Bagaimana keterkaitan waktu dengan sejarah jelaskan brainly

Sejarah DPR

Sejarah terbentuknya DPR RI secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga periode:

  1. Volksraad
  2. Masa perjuangan Kemerdekaan
  3. Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.


Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:

  • Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo
  • Wakil Ketua I : Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
  • Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary
  • Wakil Ketua III : Adam Malik



Nr.NamaPeriode
1Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) 29 Aug 1945 – 15 Feb 1950
2DPR dan Senat Republik Indonesia Serikat (RIS)) 15 Feb 1950 – 16 Aug 1950
3Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) 16 Aug 1950 – 26 Mar 1956
4DPR hasil Pemilu Pertama 26 Mar 1956 – 22 Jul 1959
5DPR setelah Dekrit Presiden 22 Jul 1959 – 26 Jun 1960
6Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) 26 Jun 1960 – 15 Nov 1965
7DPR GR minus Partai Komunis Indonesia (PKI) 15 Nov 1965 – 19 Nov 1966
8DPR GR Orde Baru 19 Nov 1966 – 28 Okt 1971
9DPR hasil Pemilu ke-2 28 Okt 1971 – 1 Okt 1977
10DPR hasil Pemilu ke-3 1 Okt 1977 – 1 Okt 1982
11DPR hasil Pemilu ke-4 1 Okt 1982 – 1 Okt 1987
12DPR hasil Pemilu ke-5 1 Okt 1987 – 1 Okt 1992
13DPR hasil Pemilu ke-6 1 Okt 1992 – 1 Okt 1997
14DPR hasil Pemilu ke-7 1 Okt 1997 – 1 Okt 1999
15DPR hasil Pemilu ke-8 1 Okt 1999 – 1 Okt 2004
16DPR hasil Pemilu ke-9 1 Okt 2004 – 1 Okt 2009
17DPR hasil Pemilu ke-10 1 Okt 2009 – 1 Okt 2014
18DPR hasil Pemilu ke-11 1 Okt 2014 – 1 Okt 2019

Peringatan Hari Pahlawan 10 November untuk mengingat pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945.

Peristiwa tersebut diawali insiden perobekan Bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945.

Kemudian Presiden Soekarno memerintahkan untuk gencatan senjata pada 29 Oktober 1945. Pertempuran kembali pecah pada 30 Oktober 1945.

Saat itu rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris. Pada pertempuran tersebut, jumlah kekuatan tentara sekutu sekitar 15.000 pasukan.

Sekitar 6000 rakyat Indonesia pun gugur dalam pertempuran di Surabaya itu. Pertempuran tersebut terjadi selama tiga minggu.

Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu pun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Keputusan itu ditetapkan oleh Presiden Soerkarno. Kala itu Soekarno memutuskan juga menetapkan hari nasional bukan hari libur. Salah satunya yakni Hari Pahlawan 10 November.

Berdasarkan buku Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempor 10 November karya Abdul Waid pertempuran itu dipicu dengan sejumlah hal.

Peristiwa itu bermula setelah terjadinya kekalahan Jepang, kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.

Sejarah Hari Pahlawan:

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, situasi Indonesia belum stabil, saat itu Indonesia masih bergejolak terutama antara rakyat dan tentara asing.

Hari Pahlawan 10 November merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah negara Republik Indonesia.

Karena pada 10 November 1945 terjadi pertempuran besar pascakemerdekaan, yang dikenal juga sebagai pertempuran Surabaya.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.

Gerakan pengibaran bendera tersebut meluas ke seluruh daerah-daerah, salah satunya di Surabaya.

Pada pertengahan September, tentara Inggris mendarat di Jakarta dan mereka berada di Surabaya pada 25 September 1945.

Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tugas mereka adalah melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan.

Hal ini memicu kemarahan warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih.

Mereka protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato dan meminta bendera Belanda diturunkan lalu kibarkan bendera Indonesia.

Pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing, karena Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.

Hingga mengakibatkan Ploegman tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh.

Sejumlah warga ingin masuk ke hotel, tetapi Hariyono dan Koesno Wibowo yang berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih.

Kemudian pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata.

Namun keesokan harinya, kedua pihak bentrok dan menyebabkan Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh milisi.

Melalui Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, ia mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.

Tak hanya itu, mereka pun meminta orang Indonesia menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada pukul 06.00, 10 November 1945.

Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November.

Perang antar kedua kubu berlangsung sekitar tiga minggu. Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya antara lain Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Makna Hari Pahlawan:

Kisah perjuangan rakyat Indonesia sebelum dan pascakemerdekaan muncul dalam buku sejarah pelajaran sekolah mulai dari SD hingga SMA.

Kisah tersebut tak hanya menunjukkan sejarah negara, melainkan juga mengajarkan keteladanan kepada anak-anak Indonesia, seperti kejujuran, kegigihan, pantang menyerah, dan melakukan kewajiban dan hak.

Untuk bisa mengenalkan makna Hari Pahlawan kepada mereka dari kehidupan sehari-hari.

Seperti mempertahankan kemerdekaan dengan belajar tekun, meraih prestasi di bidang yang diminati, menolong teman yang sedang kesusahan, dan membiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, serta tolong kepada orang lain.

Lihat Foto

Dok Penerbit Buku Kompas

Willem Iskander, Ki Hadjar Dewantara, serta Engku Mohammad Syafei tergolong pemikir genius, tekun, gigih, dan pemikirannya jauh ke depan melampaui orang-orang sezamannya.

KOMPAS.com - Dalam mempelajari ilmu sejarah, ada konsep ruang dan waktu.

Konsep ini sangat penting bagi ilmu sejarah karena saling terkait.

Mari kita pahami dulu apa itu ruang dan waktu.

Baca juga: Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Galuh Fiktif, Guru Besar Ilmu Sejarah Angkat Bicara

Konsep Ruang (Dimensi Spasial)

Konsep ruang merupakan lokasi atau tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah.

Konsep ruang atau dimensi spasial dalam mempelajari sejarah memiliki pengertian umum, yaitu:

  • Ruang adalah tempat terjadinya peristiwa sejarah
  • Fokus pada di mana peristiwa itu terjadi

Contoh konsep ruang dalam peristiwa sejarah adalah Perang 5 Hari di Semarang pada bulan Oktober 1945. Semarang menjadi ruang atau tempat terjadinya peristiwa sejarah.

Contoh lain adalah Peristiwa Tiga Daerah yang terjadi di Brebes, Tegal dan Pemalang yang terjadi akibat tidak puasnya masyarakat pada pejabat bekas pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang.

Brebes, Tegal, dan Pemalang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa sejarah.

Baca juga: Pengertian serta Perbedaan antara Kronologi, Kronik, dan Sinkronik

Konsep Waktu (Dimensi temporal)

Konsep waktu dalam sejarah bersifat mutlak, karena suatu peristiwa sejarah akan selalu memiliki unsur waktu yang menjelaskan kapan peristiwa itu terjadi.

Konsep waktu memiliki dua makna di dalamnya, yaitu makna denotatif atau makna sebenarnya dan makna konotatif atau makna subyektif.

Makna denotatif berarti kesatuan waktu seperti detik, menit, jam dan lainnya sesuai fakta apa adanya. Sedangkan konotatif adalah waktu sebagai konsep.

Contohnya adalah zaman Belanda, dalam makna denotatif zaman Belanda berarti pada 1800 hingga kemerdekaan Indonesia. Namun secara konotatif, zaman Belanda bisa berarti zaman dulu yang sudah sangat lampau.

Konsep waktu dalam mempelajari sejarah berarti sejarah saling terhubung atau bisa berulang.

Sejarah jika dilihat dengan konsep waktu, bisa menjadi pedoman untuk merencanakan masa depan.

Contoh konsep waktu dalam peristiwa sejarah adalah Pertempuran 5 Hari di Semarang pada 15-19 Oktober 1945. konsep waktu di sini menunjukkan pada tanggal 15 hingga 19 Oktober 1945.

Selain itu, Peristiwa 3 Daerah di Brebes, Tegal, dan Pemalang terjadi pada bulan Oktober hingga Desember 1945.

Bulan Oktober hingga Desember 1945 menunjukkan terjadinya peristiwa itu dalam konsep waktu.

Baca juga: Mengapa VOC Melakukan Politik Adu Domba?

Menurut Kuntowijoyo, konsep waktu dalam sejarah terdiri atas perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.

Secara tidak langsung, setiap generasi masyarakat akan mengalami pembaruan dalam kehidupan, yang mana ini disebut sebagai perkembangan manusia.

Meski mengalami perkembangan, manusia pasti akan mempelajari apa yang terjadi di masa lalu dan akan dikembangkan sesuai eranya.

Hal ini membuktikan bahwa kesinambungan dalam sejarah itu terjadi meski ada perbedaan waktu.

Secara tidak sadar, dalam perkembangannya manusia akan mengalami pengulangan. Meski dalam waktu dan latar yang berbeda, peristiwanya hampir sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Seperti yang terjadi pada lengsernya Soekarno dan juga Soeharto yang berawal dari krisis ekonomi yang melanda saat itu.

Oleh sebab itu manusia akan melakukan tindakan dengan berusaha mengubah nasibnya.

Keterikatan manusia dalam ruang dan waktu

Manusia dalam kehidupannya adalah pelaku sejarah yang akan selalu berkaitan dengan ruang dan waktu. Beberapa keterikatan manusia dengan konsep ruang dan waktu:

  • Aktivitas manusia yang lampau maupun yang sedang terjadi selalu memiliki tempat dan waktu kejadian.
  • Perjalanan hidup manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri yang diiringi di tempat di mana manusia beraktivitas.

Keterkaitan ruang dan waktu di dalam sejarah adalah hal yang tidak dapat dipisahkan antara manusia, tempat, dan waktu perisitiwa itu sendiri.

Referensi: 

  • Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
  • Kuntowijoyo. 1983. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: BENTANG
  • Surjomihardjo, Abdurrachman. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA