Bagaimana cara Sunan Muria menyelesaikan perselisihan di kesultanan Demak

 

Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.n

Oleh Aziza Linda Ferawati November 16, 2020

alhuda14.net - Kisah Sejarah Sunan Muria Lengkap- Sunan Muria salah satu dari sunan wali songo yang sangat terkenal. Pasti Anda mengetahuinya. Anda sebaiknya mengetahui bagaimana biografi, nama asli, kisah, sejarah, dan juga letak makam beliau. Sangat banyak pelajaran dari perjalanan hidup Sunan Muria yang bisa kita ambil.  Simaklah terus artikel berikut ini.

Sunan muria merupakan salah satu putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh, Ia merupakan salah satu dari anggota wali songo. Sunan Muria memiliki nama asli yaitu Raden Umar Syahid. Beliau mencoba menyebarkan agama islam dengan mengunakan cara yang halus, sama dengan ayahanda beliau Sunan Kalijaga.

Sunan Muria

Cara Berdakwah

Peranan Sunan ini sangat penting dalam proses menyebarkan agama islam di area gunung muria. Sunan Muria memiliki tempat tinggal di puncak gunung muria, yang bernama bukit Colo, sebab itu dia di sebut Sunan Gunung Muria. Gunung itu ada di kota kudus di sebelah utara .

Sunan Muria  senang tinggal di daerah yang jauh dari kota, kota terpencil ia datangi untuk memperkenalkan agama islam. Di tempatnya Ia tinggal yaitu di bukit Colo, di puncak Gunung Muria, ia senang bercocok tanam, berdagang dan melaut yang Ia juga mengajarkannya pada rakyat jelata di daerahnya. Ia memprkenalkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.

Dengan topo ngeli, Sunan Muria menyampaikan Ajaran islam di Masyarakat dengan mudah sekali. Sunan Muria serambi mengajarkan islam, Ia juga  mengajari keterampilan bertani, melaut, dan juga berdagang. Masyarakat pedesaan terpencil sangat  senang dan tertarik dengan ilmu tersebut. Yakni dengan 'melebur bersama masyarakat

Hingga suatu waktu semua golongan berhasil dikumpulkannya dalam suatu tempat dan diberikan ilmu ajaran agama dan keterampilan. Dengan cara ini Ia dapat menyampaikan dakwah dalam skala besar karena adanya persamaan visi dan misi dan juga mata pencharian untuk kemajuan bersama. Cara ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh Sunan Drajat dalam berdakwah.

Sunan Muria juga mengajarkan ajaran islam dengan akulturasi budaya, misalnya peringatan kematian 3 hari,40 hari, 100 hari, 1000 hari yang semula dengan banyak cara kejawen dengan kemenyan dan sesajen dirubahnya menjadi penuh doa tahlilan dan  sholawat dan do’a ahli kubur.

Metode akulturasi budaya sangat diterima oleh masyarakat ketika ajaran Islam pertama disampaikan disana. Ia tidak mengharamkan adat jawa tersebut namun lebih mengarahkannya ke ajaran islam.

Ia juga memperkenalkan agama islam melalui kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah. Tembang jawa juga bisa Ia ciptakan. Kesenian  tembang Sinom dan Kinanti adalah caranya dalam berdakwah.Lagu ini berisi kata-kata puitis yang mengandung pesan ajaran Islam yang enak untuk dihafalkan dan didengarkan. Masyarakat sangat menyukai tembang-tembang ciptaan Sunan Muria pada saat itu.

Masyarakat mampu menghafalkan ajaran Islam berkat lagu-lagu tersebut, hingga akhirnya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tembang ciptaan beliau juga masih diingat bahkan hinggas sekarang.

Sunan Muria berdakwah di sekitar Gunung Muria, dan terus menuju Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia memperkenalkan ajaran islam lewat tembang jawa. Ia senang bergaul dengan rakyat jelata dari pada para bangsawan. Mulai lereng-lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana, hingga sekitarnya.

Ada lakon dalam wayang juga diubah karakternya, dan membawa berbagai pesan-pesan Islami. Karakter yang mengalami perubahan pada karakternya contohnya  adalah Dewa Ruci, Petruk, Semar, dan masih banyak lagi. Seni ini banyak diminati oleh masyarakat karena juga penyampaianya yang sangat menghibur namun sarat akan  pesan islami.

Sunan Muria ikut menjadi penengah dalam permasalahan di Kesultanan Demak. Beliau tidak mempunyai kemampuan memecahkan masalah  yang rumit sekalipun, dan solusinya selalu bisa diteladani oleh semua orang.  

Konflik internal muncul di Kesultanan Demak pada tahun 1518 – 1530 Masehi. Ia mampu menyelesaikan permasalahan menjadi berubah tambah besar. Sunan muria menyelesaikan konflik penengah di tugasnya, hingga semua pihak menerima hasil yang ada dan akhirnya damai.

Sunan Muria memliki gaya  yang moderat, sama seperti sang ayah, ia berdakwah dengan tradisi kebudayaan Jawa dan dengan seni Ia menciptakan  lagu jawa, macapat. Lagu sinom dan kinanti merupakan karyanya yang masih lestari.

Kehidupan Sunan Muria

Sunan Muria saat dewasa, dinikahkan dengan Dewi Sujinah, yaitu putri dari Sunan Ngudung. Ayah dari Dewi Sujinah adalah putra Sultan Mesir yang pindah dan menetap di Pulau Jawa. Sunan Ngudung ini juga merupakan ayah dari  Sunan Kudus.

Dari pernikahannya itu  Sunan Muria mempunyai  putra yang bernama Pangen Santri atau Sunan Ngadilangu. Selain Dewi Sujinah, Sunan Muria kemudian menikah lagi dengan Dewi Roroyono, yang terkenal sangat cantik.Tetapi karena kecantikannya itu mengakibatkan banyak pertumpahan darah.

Kesaktian Sunan Muria

Sunan muria mempunyai kesaktian. Ia sangat kuat, karena sering naik turun gunung yang memiliki tinggi  sekitar 750 meter. Ia, istri dan murid-muridnya  harus naik turun gunung untuk menyebarkan agama islam kepada masyarakat dan  pedagang.

Kesaktian yang terkenal Sunan Muria yaitu dalam perkawinannya dengan dewi Roroyono. Dewi Roroyono merupakan putri Ngerang, yang adalah guru Sunan muria dan Sunan kudus yang sangat berilmu tinggi.

Beliau mampu mengembalikan serangan dari lawannya. Yaitu Kapa adik seperguruan beliau melakukan penculik kepada istri sunan muria, menyerang sunan muria dengan mengerahkan aji pamungkas. Namun akhirnya serangan itu berbalik sehingga merenggut nyawa kapa.

Selain itu masih ada banyak kisah antara Dewi Roroyono dan Sunan Muria yang mengakibatkan banyak pertengkaran yang rumit dan sulit. Namun mereka bisa menghadapi berbagai hambatan dalam kehidupan.

Makam Sunan Muria

Sunan Muria dimakamkan di atas puncak bukit Muria. Terletak persis di belakang Masjid sunan Muria, menaiki beratus-ratus anak tangga untuk menuju kompleks pemakamannya sekitar ada 700 anak tangga.

Makamnya berada di belakang mesjid Sunan Muria. Memasuki  pintu gerbang makam, nampak ada 17 batu nisan diplatarannya yang merupakan makam para prajurit dan orang-orang terdekat, ajudan dan semacam Patih dalam Keraton.

Di samping sebelah timur ada nisan yang adalah makam puteri perempuannya yang bernama Raden Ayu Nasiki, dan si ebelah selatan mihrab mesjd terdapat makam putera sulungnya Sunan Muria.

Sunan Muria meninggalkan banyak benda bersejarah, diantaranya adalah pelana kuda dan air gentong. Pelana kuda ini mengingatkan masyarakat Muria untuk menjalankan sholat istisqa’ saat daerah mereka kekeringan, hal ini sangat penting.

Di dekat komplek pemakaman, Sunan Muria juga ada  air gentong yang merupakan peninggalan sunan muria. Air Ini dipercaya mampu  menyembuhkan bermacam-macam  penyakit dan membuat cerdas siapa saja yang meminumnya.

Hal ini sudah pasti berdasarkan atas seizin Allah SWT dan orang yang berharap kecerdasan dan kesembuhan dengan cara meminumnya memohon hanya kepada Allah SWT bukan kepada gentong tersebut.

Demikianlah sejarah mengenai Sunan Muria Semoga bisa menjadi Inspirasi bagi Kita semua.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA