai temuan penelitian tambahan, yaitu peristiwa spontan dalam pembelajaran yang langsung direspon oleh guru, dan peristiwa dalam pembelajaran yang berpeluang untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa, tetapi diabaikan atau tidak direspon langsung oleh guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif ethnografi dengan rancangan studi kasus. Data penelitian berupa hasil pengamatan tindak pembelajaran guru dan perilaku siswa serta wawancara dari para informan. Instrumen utama pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dengan model interaktif, yang terdiri atas: 1]. Reduksi data, 2]. Penyajian data, dan 3]. Penarikan kesimpulan. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa tindak pembelajaran yang dilakukan oleh subyek penelitian [guru al Islam, Bahasa Indonesia, Sains, dan IPS kelas I, II, dan III] SD Islam Roushon Fikr Jombang, memiliki kontribusi terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa, yang berupa: 1]. Kemampuan siswa mengenal emosi diri, tindakan guru meliputi: menanyakan kabar atau keadaan siswa pada saat pembelajaran, dan meminta siswa menceritakan perasaan pada waktu kecil secara kronologis; 2]. Kemampuan siswa mengelola emosi diri, tindakan guru meliputi: mengajak siswa berbaris dengan rapi dan masuk ke dalam kelas secara bergiliran, meminta siswa antri dan tidak berebutan dalam mengumpulkan tugas, dan guru meminta siswa mengerjakan soal dengan hati-hati, sabar, dan menjaga buku supaya tidak kotor; 3]. Kemampuan siswa memotivasi diri sendiri, yang meliputi tindakan guru menjelaskan manfaat atau kegunaan dari pelajaran yang diajarkan, dan memberi nasihat akan pentingnya belajar yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri, secara bertahap dengan cara meminta siswa untuk keluar kelas, maupun meminta siswa maju ke depan untuk menunjukkan hasil kerjanya; 4]. Kemampuan siswa mengenal emosi orang lain, yakni guru menanyakan kemana siswa tidak masuk, meminta siswa menyimak dan menghargai teman yang sedang bercerita, dan guru bersikap ”diam” ketika melihat siswa yang membuat gaduh; dan 5]. Kemampuan siswa menjalin hubungan dengan orang lain, tindakan guru meliputi: mengajak siswa untuk belajar kelompok, meminta siswa mengumpulkan tugas secara berantai, dan guru meminta siswa melakukan simulasi atau bermain peran dalam pembelajaran. Berkaitan dengan fokus kedua, terdapat peristiwa spontan dalam pembelajaran yang langsung direspon oleh guru, dan adanya peluang untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa, yang diabaikan oleh guru. Beberapa saran perlu peneliti sampaikan kepada: 1]. Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan: a. Mengadakan perubahan orientasi kerangka pikir pembelajaran dengan selalu menggandengkan pengembangan kecerdasan emosional sebagai soft skills, di samping tercapainya hard skills dalam wujud pesan bidang studi melalai upaya pembelajaran yang mendidik, dan b. Membekali mahasiswa dengan wawasan kependidikan guru yang mendalam sebagai implicit teories of teaching, yang bisa digunakan untuk mengelola pembelajaran terkait dengan tercapainya instructional goal maupun nurturant effect; 2]. Para Ahli Psikologi Pendidikan: menciptakan suatu pola pelatihan beserta instrumen indikatornya tentang pengembangan kecerdasan emosional, baik melalui kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler, dan b. Mengembangkan strategi khusus melalui penekanan terhadap aspek praktis-interaktif dalam pembelajaran kelompok, yang memiliki kontribusi bagi pengembangan kecerdasan emosional siswa; dan 3]. Peneliti Berikutnya: a. Melakukan penelitian lanjut tentang pengembangan kecerdasan emosional siswa, baik menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitataif dengan rancangan model multi kasus ataupun multi situs, dan b. Menindaklanjuti penelitian dengan menyelenggarakan studi yang sama pada setting yang berbeda, sehingga lebih memperkaya temuan penelitian. Page 2
Video yang berhubungan |