Bagaimana keadaan lingkungan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

3 Teknologi Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaann bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam. 4 Kehidupan sosial Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus dapat memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu, mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka. Alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.

b. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu. 1 Keadaan lingkungan Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, sepertiuntuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari. Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan bijibijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya. 2 Keberadaan manusia Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan. Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid. 3 Teknologi Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang. 4 Masyarakat Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka membuat lukisanlukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.

c. Masa bercocok tanam

Pada zaman ini kehidupan manusia sudah mengalami perubahan meskipun secara perlahan-lahan.  Dalam hal ini mereka sudah bereaksi terhadap alam, tidak semata-mata bergantung pada alam.

Cara hidup manusia pada masa berburu tingkat lanjut masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya. Faktor-faktor alam seperti iklim, kesuburan tanah, dan keadaan fauna sangat berpengaruh dan menentukan cara hidup mereka sehari-hari. Hidup mereka masih sepenuhnyabergantung kepada alam dan lingkungannya. Mereka hidup berburu fauna (binatang) di dalam hutan, menangkap ikan, mencari kerang dan siput di laut atau di sungai. Dan mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya, misalnya umbi-umbian seperti keladi, buah-buahan, biji-bijian, dan daun-daunan. Hidup berburu dan mengumpul makanan adalah cara hidup pokok pada masa itu

Dalam hidup yang bergantung sepenuhnya kepada alam lingkungan itu, mereka telah menunjukan pula keinginan bertempat tinggal di dalam gua-gua alam (caves) atau di gua-gua paying atau ceruk (rock-shelters) walaupun secara tidak menetap. Mereka masih memilih gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang mengandung sumber-sunber makanan seperti ikan, kerang, dan siput. Di gua-gua ini meleka melangsungkan hidupnya, selama di lingkungan sekitarnya masih terdapat sumber-sumber hidup yang mencukupi kebutuhannya. Situs ini akan ditinggalkannya dan mereka akan berpindah ke tempat yang lain apabila di situs yangpertama tadi tidak mungkin lagi untuk melanjutkan kehidupannya akibat bahan-bahan makanan sudah berkurang. Demikian pula dengan cara hidup di situs-situs terbuka pendalaman dan tepi pantai; mencari kerang, binatang-binatang darat, dan binatang-binatang laut menjadi utama, di samping berburu dan meramu.

Pada teknologi alat-alat keperluah hidup tampaklah kelanjutan tradisi alat-alat batu dan tulang. Pembuatan alat-alat batu inti menghasilkan kapak genggam Sumatra dan kapak pendek di beberapa wilayah, sedangkanalat srpihbilah dan alat tulang menjadi alat bantupenghidupan yang makin meningkat teknologi pemuatannya. Jenis-jenis alat terakhir ini memperhatikan teknikpembuatan yang makin rumit. Gejala-gejala yangmenunjukankemajuan ini terutama ditemukan pada kontek alat Toala (Sulawesi Selatan), yang banyak menghasilkan mikroit, mata panah bersayap atau bergigi, lancipan tebal satu sisi, dan lancipan tulang Munduk (Australia). Alat-alat tersebut menunjukkan adanya kegiatan pemburuan terhadap hewan-hewan kecil.

Baca Juga  Isi Prasasti Tugu

Di samping pemakaian alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kulit kerang, pada masa ini mungkin sekali di buat pula alat-alat dari bambu. Di duga bahwa bambu memegang peran penting juga pada masa hidup. Berburu tingkat lanjut ini, karena bambu dengan mudah dapat diolah untuk dijadikan macam-macam alat keperluan sehari-hari.bambu dapat dijadikan sudip atau lancipanyang sderhana untuk mencukil atau membersihkan umbi-umbian. Di samping itu, bambu juga dapat diadikan keranjang dan bahan-bahan anyaman, bahan bakar, dan sbagainnya. Mengenai pemakaian bambuini di Indonesia belum terdapat bukti-bukti yang menyakinkan, tetapi di Thailand telah ditemukan bukti-bukti sisa-sisa bambu terbakar dalam lapisan-lapisan gua.

Penemuan api dan perkembangan teknologi pertanian merupakan proses pembaruan yang membentuk dasar kebudayaan. Penggunaan api oleh manusia tidak hanya menandai awal kehidupan social, tetapi juga akhirnya melahirkan seretan teknologi yang saling berhubungan. Hasil langsung dari api yang penting adalah perntangan persediaan pangan, karena sejumlah pangan adalah tidak dapat dimakan (inedible), tidak enak rasanya (unpalatable), atau tidak sehat (unhealthy) kalau tidak dimasak terlebih dahulu.

Untuk mengetahui awal kegiatan pertanian di beberapa situs gua di Indonesia, pertanggalan karbon sangat penting dilakukan.

Hasil penanggalan karbon menunjukan bahwa munculnya domestikasi tanaman (dalam hal ini padi) telah dibuktikan di Guan Ulu leang 1, Maros (Sulawesi Selatan) berupa sisa-sisa butiran dan sekam padi yang berasosiasi dengan gerabah pada kurun waktu 2106-1700 SM. Selain jenis tanaman padi, telah pula dilakukan kultivasi tanaman lain berupa buah-buahan maupun kacang-kacangan di Indonesia. Bukti tersebut di tunjukkan oleh temuan di gua-gua Bui Ceri Uato, Uai Bobo 1 dan 2, Lie Siri dan Ulu Leang 1, antara lain jenis-jenis tanaman dari spesies celtis dan inocarpus. Selain itu, tanaman serealia selain padi adalah jawawut (Setaria), yang di temukan di gua Uai Bobo 2, semuanya dari kompleks gua Maros, Sulawesi Selatan.

Baca Juga  Sejarah Punk, dari Semangat Bermusik Hingga Menjadi Gaya Hidup

Tampaknya hanya ada dua macam tumbuhan serealia pada masa prasejarah yang diketahui di wilayah Asia Tenggara, yaitu padi dan jawawut. Jawawut telah didomestikasi pada masa Yao-shao(Cina Tengah) pada sekitar 5000 tahun SM dan dikultivasikan pada masa prasejarah di Asia Tenggara. diperkirakan bahwa munculnya jawawut di Uai Bobo pada sekitar tahun 1000 SM. Kultivasi tanaman padi (Oriza sativa) sudah ada di Asia Tenggara pada masa prasejarah. Padi merupakan tanaman domestikasi pertama di kawasan briklim muson, yang memanjang di wilayah India timur laut sebelah utara Vietnam hingga mencapai sebelah selatan Cina. Bukti-bukti awal munculnya tanaman padi datang dari situs Kiangsu dan Chekiang di Cina (c. 3300 sampai 4000 SM), serta situs-situs Non Nok Thad dan Banciang di sebelah timur laut Thaliand, berdasarkan bukti bukti adanya sekam padi yang digunakan sebagai temper gerabah dari sekitar 3500 SM.

Kegiatan pertanian pada umumnya selalu dikaitkan dengan usaha-usaha penjinakan hewan. Data ekskavasi menunjukan bahwa usaha penjinakan hewan telah dilakukan. Di Bui Ceriwato anjing (Canis) dan Bovidae merupakan awal penjinakan. Demikian pula dengan situs-situs Lie Siri serta Uai Bobo 1dan 2, anjing dan babi adalah hewan yang telah didomestikasi pula.di Cina dan Thaliand, anjing telah dijinakan paling tidak 4000 tahun SM.

Mata pencaharian  berburu sudah meningkat. Mereka sudah menggunakan alat seperti alat menjerat binatang. Di daerah pedalaman sudah banyak memanfaatkan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan yang bertempat tinggal di tepi pantai, memanfaatkan kerang laut sebagai makanan.   Adapun tempat tinggal sementara di gua-gua, ceruk dan di pohon-pohon.

Alat yang digunakan manusia terbuat dari batu yang sebagian telah diasah/agak halus. Adapun jenis alat yang digunakan diantaranya :

  1. Kapak Sumatralit  berfungsi untuk membelah kayu saat membuat rumah.
  2. Alat tulang Sampung berfungsi menggali umbi-umbian dan dijadikan anak panah.
  3. Alat serpih Toala  yang berfungsi sebagai gurdi.

Baca Juga  Peran PSK dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pada akhir zaman berpindah-pindah, manusia purba mulai mengenal api. Api diperoleh dengan membenturkan dua batu dan ditampung di lumut dan bulu hewan

Bercocok tanam dikerjakan dengan amat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah menurut keadaan kesuburan tanah. Hutan yang akan dijadikan tanah pertaniandirambah dahulu dengan system tebas-bakar. Disini mereka menanam umbi-umbian seperti keledai mereka belum mengenal cara memanam biji-bijian. Mereka sudah menanam satu jenis padi liar yang di dapatka di hutan dan kemudian mengentam dengan mempergunakan pisau-pisau batu yang tajam. Setelah musimpanen selesai, lahan pertanian yang sederhana itu akan di tinggalkannya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA