Apakah keinginan daging menurut 1 Korintus 3 ayat 1 sampai 4

Seperti dinyatakan dalam judul di atas, artikel ini adalah tentang pencobaan dan bagaimana pencobaan—apabila tercapai tujuannya—dapat memengaruhi persekutuan kita dengan Tuhan. Pembahasan dalam artikel ini tidak akan mencakup segala sesuatu tentang pencobaan1. Sebaliknya, kita akan berkonsentrasi pada bagian Alkitab dari Yakobus 1:14-15, dengan mempelajari secara mendalam apa yang dikatakan dalam ayat-ayat tersebut disertai empat contoh dari Firman Allah.

1. Si Pencoba

Karena kita akan membahas tentang pencobaan, akan lebih baik apabila kita terlebih dahulu mengetahui seorang yang paling terlibat dalam hal ini, yang karenanya ia pun disebut sebagai “si pencoba”. Dalam Matius 4:3 kita membaca:

Matius 4:3
“Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya [Yesus]: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”

Apa yang dicatat dalam bagian Alkitab di atas adalah tentang pencobaan yang Yesus alami di padang gurun. Yang mencobai-Nya adalah Iblis, yang untuk alasan ini disebut sebagai “si pencoba”. Sebutan ini juga digunakan untuknya dalam 1 Tesalonika 3:5, di mana dikatakan:

1 Tesalonika 3:5
“Itulah sebabnya, maka aku [Paulus], karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.”

Tugas si pencoba adalah untuk mencobai, untuk mencoba, dengan tujuan agar orang yang dicobai itu jatuh. Seperti yang jelas dinyatakan dalam ayat-ayat di atas, yang melakukan hal ini adalah si Iblis.

2. Yakobus 1:14-15

Setelah mengetahui siapa si pencoba itu, mari kita masuk ke ayat sentral dari artikel kita, yakni Yakobus 1:14-15. Di sana dikatakan:

Yakobus 1:14-15
Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Mengenai kata “keinginan”, ini adalah bentuk jamak dari kata benda “epithumia” yang muncul 38 kali dalam Perjanjian Baru dan paling sering diterjemahkan sebagai “keinginan” dalam artian keinginan daging, keinginan manusia lama, keinginan yang berdosa, sehingga oleh karenanya yang dimaksudkan “keinginan” di sini adalah keinginan yang berlawanan dengan Allah dan kehendak-Nya. Bahwa keinginan daging sama sekali tidak menyenangkan hati Allah dinyatakan dengan jelas dalam Roma 8:5-8. Di sana kita membaca:

Roma 8:5-8
“Sebab mereka yang hidup menurut daging [natur lama], memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh [natur baru], memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah MAUT, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”

Tentu saja yang termasuk juga dalam keinginan daging yang adalah perseteruan dengan Allah, adalah keinginan dari natur lama kita. Tentang keinginan inilah Yakobus 1:14-15 berbicara. Yakobus tidak merujuk kepada keinginan manusia baru, karena keinginan manusia baru menyenangkan hari Allah dan tidak memimpin kepada pencobaan.

Mengenai anak kalimat “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”, ini bukan berarti bahwa sebuah pencobaan itu lahir hanya sebagai akibat dari keinginan natur lama kita, juga bukan berarti bahwa setiap kali seseorang dicobai, ia pasti akan terseret dan jatuh dalam dosa. Bahwa cara pandang tersebut salah, terbukti dari fakta bahwa Yesus Kristus “sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Apakah Yesus dicobai karena ia diseret oleh oleh keinginan daging? Bila Ia diseret, berarti Ia telah berdosa. Tetapi, Ia tidak diseret atau terseret, dan Ia tidak berdosa, meskipun sama seperti kita Ia telah dicobai. Oleh karena itu, apa yang Yakobus 1:14-15 katakan bukan semata-matatentang bagaimana sebuah pencobaan lahir tetapi, bagaimana pencobaan itu berhasil mencapai tujuannya (dosa). Pencobaan (baik secara implisit maupun eksplisit) selalu merupakan pekerjaan si pencoba, atau si Iblis, dan pencobaan akan mencapai tujuannya (dosa), apabila kita diseret, dan dipikat oleh keinginan dari natur lamakita, apabila kita ingin memuaskan keinginan daging kita dan jatuh dalam dosa.

Mungkin pemahaman yang lebih baik tentang pembahasan di atas dapat kita peroleh melalui beberapa contoh dari Alkitab. Berikut ini, kita akan menyelidiki empat contoh, dimulai dari 1 Timotius 6:9-10.

2.1. 1 Timotius 6:9-10

Dalam 1 Timotius 6:9-10 kita membaca:

“Tetapi mereka yang INGIN kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu [epithumies]yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Kita telah memahami bahwa pencobaan mencapai tujuannya (dosa) ketika orang diseret dan dipikat oleh keinginan dari natur lama mereka. Seperti yang kita baca di atas, salah satu dari keinginan itu adalah keinginan untuk kaya, yang menurut ayat di atas, akan memimpin kepada pencobaan, ke dalam berbagai nafsu yang mencelakakan dan akhirnya ke dalam kehancuran. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa keinginan untuk kaya bukanmerupakan keinginan Allah, tetapi keinginan2daging .

Tentu saja, ini bukan berarti Allah tidak ingin kita mengumpulkan harta. Namun, harta yang Ia ingin agar kita kumpulkan bukan harta di bumi, melainkan harta di sorga. Sebagaimana yang Yesus Kristus katakan:

Matius 6:19-21, 24-25
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada………Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” [Ini adalah kata bahasa Aram yang berarti “kekayaan”]”

Tidak mungkin mengabdi kepada Allah dan kepada kekayaan. Anda harus memilih salah satunya, apakah Anda memilih untuk mengabdi pada kekayaan, yang apabila melakukannya Anda mungkin akan bertanya-tanya setelah beberapa waktu apa yang terjadi dengan Firman yang pernah ditaburkan dalam hati Anda (Matius 13:22), atau Anda memilih untuk mengabdi kepada Allah yang apabila melakukannya kebutuhan Anda akan dipenuhi secara melimpah (Filipi 4:9, Matius 6:25-34) dan harta yangkekal telah menanti Anda di sorga.

2.2. Hawa dan ular

Contoh lain di mana kita melihat Iblis menjerat dan memikat agar orang yang dicobainya mau melakukan apa yang berlawanan dengan kehendak Allah, terdapat dalam Kejadian 3. Dalam kejadian 2, Allah memberi perintah kepada manusia bahwa “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2:16-17). Jadi, Adam dan Hawa tahu bahwa bukan kehendak Allah untuk memakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tetapi, Kejadian 3:1-5 mengatakan kepada kita:

Kejadian 3:1-5
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

Pencobaan dengan maksud jahat selalu merupakan pekerjaan Iblis, “si pencoba”, dan di sini kita melihat ia melaksanakan pekerjaannya dengan baik sekali. Pertama-tama ia menantang Hawa dengan sebuah pertanyaan tentang apa yang telah Allahfirmankan. Kemudian, setelah melihat reaksi wanita itu, ia maju dengan pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan Firman Allah, lalu meyakinkan Hawa bahwa apabila mereka memakan dari pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat, mereka akan menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat. Jelas di sini bahwa Iblis sedang memperdaya Hawa. Sebagaimana 2 Korintus 11:3 katakan kepada kita:

2 Korintus 11:3
“Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.”

Juga 1 Timotius 2:14 berkata:
"wanitalah yang tertipu, sehingga melanggar perintah Allah” [IBIS]

Membandingkan pencobaan yang dialami Tuhan Yesus Kristus yang dicatat dalam Matius 4:1-11 dengan pencobaan yang dialami Hawa di sini, kita dapat melihat bahwa dalam kedua kasus, Iblis pertama-tama mencoba menipu mereka. Misalnya ketika ia menjanjikan kepada Yesus ”Semua itu [kerajaan dunia dan kemegahannya (Matius 4:8)] akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku” (Matius 4:9), ia jelas-jelas mencoba untuk menipu-Nya3. Namun ia gagal total. Sebagaimana Matius 4:10 katakan kepada kita mengenai pencobaan ini:

Matius 4:10
“Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Yesus tidak tertipu. Seandainya tertipu, itu berarti Ia telah berjalan melawan kehendak Allah (yang dimaksud “tertulis” dalam ayat di atas) dan jatuh dalam dosa. Tetapi, sebagaimana Firman Allah katakan: “sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Yesus tidak tertipu tetapi sepenuhnya Ia berpegang kepada Firman Allah. Hasilnya, setelah melihat usahanya gagal, Iblis pun meninggalkan Dia (Matius 4:11). Sebaliknya, Hawa, ketika diseret dan ditipu oleh musuh, ia mengabaikan Firman Allah dan……

Kejadian 3:6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

Ketika dirangsang oleh Iblis, perempuan ini mengabaikan Firman Allah, diseret untuk memenuhi keinginan pancaindranya4, dan sebagai akibatnya, ia (dan suaminya) berdosa dan mati5.

2.3 Penghitungan jumlah penduduk yang diperintahkan oleh Daud

Contoh lain di mana kita melihat Iblis menggerakkan seseorang untuk bertindak berlawanan dengan kehendak Allah, terdapat dalam 1 Tawarikh 21. Di sana, mulai dari ayat 1 kita membaca:

1 Tawarikh 21:1-4
Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. Lalu berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat: "Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka." Lalu berkatalah Yoab: "Kiranya TUHAN menambahi rakyat-Nya seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang. Ya tuanku raja, bukankah mereka sekalian, hamba-hamba tuanku? Mengapa tuanku menuntut hal ini? Mengapa orang Israel harus menanggung kesalahan oleh karena hal itu?"

Peraturan mengenai penghitungan jumlah penduduk dicatat dalam Keluaran 30:11-16. Di sana, ayat ke-12 mengatakan:

Keluaran 30:12
"Apabila engkau menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu.

Oleh karena itu, jelaslah apabila sebuah sensus tidak dilakukan berdasarkan peraturan dari Keluaran 30, maka tulah akan menimpa Israel, dan tepat seperti itulah yang terjadi dalam kasus ini. 2 Samuel 24:15 mengatakannya dengan jelas kepada kita:

2 Samuel 24:15
Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel.........”

Fakta yang menimpa orang Israel karena penghitungan tersebut, memperlihatkan bahwa Daud tidak mematuhi peraturan dari Keluaran 30 tersebut. Sebagaimana Hawa, Daud mengetahui Firman Allah tetapi ia mengabaikannya6. Kita tidak diberitahukan apa tepatnya yang Iblis lakukan untuk membuat Daud berjalan berlawanan dengan kehendak Allah, tetapi kita diberitahukan bahwa dialah yang telah membujuk Daud untuk melakukannya, untuk berbuat dosa (yakni mengadakan penghitungan penduduk tanpa mengikuti peraturan Hukum Taurat) untuk melihat apa yang diinginkan matanya (2 Samuel 24:3). Ayat 7 menunjukkan kepada kita apa yang Allah rasakan tentang tindakan Daud:

1 Tawarikh 21:7
“Tetapi hal itu jahat di mata Allah,”

Allah senang bila kita melakukan kehendak-Nya dan Ia tidak senang ketika kita tidak melakukan kehendak-Nya. Pekerjaan si pencoba adalah menipu kita agar kita mengabaikan Firman Allah, dan melakukan apa yang bukan merupakan kehendak Allah, yang adalah dosa. Sebagaimana yang Daud katakan ketika ia mengakui dosanya:

1 Tawarikh 21:8
“Lalu berkatalah Daud kepada Allah: "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh."

Kapan pun kita berdosa, kita berhasil ditipu dan kita sedang “melakukan perbuatan yang sangat bodoh”, sekalipun kita mungkin pada awalnya tidak mengerti hal itu.

2.4 Daud dan Batsyeba

Akhirnya, contoh terakhir akan kita lihat adalah dari 2 Samuel 11-12 dan ini pun merujuk kepada Daud. Di sana, mulai dari ayat pertama, kita membaca:

2 Samuel 11:1
“Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, SEDANG Daud sendiri tinggal di Yerusalem.

Selain informasi historis yang diberikan, Firman Allah dalam ayat ini juga menunjukkan (lihat kata “SEDANG” di sana) fakta bahwa meskipun itu adalah waktu “raja-raja biasanya maju berperang”, Daud sendiri tinggal…… di rumah. Ini tentu bukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki sepemberani Daud. Tetapi, mari kita lanjutkan:

2 Samuel 11:2-3
“Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.”

Daud melihat seorang perempuan cantik yang ia sukai lalu menanyakan tentang dia. Dari informasi yang didapatnya, ia mengetahui bahwa perempuan itu adalah isteri Uria orang Het. Tentu kita berpikir setelahmengetahui hal ini,Daud seharusnya berpikir pun tidak untuk berani mendekati perempuan itu, karena ia tahu dengan pasti bahwa menurut Hukum Taurat (Imamat 20:10 dan Ulangan 22:22) hal itu adalah dosa dan orang yang melakukannya akan dihukum mati. Sayangnya….. Daud tidak berpikir sesuai harapan kita. 2 Samuel 11:4 menceritakan apa yang terjadi:

2 Samuel 11:4-5
“Sesudah itu [sesudah ia tahu bahwa Batsyeba adalah isteri Uria]Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”

Dalam ayat 1 Daud tinggal di rumah dan bukannya melakukan apa yang biasanya raja-raja lakukan, yaitu memimpin orang-orangnya dalam pertempuran. Dalam ayat 2 ia bangun dari tempat tidurnya untuk berjalan-jalan tepat pada saat Batsyeba mandi. Dalam ayat 3 ia menanyakan tentang perempuan itu dan mengetahui bahwa ia telah menikah. Saya tidak tahu apakah sampai di sini, ada yang tidak beres dengan Daud, tetapi saya tahu pasti bahwa ada yang tidak beres dengannya dalam ayat ke-4, ketika ia tidur dengan seorang perempuan bersuami yang akhirnya juga dihamilinya. Sejak saat itu, satu dosa segera memimpin kepada dosa yang lain. Ayat 6-12 mengatakan kepada kita:

2 Samuel 11:6-12
“Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: "Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku." Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud. Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang. Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: "Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu." Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya. Diberitahukan kepada Daud, demikian: "Uria tidak pergi ke rumahnya." Lalu berkatalah Daud kepada Uria: "Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?" Tetapi Uria berkata kepada Daud: "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!" Kata Daud kepada Uria: "Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi." Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya.”

“Solusi” Daud untuk mengatasi masalah yang diciptakannya sendiri adalah dengan mengirim Uria ke rumahnya agar ia tidur dengan isterinya sehingga kehamilan isterinya seakan disebabkan olehnya! Namun, Uria tidak bisa diajak “bekerja sama.” Ia tidak bisa terima bahwa tabut Allah berada di padang, dan rekan seperjuangannya sedang bertempur, sementara ia sendiri tidur dengan isterinya di rumah. Bukan kebetulan Firman Allah menggolongkan Uria sebagai salah satu dari tiga puluh tujuh “pahlawan yang mengiringi Daud.” (2 Samuel 23:8, 39). Uria pastilah seorang tentara Daud yang sangat setia, meskipun Daud tidak setia kepadanya.

Setelah gagal menipu Uria, Daud bertindak lebih jauh lagi. Ayat 13-15 mengatakan kepada kita:

2 Samuel 11:13-15
“Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria. Ditulisnya dalam surat itu, demikian: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.”

Sungguh sulit dipercaya, seorang yang digerakkan oleh Allah (2 Petrus 1:21) untuk menuliskan sejumlah besar Firman-Nya, dan seorang yang namanya disebutkan ratusan kali dalam Firman Allah, telah menuliskan juga surat yang isinya begitu keji yang ia kirimkan melalui tangan korbannya sendiri! Namun, ingatlah bahwa apa yang kita baca di sini bukan tindakan yang dilakukan Daud sebagai seorang abdi Allah. Daud TIDAK lagi berjalan sebagai seorang abdi Allah, ketika ia melakukan hal-hal ini. Sebaliknya, ia sedang hidup tanpa persekutuan dengan Allah, setidaknya sejak ia tidur dengan Batsyeba. Mari kita lanjutkan:

2 Samuel 11:16-17, 26-27
“Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa. Ketika orang-orang kota itu keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati………Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya.”

Rencana Daud membunuh Uria akhirnya berhasil. Mungkin ia berharap sekarang tidak ada lagi masalah, karena tak seorang pun, kecuali sejumlah kecil orang, yang tahu apa yang telah ia lakukan. Tetapi kisahnya tidak berhenti sampai di sini. Karena, meskipun tidak ada orang yang tahu. Allah mengetahuinya. Jadi, mari kita lihat apa yang Allah lakukan:

2 Samuel 11:27, 12:1-13
“Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN. TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu." Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan."Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan." Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “AKU SUDAH BERDOSA KEPADA TUHAN.”

Daud, telah menghina perintah Allah, Firman Allah, Allah sendiri, seperti yang juga ia lakukan dengan mengadakan sensus dan seperti yang juga Hawa lakukan dengan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (namun yang tidak Kristus lakukan, meskipun sama seperti kita Ia pun dicobai). Apa hasilnya: Dosa dan kejahatan. Namun, setelah ditegur, Daud bertobat dan mengakui dosanya. Mari kita lihat, apakah Allah mengampuninya, dan apa yang terjadi dengan hukuman mati yang telah ditetapkan dalam Hukum Taurat. Ayat 13 mengatakan kepada kita:

2 Samuel 12:13
“Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.”

Tuhan telah menjauhkan dosa Daud begitu ia bertobat dari dosanya itu. Pertobatannya juga menyelamatkannya dari hukuman mati. Anak kalimat “engkau tidak akan mati”, jelas merujuk pada hukuman mati sesuai Hukum Taurat. Hal ini tidak berlaku hanya bagi Daud. Allah sesungguhnya tidak pernah menginginkan hukuman mati bagi seorang berdosa. Sebaliknya, Ia selalu menginginkan pertobatan orang yang berdosa itu. Sebagaimana dikatakan dalam Yehezkiel 33:11:

Yehezkiel 33:11
“Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.”

Apa yang Allah inginkan adalah HIDUP dan persekutuan dengan-Nya. Itulah sebabnya, Ia segera mengampuni Daud, seperti juga Ia pun akan segera mengampuni kita, bila kita bertobat dan mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya.

3. Kesimpulan

Jadi kesimpulannya adalah:

i) Tuan dari pencobaan, yakni si pencoba, adalah Iblis.

ii) Kita menyerah kepada pencobaan ketika kita berhasil ditipu oleh musuh (baik secara eksplisit maupun implisit) untuk mengejar hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Allah, baik yang telah dinyatakan di dalam Alkitab maupun melalui penyataan. Hasilnya adalah dosa. Hawa mengabaikan apa yang Allah katakan mengenai pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Hasilnya? Dosa. Daud mengabaikan apa yang Firman Allah katakan tentang penghitungan penduduk. Hasilnya? Dosa. Daud juga mengabaikan apa yang Firman Allah katakan tentang perzinaan. Hasilnya? Dosa. Sebaliknya, Yesus Kristus menghormati Firman Allah. Ia tidak pernah mengabaikannya, melainkan Ia menggunakan Firman Allah itu untuk menghadapi pencobaan dari si Iblis. Hasilnya? “sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Dengan kata lain, mari kita mencari dan mengerti kehendak Allah, yakni Firman-Nya, dan mari kita menyimpannya dalam-dalam di dalam hati kita. Mari memegang erat dan jangan pernah mengabaikan Firman-Nya, maka Iblis tidak akan bisa menyeret kita dan membuat pencobaan itu mencapai hasil yang diinginkannya, yaitu dosa.

iii) Apabila kita telah jatuh dan berdosa maka kita harus bertobat dan mengakui dosa kita kepada Tuhan, dan Ia akan segera mengampuni kita. Sebagaimana 1 Yohanes 1:9, 2:1-2 katakan kepada kita:

I Yohanes 1:9, 2:1-2
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan……Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”

Begitu kita bertobat dan mengakui dosa-dosa kita kepada Tuhan, Ia segera mengampuni kita.Kita telah melihat hal itu terjadi pada Daud. Ia melakukan kejahatan yang keji. Ia bahkan membunuh salah seorang tentaranya yang paling setia. Namun begitu ia bertobat dan mengakui dosanya, “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu”(2 Samuel 12:13).Menyerah pada pencobaan berarti berdosa dan dosa membutuhkan pengampunan: oleh karena itu, bertobatlah, akuilah dosa Anda kepada Tuhan, ampuni juga diri Anda sendiri serta mereka yang mungkin turut berperan di dalamnya, mintalah pengampunan kepada mereka yang mungkin telah Anda lukai, belajarlah apa pun yang bisa Anda pelajari dari kejadian itu, dan bergeraklah maju.

Masalah yang berhubungan dengan keinginan daging tidak dapat diselesaikan dengan memandang kepada daging dan melihat apa yang telah terjadi. Sebaliknya, itu harus diselesaikan dengan memandang kepada Allah dan menggunakan semaksimal mungkin semua yang telah Ia berikan kepada kita di dalam kelahiran yang baru. Sebagaimana Galatia 5:16-18 katakan kepada kita:

Galatia 5:16-18
“Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh[natur yang baru], maka[hasilnya adalah]kamu tidak akan menuruti keinginan [epithumies] daging [natur yang lama]. Sebab keinginan daging [epithumo (bentuk kata kerja dari epithumia, kata yang terjemahkan sebagai keinginan daging dalam Yakobus 1:14-15)]berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”

Natur lama dan natur baru bertentangan satu dengan yang lain dan bagian Firman Allah di atas mengatakan bagaimana caranya agar kita tidak menuruti keinginan natur lama kita yang membawa kepada pencobaan dan dosa. Caranya sederhana: “hiduplah oleh Roh [natur yang baru]” (dengan kata lain kenakan dan arahkan hati Anda kepada manusia yang baru, dan semua yang Allah telah berikan dalam kelahiran yang baru), “maka [sebagai hasilnya] Anda tidak akan menuruti keinginan daging” (sehingga karena itulah Iblis tidak dapat, meskipun ia akan terus berusaha, menyeret Anda agar berbuat dosa dan jatuh).

Anastasios Kioulachoglou


Catatan kaki

1. Untuk cakupan yang lebih luas mengenai topik tentang pencobaan, bacalah artikel: Pencobaan: apakah Allah menguji kita dengan kejahatan? Si Pencoba, Cara dan bentuk pencobaan, Apa respons yang tepat dalam menghadapi pencobaan? Doa sebagai senjata untuk melawan pencobaan

2. Mengenai materi, yang dengannya kita harus mencukupkan diri, 1 Timotius 6:6-8 mengatakan kepada kita: “Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”

3. Dengan kata lain mencoba menyeret-Nya dari kebenaran, dari yang “tertulis”.

4. Inilah yang diindikasikan oleh anak kalimat: “perempuan itu melihat”, “sedap kelihatannya”, dan “menarik hati”.

5. Mengenai kematian ini, lihat artikel: Tubuh, jiwa dan roh.

6. Meskipun ia telah diperingatkan oleh Yoab (I Tawarikh 21:4).