Bagaimana Bulan dapat dijadikan Bumi Baru bagi kehidupan manusia

TREN SAINS

CNN Indonesia

Sabtu, 10 Jul 2021 15:36 WIB

Bagaimana Bulan dapat dijadikan Bumi Baru bagi kehidupan manusia

Bulan mempengaruhi kehidupan di Bumi. (Foto: ANTARA FOTO/RAHMAD)

Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena fase Bulan baru akan terjadi pada Sabtu (10/7) sekitar pukul 08.16 WIB. Fenomena ini berdampak pada mahkluk hidup di Bumi.

Kurator Senior Tom White menjelaskan efek Bulan ke Bumi sangat menarik, dan tanpa disadari membentuk kehidupan di Bumi. Bulan telah ada di orbit selama evolusi berlangsung, dan ritme bulan tertanam dalam siklus hidup banyak organisme.

Ia mengatakan Bulan mempengaruhi kehidupan di Bumi lewat tiga cara utama, yakni berpengaruh terhadap waktu, pasang surut dan cahaya.

Bagi banyak hewan terutama burung, Bulan dianggap sangat penting untuk melakukan migrasi dan navigasi. Hal lainnya adalah untuk mengatur waktu reproduksi mereka agar bertepatan dengan fase-fase tertentu dari siklus Bulan.

Peristiwa itu ada kaitannya dengan pasang surut dan sifat unik cahaya bulan. Contoh lainnya efek instan yang lebih besar akan terjadi pada pasang surut air laut karena cahaya Bulan. Tetapi sebelum memahami dampaknya, perlu untuk mengetahui cara kerja pasang surut air.

Pasang surut mungkin merupakan efek Bulan yang paling dapat diamati di Bumi, dan salah satu yang akan dikenali oleh kebanyakan orang.

Menurut White, pasang surut air laut paling ekstrem terjadi di Inggris. Hewan-hewan yang hidup di habitat pesisir dinilai telah sangat beradaptasi dengan fenomena Bulan.

Bergerak menggunakan cahaya bulan

Fluktuasi tingkat cahaya yang dipantulkan oleh Bulan juga memiliki dampak mengejutkan pada kehidupan di Bumi.

Tidak hanya pencahayaan rendah yang menyebabkan sejumlah hewan nokturnal yang menarik, tetapi beberapa organisme bergantung langsung pada cahaya Bulan untuk bernavigasi dan berkembang biak.

Tanpa adanya tarikan kuat dari Bulan yang mempengaruhi pasang surut air laut, kehidupan hewan terutama di zona intertidal harus beradaptasi dengan cepat. Zona intertidal adalah pita terkonsentrasi di mana spesies tertentu tumbuh subur di antara komunitas ekologi laut dan darat.

Mengutip Institute of Physics, untuk ikan spesies lain pasang surut air laut bahkan dianggap lebih penting. Misalnya ikan grunion California dan berbagai jenis penyu akan hilang jika Bulan "menghilang", karena mereka berevolusi sangat selaras dengan pasang surut air laut.

Selain itu ikan grunion juga akan bertelur di pasir dan menetas bertepatan dengan adanya fenomena air laut imbas cahaya Bulan. Hal ini membuat keturunan mereka peluang terbaik untuk bertahan hidup.

Jika mekanisme ini tidak ada, maka keberlangsungan spesies disebut tidak akan ada. Sistem ini akan rusak tanpa pengaruh Bulan.

Dari sudut pandang manusia, pasang surut air yang lebih lemah akan membuat penangkapan biota laut yang hidup di dekat pantai menjadi sulit. Hal itu lantaran hewan laut bergerak sesuai dengan pergerakan air pasang.

Selain itu Bulan juga mempengaruhi kenikmatan olahraga selancar. Peselancar mengandalkan ombak untuk mereka melakukan olahraga itu. Para ahli menilai Bumi tanpa Bulan, maka olahraga selancar akan berakhir.

Dikutip Natural History Museum, Petrel Barau (Pterodroma baraui) adalah burung laut yang terancam punah yang berkembang biak di pulau Reunion di Samudera Hindia.

Ini karena Petrel mengatur waktu migrasi sebelum dan sesudah kawin berdasarkan panjang hari, menunggu hingga 12,5 jam sebelum berangkat.

Tanggal kedatangan mereka di tempat berkembang biak bervariasi setiap tahun, tetapi burung-burung selalu tiba bersama saat Bulan purnama. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan Bulan untuk menyinkronkan migrasi mereka.

(can/mik)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

Kehidupan manusia di Bulan kelak, juga didukung sepenuhnya oleh ahli fisikawan kenamaan Stephen Hawking. Ia menciptakan teori alternatif jika manusia tidak mampu pindah ke planet di Tata Surya lain. Ia menyarankan, manusia sebaiknya pindah ke Bulan.

Hawking pun diketahui sedang memasuki proses negosiasi dengan negara-negara maju untuk mengirimkan astronot dari Badan Antariksa masing-masing negara ke Bulan mulai 2020.

Tujuannya, agar para astronot bisa membangun pemukiman di Bulan. Ia memperkirakan butuh waktu setidaknya 30 tahun untuk membangun sebuah pemukiman di Bulan, setelahnya baru manusia bisa hidup di sana. 

Pada Mei 2016, ilmuwan AS Ramses Ramirez dan Lisa Kaltenegger percaya manusia bisa menghuni Bulan, mengingat usia Bumi tak lama lagi akan berakhir. Menurut teori mereka, kehidupan di Bumi akan benar-benar 'berakhir' dalam waktu jutaan tahun ke depan. Dijelaskan, kondisi iklim dan lingkungan akan menjadi dua penyebab kehancuran Bumi.

Secara teknis, atmosfer Bumi akan terbakar dan samudera di Bumi akan meluap seiring berjalannya waktu. Di saat bersamaan, matahari akan lebih panas karena memendarkan cahaya api yang lebih lebar. Akan tetapi, Tata Surya akan terus hidup.

"Di masa mendatang, matahari akan terus memanas dan begitu terang untuk Bumi. Sebelumnya, banyak yang mengira Mars akan menjadi tempat pemukiman yang pas untuk manusia. Namun kami pikir bulan justru bisa menjadi lebih baik bagi anak cucu kita," kata Kaltnegger.

Prediksi ini telah terpublikasi di Astrophysical Journal. Dalam sebuah gambar, Ramirez dan Kaltenegger memperlihatkan lokasi zona layak huni bagi manusia.

"Saat ini, matahari diprediksi berusia 4,6 miliar tahun. Bumi masih berada di zona layak huni bersama dengan Mars. Jika matahari berusia 12,5 miliar tahun, ukurannya akan semakin besar. Bumi dan Mars akan lepas dari zona layak huni," papar Ramirez.

Ia melanjutkan, Jupiter dan Saturnus setelahnya akan memasuki zona layak huni. Oleh karena itu, pihaknya tengah menelusuri kedua bulan planet tersebut (Enceladus dan Europa) apakah memang bisa menjadi tempat hunian manusia.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Arizona, Gatra.com - Sebuah ilustrasi menunjukkan tahun 3.000 sekelompok manusia bermukim di bulan. Rumah berbentuk kubah bak perkotaan di bulan dihuni ratusan ribu orang. Eksodus ke bulan itu dilakukan setelah sumber daya alam di bumi sudah tak bisa dimanfaatkan lagi. Ini adalah fiksi ilmiah murni. Tetapi tidak ada visi masa depan yang lengkap tanpa koloni manusia extraterrestrial--kehidupan yang berasal tidak dari planet Bumi, dan karena Bulan adalah benda langit terdekat dengan Bumi. Tetapi, apakah visi ini selaras dengan kenyataan? Apakah suatu hari bulan akan menjadi rumah bagi manusia? Tak ada satu pun yang bisa memastikan itu. Namun, salah satu cara untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan hanya mempertimbangkan luas permukaan bulan. Dengan ukuran seperempat planet kita, bulan secara teoritis dapat memenuhi seperempat populasi bumi saat ini. Tetapi, berapa banyak orang yang bisa masuk ke permukaan bulan adalah pertanyaan yang tak terjawab. Seorang ilmuwan senior di Planetary Science Institute di Arizona, Darby Dyar menuturkan meski bulan memiliki ukuran cukup luas, tampak sulit merealisasikan perpindahan manusia ke bulan. Ekosistem bulan disebutnya sangat tidak ramah bagi manusia. "Ini adalah tempat yang cukup tandus. Setiap spesies berusaha memperluas ceruk ekologisnya. Tetapi 'ceruk' yang baru, yaitu bulan, sangat tidak ramah bagi manusia," kata Dyar kepada Live Science, Sabtu (28/9). Persoalan lain adalah minimnya kadar air dan udara di bulan. Tak seperti di bumi, air di bulan tidak turun secara bebas di permukaan dan menyerap ke dalam tanah yang dapat kita minum.  Kemudian, bulan juga tidak memiliki atmosfer dengan udara untuk bisa bernapas. Satelit alami bumi ini, juga tidak memiliki ekosistem yang dapat dengan mudah mendukung bidang pertanian. Dyar menuturkan, bulan juga rentan terhadap badai matahari, erupsi dari permukaan matahari yang mengirimkan radiasi elektromagnetik, yang mana bulan--tanpa perlindungan medan magnet--tidak dapat membelokkan. Ada juga suhu ekstrem yang sangat besar, dan periode kegelapan dan cahaya yang berganti-ganti. Semua ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat kehidupan di bulan tampak mustahil. Hal-hal penting bagi keberadaan manusia, yakni udara, air, makanan, dan tempat berlindung, secara teoritis tidak mungkin terjadi di bulan seperti yang Anda harapkan.

Cara Agar Dapat Tinggal di Bulan

Beberapa unsur utama untuk kehidupan manusia harus dapat diciptakan, salah satunya udara. Untuk mendukung populasi awal beberapa ratus orang di bulan, kita harus mulai dengan mengangkut udara ke permukaan bulan, memompanya ke dalam struktur tertutup di mana manusia akan hidup. Meski hal itu tidak berkepanjangan, namun manusia harus tetap memikirkan bagaimana caranya memproduksi udara. Namun pada tahap awal, manusia harus tetap membawa udara dari bumi. "Orang tidak menggunakan banyak udara, dan untuk waktu yang lama, kita tidak perlu membuat udara di bulan. Kita bisa membawanya. Biaya transportasi untuk itu masih bisa dikelola," kata Manajer Badan Antariksa Eropa, Markus Landgraf. Kemudian, manusia juga harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan air di bulan. Sampai beberapa dekade yang lalu, para peneliti percaya bahwa bulan benar-benar kering. Tapi sekarang mereka tahu ada sejumlah cairan yang mengejutkan tersebar di permukaan bulan.  "Kami pikir air tersisa dari saat bulan terbentuk. Dan kita tahu bahwa komet, yang pada dasarnya adalah bola salju kotor, secara berkala berdampak pada permukaan bulan. Ada bukti bagus untuk menunjukkan bahwa (kawah) tempat komet berdampak pada permukaan masih memiliki reservoir es di dalamnya," kata Dyar. Sumber air lain, katanya, datang dalam angin matahari yang melintasi angkasa; diisi dengan proton, ini bertabrakan dengan elektron di bulan, membentuk hidrogen. Semua ini menambah jumlah air bulan yang layak, mungkin cukup untuk mendukung populasi yang cukup besar.  Para ilmuan juga sedang mengembangkan teknologi di Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk mendaur ulang air yang dapat diminum dari air pancuran, air seni, dan keringat astronot. Ini bahkan bisa menggunakan uap air dari napas mereka. Di bulan, teknologi itu bisa menciptakan sumber air bagi penduduk. Meski kini semua itu baru sebatas argumentasi dan penelitiam awal, tampaknya ide tinggal di bulan dapat terus dikaji. Hal itu mengingat kondisi bumi yang semakin tua dan kehabisan sumber daya manusia. Bukan tak mungkin suatu saat nanti benar-benar ada eksodus manusia ke tempat di luar bumi, termasuk bulan. Harapan tetap ada.