Apakah punden berundak termasuk akulturasi?

1.apa itu Pramuka penggalang?2.sebutkan isi dari Dasa Darma !3.sebutkan isi dari Tri Satya !4.siapa bapak pandu pramuka didunia?5.siapa bapa pandu Pra … muka di Indonesia ?6.siapa penemu Pramuka ? 7.siapa penemu tunas kelapa ?​

khalifah Ali Bin Abi Thalib memerintah untuk menarik kembali tanah milik negara dan harta Baitul Mal yang dibagi-bagi kepada...bantu dong kak besok di … kumpulin!!​

KH. Wahab Hasbullah di pondok pesantren Mojosari Nganjuk selama?​

tolong bantu kak ⬇️ Jelaskan sikap bijaksana dalam keberagaman agama​

saran Kyai Kholil kepada Kiai Wahab Rasulullah adalah untuk nyantri kepada muridnya yang bernama​

Tulislah alasan khalifah Utsman bin Affan memerintahkan untuk menyusun mushaf Alquran​

tolong yang agama Budha tolong saya soalnya saya orang Islam dan dapat tugas kaya begini....Jelaskan tokoh pada agama Buddha​

Please di kumpul besok​

Partai nasional indonesia (PNI) didirikan oleh soekarno pada tanggal 4 juli 1927 di bandung tujuan didirikannya PNI adalah.... A. melakukan perlawanan … terhadap pemerintah belanda B. memerdekaan indonesia dengan ideologi nasionalisme C. menggugah kesadaran para pemuda untuk membangun persatuan melawan belanda D. melindungi kepentingan perdagangan pribumi dari pemerintah Belanda

minta no WA nya dong say ​

13254868521877819550

Punden berundak adalah salah satu hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri. Tingkat pertama melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan kehidupan didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. [caption id="attachment_152718" align="aligncenter" width="653" caption="punden berundak (sumber kaskus dengan sedikit editan)"][/caption] Sebagai budaya asli buatan nenek moyang Indonesia, punden berundak tetap dipertahankan keberadaanya oleh nenek moyang kita. Meskipun saat agama Hindu-Budha datang membawa paham ke-Tuhanan yang berbeda, punden berundak masih tetap digunakan dalam pembangunan tempat ibadah berupa candi seperti Candi Borobudur. Hal inilah yang membuat candi-candi di Indonesia memilki ciri khas yang unik. [caption id="attachment_152720" align="aligncenter" width="555" caption="Candi Ijo dengan alas berupa unden berundak / candi borobudur yang berbentuk punden berundak (smber:google)"]

13254871211389123198

[/caption] Punden berundak bukan hanya bertahan dengan akulturasi bersama candi tapi juga berakulturisasi dengan bangunan tempat ibadah umat islam yaitu masjid. Bagian punden berundak pada Masjid sering tidak kita sadari karena hanya dianggap sebagai tangga bertingkat. Namun, jika diperhatikan tangga bertingkat yang mengelilingi masjid tersebut berbentuk punden berundak. Dapat dikatakan masjid dibangun diatas punden berundak atau punden berundak sebagai alas dari Masjid. [caption id="attachment_152721" align="aligncenter" width="640" caption="Masjid Sulthani Watgoleh dengan alas punden berundak (sumber detikfoto)"]

13254871991385739837

[/caption] [caption id="attachment_152722" align="aligncenter" width="538" caption="Masjid Raya Batam dengan alas punden berundak (sumber //beautifulmosques.com)"]

1325487635412656999

[/caption] Bangunan punden berundak selain berakulturasi dengan tempat ibadah seperti Candi dan Masjid juga digunakan pada bangunan modern seperti pada Monumen Nasional (monas) dan Tugu Pergerakan Kemerdekaan. Pada Monas bagian punden berundak (berupa tangga mengelilingi Monas) terletak dibawah cawan. Sedangkan pada Tugu Pergerakan Kemerdekaan, punden berundak terletak pada bagian bawah lingga. [caption id="attachment_152723" align="aligncenter" width="300" caption="dibawah bagian cawan Monas terdapat punden berundak (berupa tangga yang mengelilingi Monas) (dok pribadi))"]

1325487738824557519

[/caption] [caption id="attachment_152724" align="aligncenter" width="627" caption="Tugu Pergerakan Kemerdekaan (Pangkalpinang) dengan alas berupa punden berundak dan diatasnya terdapat lingga dan yoni (sumber: visitbangkabeltung.com)"]

1325487960627963050

[/caption] Masih banyak lagi bangunan-bangunan yang menggunakan punden berundak selain dari yang saya sebutkan.Ini menandakan bahwa arsitektur karya nenek moyang Indonesia pada zaman megalitikum masih dapat eksis hingga sekarang tanpa menghilangkan bentuk aslinya.

Akulturasi kebudayaan adalah suatu proses percampuran diantara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya, sehingga membentuk kebudayaan baru. Candi borobudur merupakan salah satu contoh bentuk akulturasi antara unsur budaya Hindu-Budha dan unsur budaya Indonesia asli. Salah satu perpaduan tersebut adalah punden berundak-undak yang memiliki pola bangunan yang sama dengan Borobudur. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi.

Dengan demikian, wujud akulturasi candi dan budaya lokal adalah punden berundak seperti yang diterapkan ada candi borobudur

Candi berasal dari kata candika, yaitu nama salah satu perwujudan Dewi Durga (dewi kematian). Konsep bangunan candi di Nusantara didasarkan pada kitab Silpasastra, sebuah kitab yang berisi tentang ilmu pengetahuan tentang cara membuat relief, arca, dan candi. Bentuk bangunan candi memiliki kemiripan dengan punden berundak sebab memperlihatkan akulturasi budaya lokal Nusantara dengan budaya India. Masyarakat Nusantara yang telah memiliki local genius mengolah kembali konsep punden berundak dari zaman praaksara ke dalam candi setelah menganut pengaruh Hindu-Buddha. Candi bukan sekadar sebagai tempat memuja dewa sebagaimana di India, selain itu candi juga sebagai tempat pemujaan raja yang telah meninggal.

JSMedia – Punden berundak merupakan bangunan berbentuk susunan dengan ciri khas semakin ke atas ukurannya mengecil. Makna dan fungsinya belum banyak diketahui.

Bentuk ini banyak ditemui pada bangunan bersejarah di Nusantara sehingga menjadi salah satu ciri khas Indonesia. Candi-candi yang berlatar Budha hampir semua berbentuk punden dengan undakan.

Arti Nama Punden Berundak

Sampai saat ini masih banyak yang belum paham arti dan asal nama punden berundak. Punden berasal dari salah satu kata dalam bahasa Jawa “pepunden” yang bermakna pemujaan pada sesuatu yang dianggap agung.

Istilah punden hampir sama dengan kata “Kabuyutan” pada bahasa Sunda. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum paham fungsi dan sejarah punden dengan undakan.

Masyarakat dahulu meyakini bahwa sesuatu yang dipuja berada pada tempat yang tinggi, seperti puncak gunung. Karena tidak mungkin mendaki setiap melakukan pemujaan maka dibuatlah replika dalam bentuk punden yang berundak.

Fungsi punden merupakan tempat pemujaan kepada leluhur. Pada zaman Megalitikum bangunan ini bersusun tiga. Paling dasar melambangkan kehidupan dalam rahim, kedua di dunia, dan ketiga setelah meninggal. 

Sampai saat ini masih banyak bangunan tempat ibadah dengan melestarikan bentuk punden. Karakter tradisional yang sarat makna religi tetap bertahan dan ternyata membuat ajarannya mudah diterima.

Baca juga: Share Wealth Apk Penghasil Uang, Benarkah Terdaftar OJK?

Perkembangan Zaman Punden Berundak Sampai Sekarang

Punden ada sejak jaman purbakala, yaitu pada masa Megalithikum, Neolithikum, pra Hindu Budha sampai kebudayaan Austronesia. Bangunan setelahnya, yaitu ketika Islam masuk ke Nusantara juga memakai konsep berundak.

Bentuk tangga bersusun ini memberi pesan bahwa untuk mencapai kemuliaan harus melalui beberapa tahap. Puncak yang semakin mengecil menunjukkan dalam hidup terjadi seleksi alam, dimana yang baik akan menang.

Nuansa religi  yang kental dari punden masih terus dipertahankan. Meski mengalami pasang surut, namun banyak bangunan modern yang mengambil konsep ini. Bagaimana perkembangan punden? Berikut ulasannya:

Penyebaran Sampai Polinesia

Punden dengan undakan ternyata tidak hanya ada di Nusantara tetapi sampai Polinesia. Meski bentuknya tidak selalu berundak. Masyarakat Maori mengenalnya dengan nama Marae. Fungsinya sama, untuk pemujaan.

Marae menjadi tempat untuk terhubung dengan leluhur. Selain pemujaan, juga sebagai media untuk belajar. Setiap yang masuk, harus melepaskan alas kaki karena merupakan rumah leluhur.

Bentuk Punden Sempat Ditinggal

Punden sempat ditinggalkan bersamaan dengan masuknya beberapa agama ke Nusantara. Namun kemudian diadopsi kembali pada bangunan periode berikutnya seperti Candi Borobudur, Cetho dan makam raja-raja Imogiri.

Bangunan tempat suci agama yang baru muncul dibuat sesuai dengan ciri aslinya. Namun kemudian untuk memudahkan peleburan dengan masyarakat dibuat mirip dengan tempat pemujaan sebelumnya. 

Mengalami Akulturasi Dengan Candi

Sampai sekarang bangunan berkonsep punden masih dipertahankan. Candi merupakan tempat ibadah dengan mengambil struktur punden, salah satunya Borobudur. Ini merupakan ciri khas yang unik.

Candi agama Budha tersebut mempunyai bentuk punden yang hampir mirip dengan aslinya. Hal ini membuat keberadaannya mudah diterima oleh masyarakat pada waktu tersebut.

Akulturasi Dengan Masjid

Salah satu bagian masjid yang mengambil konsep punden adalah tangga bertingkat. Punden dengan undakan menjadi alas masjid-masjid yang ada di Indonesia. Akulturasi ini membuat masyarakat bisa menerima ajaran Islam dengan mudah.

Pendekatan yang dilakukan pemuka agama dengan tidak meninggalkan konsep punden membuatnya dapat diterima masyarakat. Tangga berundak sampai sekarang masih digunakan oleh hampir semua masjid di nusantara.

Baca juga: Daur Hidup Nyamuk Dengan 3M! Mencegah Penyakit DBD

Fungsi Punden Berundak

Pada masa purba, punden berfungsi sebagai tempat menaruh sesajen untuk leluhur dalam ajaran animisme dan dinamisme. Tujuannya meminta keselamatan dan kesuburan tanah pertanian.

Berkembangnya ajaran selanjutnya tetap menggunakan bangunan punden untuk tempat ibadah. Bentuk ini mengilhami pembangunan candi-candi pada ajaran yang menyebar berikutnya.

Punden berundak tetap lestari sampai sekarang. Bukan hanya bangunan keagamaan bahkan konsep gedung modern banyak yang terilhami oleh bentuk ini dan masih terus diminati. 

Akulturasi kebudayaan adalah suatu proses percampuran diantara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya, sehingga membentuk kebudayaan baru. Candi borobudur merupakan salah satu contoh bentuk akulturasi antara unsur budaya Hindu-Budha dan unsur budaya Indonesia asli. Salah satu perpaduan tersebut adalah punden berundak-undak yang memiliki pola bangunan yang sama dengan Borobudur. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi.

Dengan demikian, wujud akulturasi candi dan budaya lokal adalah punden berundak seperti yang diterapkan ada candi borobudur

Akulturasi kebudayaan adalah suatu proses percampuran diantara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya, sehingga membentuk kebudayaan baru. Candi borobudur merupakan salah satu contoh bentuk akulturasi antara unsur budaya hindu budha dan unsur budaya indonesia asli. Salah satu perpaduan tersebut adalah punden berundak-undak yang memiliki pola bangunan yang sama dengan Borobudur. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi.

Dengan demikian , jawaban yang tepat adalah C.

Punden berundak adalah salah satu hasil kebudayaan pada masa batu besar atau megalithikum. Punden berundak berupa bangunan bertingkat yang tersusun atas batu – batuan yang dihubungkan tanjakan kecil sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden berundak tersusun atas tiga tingkatan dimana masing – masing tingkatan memiliki makna tersendiri. Tingkatan pertama pada punden berundak melambangkan kehidupan ketika masih dalam kandungan ibu, tingkatan kedua pada punden berundak melambangkan kehidupan di dunia saat ini. Sedangkan pada tingkatan ketiga melambangkan kehidupan manusia setelah meninggal. Biasanya di setiap tingkat terdapat menhir.

Penemuan punden berundak banyak dijumpai di Kosala dan Arca Domas Banten, Cisolok Sukabumi, serta Pugungharjo di Lampung. Dalam perkembangan selanjutnya, punden berundak berakulturasi dengan budaya Hindu Buddha yaitu sebagai dasar candi, kerantin, atau bangunan keagamaan lainnya.

Penerapan Punden Berundak dalam Agama Hindu, Buddha dan Islam

Punden berundak merupakan budaya asli Indonesia. Bentuk punden berundak dapat ditemukan di Candi Borobudur yang merupakan hasil akulturasi budaya lokal dengan budaya Hindu Buddha pada candi. Pengaruh punden berundak juga dapat dilihat dalam bangunan bangunan masjid dimana terdapat punden berundak pada tangga yang tersusun mengelilingi bangunan utama. Selain pada bangunan Islam dan Hindu Buddha, monumen nasional juga mendapat unsur punden berundak yang ditunjukkan pada bangunan monas. Pada bangunan monas terdapat punden berundak yang terdapat di bawah cawan.

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA