Ayat yang menjelaskan bahwa Allah akan mengganti apa yang telah diinfakkan dengan berlipat ganda?

Siapa yang menginfakkan atau membelanjakan hartanya dalam kebaikan, Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantinya di dunia. Kelak di akhirat disediakan pahala yang berlipat ganda. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلۡ إِنَّ رَبِّي يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَيۡءٍ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

“Katakanlah (wahai Nabi), ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.’ Dan apa saja yang kalian nafkahkan/infakkan maka Dia akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39)

Orang yang berinfak akan beroleh ganti di dunia. Di akhirat kelak mendapatkan ganjaran dan pahala, kata al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Tafsir Ibni Katsir, 6/331)

Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Apa saja yang kalian nafkahkan/infakkan, berupa nafkah yang wajib ataupun mustahab/sunnah, untuk kerabat, tetangga, orang miskin, anak yatim, atau selainnya, Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantinya. Karena itu, janganlah kalian menyangka bahwa berinfak itu mengurangi rezeki.

Allah subhanahu wa ta’ala—Dzat yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya—justru berjanji akan memberi ganti kepada orang yang berinfak. Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya, maka mintalah rezeki dari-Nya dan berupayalah menempuh sebab-sebab yang diperintahkan-Nya kepada kalian.” (Taisir al-Karimir Rahman)

Ayat lain yang bisa kita bawakan sebagai bukti bahwa orang yang berinfak akan murah rezekinya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةً مِّنۡهُ وَفَضۡلًاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran dan menyuruh kalian berbuat fahisyah (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dari-Nya untuk kalian dan karunia-Nya.” (al-Baqarah: 268)

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata tentang ayat di atas,

“Dua hal dari Allah dan dua hal dari setan. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran. Dia berkata, ‘Jangan engkau infakkan hartamu dan tahanlah karena engkau membutuhkannya.’ Dia juga menyuruh kalian berbuat fahisyah (kikir).

Sementara itu, Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan ampunan dari-Nya untuk kalian dari maksiat-maksiat yang dilakukan, dan berjanji memberikan karunia-Nya berupa keutamaan dalam hal rezeki.” (Tafsir ath-Thabari, 3/88, atsar no. 6167)

Dalam Tafsir al-Khazin[1] (1/204) dinyatakan bahwa ampunan merupakan isyarat yang menunjukkan pada kemanfaatan akhirat. Adapun karunia/keutamaan menunjukkan kemanfaatan dunia dan rezeki berikut ganti yang diperoleh.

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata tentang ayat di atas,

“Dua hal dari Allah dan dua hal dari setan. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran. Dia berkata, ‘Jangan engkau infakkan hartamu dan tahanlah karena engkau membutuhkannya.’ Dia juga menyuruh kalian berbuat fahisyah (kikir).

Sementara itu, Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan ampunan dari-Nya untuk kalian dari maksiat-maksiat yang dilakukan, dan berjanji memberikan karunia-Nya berupa keutamaan dalam hal rezeki.” (Tafsir ath-Thabari, 3/88, atsar no. 6167)

Dalam Tafsir al-Khazin[1] (1/204) dinyatakan bahwa ampunan merupakan isyarat yang menunjukkan pada kemanfaatan akhirat. Adapun karunia/keutamaan menunjukkan kemanfaatan dunia dan rezeki berikut ganti yang diperoleh.

Al-Qadhi Ibnu Athiyyah[2] rahimahullah berkata dalam tafsirnya, “Maghfirah atau ampunan adalah ditutup/dihapusnya kesalahan para hamba-Nya di dunia dan di akhirat. Adapun al-fadhl atau karunia/keutamaan adalah rezeki di dunia, mendapatkan keluasan di dalamnya, dan mendapatkan nikmat di akhirat.” (al-Muharrarul Wajiz fi Tafsir al-Kitabil ‘Aziz, 1/364)

Syaikh Muhammad ibnu Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan beberapa faedah dari ayat di atas. Di antaranya:

Hal ini ditunjukkan dalam firman-Nya,

ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran.” (al-Baqarah: 268)

Misalnya, setan menyuruhnya berzina dan menghias-hiasi perbuatan zina tersebut hingga akhirnya ia berani berzina. Di arah lain, setan menyuruhnya kikir dan menakut-nakutinya dengan kemiskinan apabila ia menginfakkan hartanya hingga ia pun enggan berinfak.

Setan ini membuka untukmu pintu kesialan. Dia berkata, “Apabila hari ini engkau berinfak, besok engkau akan jadi orang miskin. Karena itu, jangan berinfak.”

Apabila ada yang bertanya, “Bagaimana bentuk tambahan yang diperoleh orang yang berinfak, sementara kenyataannya saat dikeluarkan infak, harta akan berkurang? Seperti seseorang yang sebelumnya memiliki sepuluh dirham, lalu dia infakkan satu dirham. Tentu hartanya tinggal sembilan dirham. Dari sisi mana tambahannya?”

Jawabannya, tambahan pahala di akhirat kelak tentunya jelas. Sebab, satu kebaikan akan dibalas dengan 10—700 kali lipat, bahkan berlipat ganda.

Adapun tambahan di dunia, hal ini dilihat dari beberapa sisi:

a. Terkadang Allah subhanahu wa ta’ala membukakan satu pintu rezeki bagi seseorang yang sebelumnya tidak terpikirkan di benaknya sehingga bertambahlah hartanya.

b. Allah subhanahu wa ta’ala menjaga harta seseorang agar tidak rusak/hilang dan semisalnya.

Seandainya si pemilik tidak bersedekah, niscaya harta itu akan binasa. Dengan berinfak, dia akan melindungi hartanya dari kebinasaan.

c. Diperolehnya berkah dalam berinfak.

Dengan berinfak, walau sedikit, akan didapatkan buah yang sangat besar. Sementara itu, apabila berkah pada harta dicabut, niscaya harta akan dihambur-hamburkan dalam perkara yang tidak bermanfaat atau justru memudaratkan si pemiliknya. (Tafsir al-Qur’anil Karim, 3/347—349)

Abu Hurairah radhiallahu anhu menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku akan memberi infak kepadamu.” (HR. al-Bukhari no. 5352 dan Muslim no. 2305)

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Tidak ada satu hari ketika para hamba berpagi hari melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang kikir.” (HR. al-Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 2333)

Sementara itu, kita tahu bahwa doa malaikat mustajab di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, mereka tidaklah mendoakan seseorang kecuali dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ

“Dan mereka (para malaikat itu) tidaklah memberikan syafaat (untuk seorang pun) kecuali orang yang Allah ridhai dan mereka takut kepada-Nya.” (al-Anbiya: 28)

Allah itu Maha Pengasih juga Maha Pemurah. Tidak akan Allah biarkan seorang hambaNya menjadi miskin akibat dia membelanjakan hartanya di jalan Allah. Jangan khawatir, Allah pasti ganti, baik itu harta maupun usaha. Yakinlah bahwa Allah pasti akan menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik.Jangan Khawatir, Allah Pasti Ganti Dengan Yang Lebih Baik.

Apa saja yang diinfakkan untuk kebaikan karena Allah, maka Allah siapkan ganti yang lebih baik. Karenanya, tidak akan berkurang harta yang diinfakkan. Tidak akan jatuh miskin orang yang dermawan, orang yang suka berinfak dan bersedekah. Sebaliknya sahabat, dengan berinfak, Allah akan tambahkan harta dan lapangkan rezeki.

Allah berfirman : ”Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”(QS. Saba’ : 39). Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat di atas, “Apapun yang kamu infakkan dalam apa yang diperintahkan kepadamu atau yang dimubahkan bagimu, maka Dia akan memberikan gantinya untukmu di dunia dan di akhirat dengan ganjaran dan pahala” Beliau kuatkan penafsiran ini dengan firman Allah dalam hadits Qudsi : “Berinfaklah, niscaya Aku berinfak kepadamu.” (Muttafaq ‘Alaih).

Keutamaan infak dan sedekah yang langsung disebutkan Al-Qur’an, ia akan menjadi sebab bertambahnya harta dan lapangnya rezeki. Allah berfirman : “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (Qs. Al-Baqarah : 245).

Sahabat, dengan berinfak, maka Allah akan melipatgandakan pahala dan balasan untuknya. 1 (satu) kebaikan menjadi sepuluh bahkan sampai 700 kali lipatnya, dan bahkan sampai jumlah tak terbatas. Ini sesuai kondisi orang berinfak, niat dan kebutuhannya. (Disarikan dari Tafsir Al-Sa’di).

Allah Tak Akan Ingkar Janji

Allah tak akan ingkar janji. Maka jika Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Dia akan melipatgandakan harta yang telah dikeluarkan seseorang untuk perjuangan di jalanNya, maka pasti Allah akan tepati janjiNya. Bahkan Allah akan memberikan lebih dari apa yang telah Dia janjikan, sebab Allah lah Rabb yang Maha Pengasih.

Apa yang telah Allah janjikan pasti akan terjadi, dan tidak akan mungkin bisa kita tolak. Baik itu janji yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, maupun pada orang-orang kafir. Allah berfirman : “Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.” (QS. Al-An’am : 134).

Baca Juga : Bersabarlah dengan Kesabaran yang Baik

Sebagai bukti nyata, mari perhatikan sekeliling kita. Pernahkah kita jumpai orang-orang yang rajin bersedekah, misalnya, atau orang-orang yang senang menyantuni anak yatim, mengulurkan tangannya untuk membantu fakir miskin, lalu dilanda kemiskinan, usahanya bangkrut, keluarganya berantakan? Pernahkah kita temui orang-orang berhati mulia yang tak segan-segan mengorbankan pikiran, harta, tenaga dan jiwanya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian hidup mereka menderita? Tentu saja jawabannya Tidak.

Itulah sebagian dari bukti kekuasaan Allah. Sebab, Allah telah menjanjikan kebaikan bagi mereka yang peduli kepada sesama, peduli kepada anak yatim, dan ber-empati kepada mereka. Itulah janji Allah, dan sekali-kali Allah tidak akan menyalahi janjiNya.

Yuk Sahabat, Jangan Khawatir, Allah Pasti Ganti Dengan Yang Lebih Baik, senantiasa kita belanjakan harta dan apapun yang kita miliki saat ini dijalanNya, agar kelak menjadi pemberat timbangan amal shalih kita, karena sejatinya harta yang abadi adalah harta yang kita belanjakan dijalanNya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA