Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir

Keragaman fisik pada setiap daerah dapat dikaji berdasarkan kondisi geomorfologi, geologi, hidrologi, dan sebagainya. Kondisi fisik suatu daerah juga mempengaruhi adanya perbedaan mata pencaharian dari masyarakat disekitarnya. Karena aspek fisik dan aspek non fisik (manusia atau sosial-ekonomi) saling berkaitan. Kehidupan manusia di permukaan bumi dipengaruhi oleh bentang alam dan sosialnya. Manusia termasuk ke dalam salah satu mahluk hidup yang paling aktif dalam mempengaruhi berinteraksi terhadap lingkungan. Hal ini terlihat dari aktivitas manusia yang mampu mengubah kondisi dari lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Adanya keterkaitan antara manusia dan lingkungan tersebut menghasilakan suatu kegiatan seperti kegiatan sosial-ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kondisi fisik pantai Pancer terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kondisi fisik Pantai Pancer mempengaruhi mata pencaharian masyarakat mayoritas sebagai nelayan. Sehingga kondisi sosial-ekonomi masyarakat masih tergolong berada pada garis kemiskinan yang tinggi.



References:


Akbar, T., Huda, M., 2017. Nelayan, Lingkungan, dan Perubahan Iklim (Studi terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pesisir di Kabupaten Malang). Wahana. Volume 68 (1). Hlm 27-38.


Harmadi, H. B., 2014. Nelayan Kita. Kompas, 19 November 2014.


Ikhsan, F.A., 2018. Pengantar Filsafat Geografi: Aplikasi Berpikir Geografi, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.


Ikhsan, F. A., 2019. Pengantar Pembelajaran Riset Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Kurnianto, Fahmi Arif et al. The Environment Analysis of Population Growth, Unemployment, and Poverty Level in Maesan District Bondowoso Regency. Geosfera Indonesia, [S.l.], v. 3, n. 2, p. 113-121, aug. 2018. ISSN 2614-8528. Available at: <https://jurnal.unej.ac.id/index.php/GEOSI/article/view/8439>. Date accessed: 17 june 2019. doi: https://doi.org/10.19184/geosi.v3i2.8439.


Moleong, Lexy, J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.


Nurdin, E. A., F. A. Ikhsan, B. Apriyanto, dan F. A. Kurnianto. 2018. Demographic factors influence on population added in sumbersari jember district. Geosfera Indonesia


Rukhidah, Rr., Sukedi. 2014. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Kor Gabungan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.


Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


Wasak. 2012. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Desa Kinabuhutan Kecmatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Pacific Journal. Vol 1 (7). Hlm 1339.


Yunita, E., Pargito, Sinaga, R. M., 2018. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Pantai Labuhan Jukung Krui Pasca Terbentuknya Kabupaten Pesisir Barat. Jurnal Studi Sosial. Vol. 6 (1). Hlm 1-10.

Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir

Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir
Lihat Foto

KOMPAS.com/Gischa Prameswari

Ilustrasi kondisi geografis daerah pantai, daratan, dan pegunungan

KOMPAS.com - Kondisi geografis suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor atau aspek, misalnya kenampakan alam dan letak wilayahnya. Perbedaan kondisi geografis membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakatnya.

Sebagai contoh, kondisi geografis dapat memengaruhi jenis pekerjaan, kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Dilansir dari situs resmi Desa Kertamulya, Kabupaten Bandung Barat, kondisi geografis merupakan kondisi atau keadaan suatu wilayah, dilihat dari berbagai aspek geografis yang ada.

Bagaimana kondisi geografis lingkungan di tempat tinggalmu? Secara garis besar, kondisi geografis berdasarkan wilayahnya dapat dibagi menjadi tiga, yakni daerah pantai, daratan, serta pegunungan.

Ketiga jenis daerah ini memiliki kondisi geografis yang berbeda satu sama lain. Berikut penjelasannya:

Kondisi geografis daerah pantai

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), kondisi geografis daerah pantai termasuk dalam dataran rendah. Pantai memiliki iklim yang cenderung panas, sedangkan untuk curah hujannya bisa dikatakan tergolong tinggi, tergantung pada musimnya.

Baca juga: Dampak Positif dan Negatif Letak Geografis Indonesia terhadap Sosial Masyarakat

Pantai berhubungan langsung dengan laut yang kaya akan sumber daya ikannya. Maka tak heran jika kondisi geografis daerah pantai berpengaruh pada pekerjaan warga sekitar. Contoh pekerjaannya adalah nelayan, wirausaha, penyedia jasa wisata, dan masih banyak lagi.

Tanah di daerah pantai tidak cocok digunakan untuk pertanian karena kurang subur. Dalam buku Kelembagaan Pertanian dan Perikanan dalam Rangka Ketahanan Pangan (2015) karya M. J. Saptenno dan J. Tjiptabudy, disebutkan jika kawasan sekitar pantai lebih sesuai digunakan untuk perikanan.

Selain itu, kawasan pantai lebih cocok dimanfaatkan sebagai kawasan pertambakan dan wisata, sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan ini.

Kondisi geografis daerah daratan

Daratan di Indonesia bisa dibagi menjadi beberapa kawasan, seperti dataran tinggi, dataran rendah, pegunungan, lembah, dan gunung. Kelima daratan ini memiliki kondisi geografis yang berbeda.

Dataran tinggi memiliki iklim yang cenderung dingin dan sering berkabut, begitu pula dengan kawasan pegunungan dan gunung.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sebagian wilayah berupa pesisir pantai, terletak di bagian Utara pulau Jawa, Jawa Timur. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1,2 juta jiwa. Memiliki panjang wilayah pantai di Kabupaten Tuban sekitar 65 km, yang membentang dari arah Timur di Kecamatan Palang sampai arah Barat di Kecamatan Bancar. Kabupaten Tuban mempunyai letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Pantura (Daendels) di Pantai Utara dengan sebagian wilayah berupa pesisir. Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Rembang di sebelah barat, Lamongan di sebelah timur, dan Bojonegoro di sebelah selatan. 

Wilayah Tuban memiliki beberapa daerah yang berupa pesisir pantai, wilayah ini merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan para nelayan laut. Wilayah transisi antara ekosistem darat dan ekosistem laut ini memiliki berbagai keunikan ekosistem dan ciri khas dalam kondisi fisik, sosial, dan ekonomi sehingga kaya akan sumber daya alam. Selain itu, wilayah pesisir pantai memiliki pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan (pariwisata dan lain-lain) untuk kesejahteraan manusia dan penting sebagai pelayaran para nelayan.

Sumber daya wilayah pesisir pantai terdiri dari unsur-unsur hayati (makhluk hidup) dan non-hayati (benda mati) yang terdapat di wilayah laut dan sebagainya. Unsur hayati ini terdiri atas ikan, pohon mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan biota lainnya. Adapun unsur non-hayati terdiri dari sumber daya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam air, dan di dasar laut, seperti minyak bumi dan gas, pasir, dan batu-batuan. Masyarakat sekitar juga memiliki beberapa mata pencaharian lain selain nelayan, diantaranya adalah bertani, berkebun, berdagang, industri pengolahan dan pertambangan. Sejauh ini usaha masyarakat sekitar yang cukup berkembang antara lain adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur.

Berbagai macam bentuk aktivitas dan pemanfaatan di wilayah pesisir pantai yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem pantai. Dewasa ini, kondisi wilayah kepesisiran semakin mengkhawatirkan. Hampir di sepanjang pantai utara Jawa ekosistem terumbu karang dan mangrove atau tanaman pantai lainnya sudah rusak, sehingga hempasan ombak menerjang rumah-rumah penduduk dan jalan raya. Hal ini tentu akan menghawatirkan dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti yang terjadi di wilayah kepesisiran Tuban.

Bisa kita lihat di sepanjang wilayah pesisir pantai wilayah Tuban banyak terdapat infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, diantaranya adalah jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur-Jawa Barat, pelabuhan, terminal bus,  pergudangan, industri, pasar, permukiman penduduk, dan pariwisata.

Berdasarkan fenomena diatas, perlu adanya upaya untuk menanggulangi agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai macam pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab di wilayah pesisir pantai dapat diminimalkan. 

Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dan ekosistem pantai antara lain: 

1. Menyediakan tempat untuk membuang sampah dan memperkejakan tukang sampah yang cukup di pantai. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya orang membuang sampah sembarangan. 

2. Melakukan reklamasi atau reboisasi laut dengan cara menanam pohon mangrove, Cemara atau lainnya di sepanjang pesisir pantai. 

3. Memberikan sangsi bagi para pengunjung yang membuang sampah sembarangan atau mengotori lingkungan dan ekosistem pesisir pantai. 

4. Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar dan para pengunjung dengan spanduk di sekitar pantai mengenai menjaga kebersihan pantai.


Page 2

Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sebagian wilayah berupa pesisir pantai, terletak di bagian Utara pulau Jawa, Jawa Timur. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1,2 juta jiwa. Memiliki panjang wilayah pantai di Kabupaten Tuban sekitar 65 km, yang membentang dari arah Timur di Kecamatan Palang sampai arah Barat di Kecamatan Bancar. Kabupaten Tuban mempunyai letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Pantura (Daendels) di Pantai Utara dengan sebagian wilayah berupa pesisir. Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Rembang di sebelah barat, Lamongan di sebelah timur, dan Bojonegoro di sebelah selatan. 

Wilayah Tuban memiliki beberapa daerah yang berupa pesisir pantai, wilayah ini merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan para nelayan laut. Wilayah transisi antara ekosistem darat dan ekosistem laut ini memiliki berbagai keunikan ekosistem dan ciri khas dalam kondisi fisik, sosial, dan ekonomi sehingga kaya akan sumber daya alam. Selain itu, wilayah pesisir pantai memiliki pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan (pariwisata dan lain-lain) untuk kesejahteraan manusia dan penting sebagai pelayaran para nelayan.

Sumber daya wilayah pesisir pantai terdiri dari unsur-unsur hayati (makhluk hidup) dan non-hayati (benda mati) yang terdapat di wilayah laut dan sebagainya. Unsur hayati ini terdiri atas ikan, pohon mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan biota lainnya. Adapun unsur non-hayati terdiri dari sumber daya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam air, dan di dasar laut, seperti minyak bumi dan gas, pasir, dan batu-batuan. Masyarakat sekitar juga memiliki beberapa mata pencaharian lain selain nelayan, diantaranya adalah bertani, berkebun, berdagang, industri pengolahan dan pertambangan. Sejauh ini usaha masyarakat sekitar yang cukup berkembang antara lain adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur.

Berbagai macam bentuk aktivitas dan pemanfaatan di wilayah pesisir pantai yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem pantai. Dewasa ini, kondisi wilayah kepesisiran semakin mengkhawatirkan. Hampir di sepanjang pantai utara Jawa ekosistem terumbu karang dan mangrove atau tanaman pantai lainnya sudah rusak, sehingga hempasan ombak menerjang rumah-rumah penduduk dan jalan raya. Hal ini tentu akan menghawatirkan dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti yang terjadi di wilayah kepesisiran Tuban.

Bisa kita lihat di sepanjang wilayah pesisir pantai wilayah Tuban banyak terdapat infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, diantaranya adalah jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur-Jawa Barat, pelabuhan, terminal bus,  pergudangan, industri, pasar, permukiman penduduk, dan pariwisata.

Berdasarkan fenomena diatas, perlu adanya upaya untuk menanggulangi agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai macam pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab di wilayah pesisir pantai dapat diminimalkan. 

Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dan ekosistem pantai antara lain: 

1. Menyediakan tempat untuk membuang sampah dan memperkejakan tukang sampah yang cukup di pantai. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya orang membuang sampah sembarangan. 

2. Melakukan reklamasi atau reboisasi laut dengan cara menanam pohon mangrove, Cemara atau lainnya di sepanjang pesisir pantai. 

3. Memberikan sangsi bagi para pengunjung yang membuang sampah sembarangan atau mengotori lingkungan dan ekosistem pesisir pantai. 

4. Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar dan para pengunjung dengan spanduk di sekitar pantai mengenai menjaga kebersihan pantai.


Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir

Lihat Ilmu Alam & Teknologi Selengkapnya


Page 3

Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sebagian wilayah berupa pesisir pantai, terletak di bagian Utara pulau Jawa, Jawa Timur. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1,2 juta jiwa. Memiliki panjang wilayah pantai di Kabupaten Tuban sekitar 65 km, yang membentang dari arah Timur di Kecamatan Palang sampai arah Barat di Kecamatan Bancar. Kabupaten Tuban mempunyai letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Pantura (Daendels) di Pantai Utara dengan sebagian wilayah berupa pesisir. Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Rembang di sebelah barat, Lamongan di sebelah timur, dan Bojonegoro di sebelah selatan. 

Wilayah Tuban memiliki beberapa daerah yang berupa pesisir pantai, wilayah ini merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan para nelayan laut. Wilayah transisi antara ekosistem darat dan ekosistem laut ini memiliki berbagai keunikan ekosistem dan ciri khas dalam kondisi fisik, sosial, dan ekonomi sehingga kaya akan sumber daya alam. Selain itu, wilayah pesisir pantai memiliki pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan (pariwisata dan lain-lain) untuk kesejahteraan manusia dan penting sebagai pelayaran para nelayan.

Sumber daya wilayah pesisir pantai terdiri dari unsur-unsur hayati (makhluk hidup) dan non-hayati (benda mati) yang terdapat di wilayah laut dan sebagainya. Unsur hayati ini terdiri atas ikan, pohon mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan biota lainnya. Adapun unsur non-hayati terdiri dari sumber daya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam air, dan di dasar laut, seperti minyak bumi dan gas, pasir, dan batu-batuan. Masyarakat sekitar juga memiliki beberapa mata pencaharian lain selain nelayan, diantaranya adalah bertani, berkebun, berdagang, industri pengolahan dan pertambangan. Sejauh ini usaha masyarakat sekitar yang cukup berkembang antara lain adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur.

Berbagai macam bentuk aktivitas dan pemanfaatan di wilayah pesisir pantai yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem pantai. Dewasa ini, kondisi wilayah kepesisiran semakin mengkhawatirkan. Hampir di sepanjang pantai utara Jawa ekosistem terumbu karang dan mangrove atau tanaman pantai lainnya sudah rusak, sehingga hempasan ombak menerjang rumah-rumah penduduk dan jalan raya. Hal ini tentu akan menghawatirkan dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti yang terjadi di wilayah kepesisiran Tuban.

Bisa kita lihat di sepanjang wilayah pesisir pantai wilayah Tuban banyak terdapat infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, diantaranya adalah jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur-Jawa Barat, pelabuhan, terminal bus,  pergudangan, industri, pasar, permukiman penduduk, dan pariwisata.

Berdasarkan fenomena diatas, perlu adanya upaya untuk menanggulangi agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai macam pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab di wilayah pesisir pantai dapat diminimalkan. 

Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dan ekosistem pantai antara lain: 

1. Menyediakan tempat untuk membuang sampah dan memperkejakan tukang sampah yang cukup di pantai. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya orang membuang sampah sembarangan. 

2. Melakukan reklamasi atau reboisasi laut dengan cara menanam pohon mangrove, Cemara atau lainnya di sepanjang pesisir pantai. 

3. Memberikan sangsi bagi para pengunjung yang membuang sampah sembarangan atau mengotori lingkungan dan ekosistem pesisir pantai. 

4. Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar dan para pengunjung dengan spanduk di sekitar pantai mengenai menjaga kebersihan pantai.


Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir

Lihat Ilmu Alam & Teknologi Selengkapnya


Page 4

Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sebagian wilayah berupa pesisir pantai, terletak di bagian Utara pulau Jawa, Jawa Timur. Wilayah ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1,2 juta jiwa. Memiliki panjang wilayah pantai di Kabupaten Tuban sekitar 65 km, yang membentang dari arah Timur di Kecamatan Palang sampai arah Barat di Kecamatan Bancar. Kabupaten Tuban mempunyai letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Pantura (Daendels) di Pantai Utara dengan sebagian wilayah berupa pesisir. Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Rembang di sebelah barat, Lamongan di sebelah timur, dan Bojonegoro di sebelah selatan. 

Wilayah Tuban memiliki beberapa daerah yang berupa pesisir pantai, wilayah ini merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan para nelayan laut. Wilayah transisi antara ekosistem darat dan ekosistem laut ini memiliki berbagai keunikan ekosistem dan ciri khas dalam kondisi fisik, sosial, dan ekonomi sehingga kaya akan sumber daya alam. Selain itu, wilayah pesisir pantai memiliki pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan (pariwisata dan lain-lain) untuk kesejahteraan manusia dan penting sebagai pelayaran para nelayan.

Sumber daya wilayah pesisir pantai terdiri dari unsur-unsur hayati (makhluk hidup) dan non-hayati (benda mati) yang terdapat di wilayah laut dan sebagainya. Unsur hayati ini terdiri atas ikan, pohon mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan biota lainnya. Adapun unsur non-hayati terdiri dari sumber daya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam air, dan di dasar laut, seperti minyak bumi dan gas, pasir, dan batu-batuan. Masyarakat sekitar juga memiliki beberapa mata pencaharian lain selain nelayan, diantaranya adalah bertani, berkebun, berdagang, industri pengolahan dan pertambangan. Sejauh ini usaha masyarakat sekitar yang cukup berkembang antara lain adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur.

Berbagai macam bentuk aktivitas dan pemanfaatan di wilayah pesisir pantai yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem pantai. Dewasa ini, kondisi wilayah kepesisiran semakin mengkhawatirkan. Hampir di sepanjang pantai utara Jawa ekosistem terumbu karang dan mangrove atau tanaman pantai lainnya sudah rusak, sehingga hempasan ombak menerjang rumah-rumah penduduk dan jalan raya. Hal ini tentu akan menghawatirkan dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti yang terjadi di wilayah kepesisiran Tuban.

Bisa kita lihat di sepanjang wilayah pesisir pantai wilayah Tuban banyak terdapat infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, diantaranya adalah jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur-Jawa Barat, pelabuhan, terminal bus,  pergudangan, industri, pasar, permukiman penduduk, dan pariwisata.

Berdasarkan fenomena diatas, perlu adanya upaya untuk menanggulangi agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai macam pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab di wilayah pesisir pantai dapat diminimalkan. 

Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dan ekosistem pantai antara lain: 

1. Menyediakan tempat untuk membuang sampah dan memperkejakan tukang sampah yang cukup di pantai. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya orang membuang sampah sembarangan. 

2. Melakukan reklamasi atau reboisasi laut dengan cara menanam pohon mangrove, Cemara atau lainnya di sepanjang pesisir pantai. 

3. Memberikan sangsi bagi para pengunjung yang membuang sampah sembarangan atau mengotori lingkungan dan ekosistem pesisir pantai. 

4. Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar dan para pengunjung dengan spanduk di sekitar pantai mengenai menjaga kebersihan pantai.


Bagaimana pengaruh kondisi topografi terhadap kondisi fisik penduduk di wilayah pesisir

Lihat Ilmu Alam & Teknologi Selengkapnya