Apa yang menyebabkan Joey tertarik untuk belajar musik

Joey Alexander (Foto: AFP)

medcom.id, Jakarta: Melihat aksi Joey Alexander bermain piano tentu kita akan terpukau. Lantas timbul berbagai pertanyaan tentang sosoknya. Bagaimana tidak, di usia yang sangat muda Joey begitu piawai dan juga berprestasi. Tidak menggambarkan sosok anak pada usianya. Joey, lahir pada 25 Juni 2003, saat ini baru berusia 12 tahun. Prestasinya tentu tak perlu kita ragukan lagi. Dia adalah satu-satunya musisi Indonesia yang atas namanya sendiri menembus nominasi Grammy Awards. Bahkan masuk dalam jajaran musisi termuda yang berhasil masuk dalam nominasi, sepanjang sejarah Grammy Awards.

Pada Kamis (19/5/2016), Metrotvnews.com berkesempatan bertemu Joey Alexander dalam konferensi pers konsernya di JIExpo Kemayoran, 22 Mei 2016. Joey datang ke Indonesia dari New York bersama kedua orang tua dan segenap manajemen, termasuk drummer jazz dunia Jeff “Tain Watts dan pemain contrabass Dan Chmielinski. Dua nama itu turut tampil di atas panggung dalam konser Joey.

Usai konferensi pers, Metrotvnews.com bertemu dengan ayah Joey, Denny Sila. Kami berbincang seputar kehidupan Joey di luar panggung. Pemandangan anak berusia 12 tahun bermain jazz dengan musisi berusia di atas 50 tahun secara profesional tentu menarik. Bagaimana pribadi Joey ketika beranjak dari hadapan piano dan turun panggung? Apakah dia seperti bocah 12 tahun pada umumnya yang sering kita jumpai sedang bermain sepak bola di jalan, bermain games di tablet atau ponsel pintar, merengek pada orangtua minta dibelikan mainan? Pertanyaan-pertanyaan macam itu menghantui ketika bertemu orangtua Joey.

"Dia suka berenang. Dia seperti anak kecil lain, main toys, koleksi mainan superhero," kata Denny menjelaskan sosok Joey di luar musik.

Cukup sulit memang membayangkan Joey di luar panggung. Mengingat pembawaannya yang sangat dewasa ketika di hadapan publik. Hal itu terlihat dari bagaimana cara Joey menjawab pertanyaan para wartawan, sangat bijak dan tenang.

"Saya tidak bisa memberi advice, keep going and focus," salah satu contoh jawaban Joey saat ditanya tips yang bisa dibaginya kepada para musisi muda. Sebuah jawaban yang tidak terdengar terlontar dari anak berusia 12 tahun.

Denny membeberkan, selain mendengarkan musik, waktu luang Joey diisi dengan menonton film. Ini seperti membuka celah bagi kita untuk memahami sisi Joey yang seperti anak-anak pada umumnya. Selain bergaul dengan para musisi yang secara usia terpaut jauh, Joey juga memiliki teman-teman sebaya. Meski baru dua tahun tinggal di New York, Denny tidak merasa Joey kesulitan beradaptasi dengan lingkungan di sana. "Joey itu fleksibel, main sama anak kecil juga. Dia main juga sama anak-anak di sekitar rumah, kalau lagi weekend kami suka ke tempat keluarga dan kumpul, di sana ada anak-anak. Lalu ada klub renang dan klub tenis yang diikuti Joey, di sana bertemu anak-anak juga," katanya. Seperti bocah pra-remaja lainnya, Joey juga memanfaatkan teknologi informasi untuk mencari-cari hal yang disukainya. Joey kerap mengeskplorasi referensi musik pop lewat YouTube. "Dia juga mendengarkan lagu top 40, tapi lagu zaman dulu, dia suka Michael Jackson, James Brown,” urainya.

Mendengar jawaban Denny, Metrotvnews.com tertarik mengetahui lebih dalam apakah Joey juga mendengarkan musik dari musisi yang sedang digilai anak muda saat ini, salah satunya Justin Bieber.

"Dia enggak (mendengarkan Justin Bieber). Saya selalu mengawasi dia buka YouTube, saya tahu apa yang dia dengarkan, dia juga mendengarkan John Mayer,” ujarnya. Hubungan antara Denny dan Joey tak sebatas ayah dan anak. Keduanya di saat bersamaan bisa jadi sahabat dan partner bermusik. Obrolan keduanya sehari-hari tidak jauh dari musik. "Setiap hari kami diskusi, dia latihan dua jam, mendengarkan musik lalu kami ngobrol. Kami ngobrol soal sejarah (musik), dia biasa tanya soal cara bermain dia. Misal dia bilang menambahkan not apa (dan terdengar seperti apa)," ucapnya. Salah satu fakta menarik yang diungkapkan Denny adalah tentang perjalanan awal musikal Joey. Tidak banyak yang tahu bahwa Joey sempat belajar menyanyi ketika di Bali.

"Pertama (pengalaman tampil bermusik) umur tujuh tahun, dia dulu awalnya menyanyi. Menyanyi Amazing Grace. Dulu dia sekolah vokal. Setelah dia main piano, dia enggak mau menyanyi lagi," katanya.

Pengorbanan Orangtua

Apa yang dicapai Joey pada saat ini tentu tidak lepas dari peran orangtua. Kedua orangtua Joey adalah sosok yang sangat mendukung minat dan bakat Joey. Denny menjelaskan bahwa dia dan istrinya saat ini membagi peran untuk mengembangkan karier Joey. Ibu Joey, Fara Leonora Urbach, selalu setia mendampingi ke mana Joey pergi. Menyambangi negara demi negara untuk pentas musik. Sementara persoalan teknis, dipegang oleh Denny.

“Saya bertindak sebagai manajer, urus musik dia juga, saya yang dampingi dia latihan. Persiapan untuk performances, hubungi pemain lain, deal dengan manager, lawyer. Joey hanya ingin main, semua urusan di luar itu saya dan ibunya. Kami masing-masing punya job descriptions,” jelas Denny.

Orangtua Joey memang melihat potensi Joey dari awal dan fokus mengembangkan hal itu. Sewaktu mereka tinggal di Bali, Denny kerap membawa Joey yang masih berusia di bawah 10 tahun untuk terlibat dalam sesi jamming bersama musisi-musisi jazz di sana. Hal serupa juga mereka lakukan saat ke Jakarta. Perlahan namun pasti, bakat Joey mulai dilirik oleh musisi jazz nasional. Joey sering diajak bermain oleh Benny Likumahuwa di sejumlah tempat di Jakarta. Dia juga sering hadir dalam sesi jamming di klub jazz kafe Red White yang dimiliki oleh Indra Lesmana. Melihat kemampuan bermusiknya semakin berkembang, orangtua Joey memutuskan untuk hijrah ke New York. Kota di mana jazz berkembang dengan sangat liar. Terlebih, Joey punya kesempatan untuk maju di sana. Dia mulai memiliki relasi baik dengan Wynton Marsalis yang memberinya banyak kesempatan. Keputusan untuk tinggal di New York tentu bukan hal mudah. Hal itu diakui Denny. Ayah Joey itu tidak menampik bahwa mereka harus rela menjual aset demi ke New York.

“Ya, kami sampai menjual rumah,” kata Denny. “Sekarang homeless,” lanjutnya sembari tertawa.

Saat disinggung apakah keputusan hijrah ke New York “membayar” segala harapan dan pengorbanannya dulu, Denny menyikapi dengan bijak. “Pertimbangannya (ke New York), saya rasa itu yang terbaik untuk dia. Jika memang dia suka dengan musik dan itu membawa yang terbaik untuk dia. Tuhan kasih kita lebih dari yang kita bayangkan, lebih dari ekspektasi. Awalnya kami ke sana pengin (Joey) belajar, tujuannya simpel." terangnya. Joey adalah fenomena. Bahwa mereka para anak yang sering dicap selalu kekanak-kanakan, nyatanya membawa sesuatu yang mencengangkan. Bakat dan potensi anak tidak bisa diremehkan begitu saja oleh orangtua, karena bukan tidak mungkin mereka adalah “Joey” yang lain.

Editor : Elang Riki Yanuar

Lihat Foto

The New York Times

Joey Alexander tampil di Dizzy's Club Coca Cola, Jazz at Lincoln Center, Manhattan, New York, AS, pada 2015.


KOMPAS.com —
Pianis asal Indonesia, Joey Alexander, membuat kejutan besar dengan masuk daftar dua nominasi ajang penghargaan musik Grammy Awards 2016 berkat album perdananya, My Favourite Things, yang mendapatkan banyak sambutan positif dari para penggemar jazz.

Untuk mengetahui siapa sebenarnya pianis genius berusia 12 tahun itu, berikut 12 hal yang perlu Anda ketahui mengenai Joey Alexander:

1. Joey merupakan nomine termuda dalam sejarah Grammy Award untuk semua kategori jazz.

2. Joey berasal dari Denpasar, Bali, Indonesia, berjarak 10.000 mil (16.000 km lebih) dari tempat tinggalnya sekarang, New York, AS.

3. Pengalaman pertama Joey dengan musik jazz dimulai ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya. Ketika itu, ayahnya memperdengarkan dia album-album dari Louis Armstrong.

4. Kemahiran Joey bermain piano kebanyakan didapat dari belajar secara otodidak. Dia pernah memiliki seorang pengajar, tetapi latar belakang musik klasik yang dimiliki gurunya tidak cocok dengan pendekatan Joey dalam bermusik.

5. Dalam album perdananya, My Favorite Things, Joey melibatkan sejumlah musisi jazz kenamaan. Mereka adalah Russell Hall (bas), Sammy Miller (drum), dan Alphonso Home (trompet). Ketiganya merupakan pemain reguler di Lincoln Center.

6. Selain dibantu oleh pemain trompet Wynton Marsalis, penggarapan album My Favorite Things ikut diproduseri oleh Jason Olaine yang menjabat sebagai direktur program dan tur jazz di Lincoln Center.

7. Pada 2013 lalu, Joey mengikuti kompetisi Master-Jam Fest di Ukraina dan bersaing dengan lebih dari 40 musisi jazz profesional dewasa. Joey menang dalam kompetisi itu.

8. Piano pertama yang dimiliki Joey adalah sebuah kibor elektrik kecil yang dibelikan ayahnya saat ia berusia enam tahun. Kini, dia berlatih menggunakan piano Steinway di rumahnya.

9. Nama lengkap Joey adalah Joey Alexander Sila.

10. Orang yang mengajak Joey untuk ikut audisi di depan George Wein dan membantunya mendapatkan tempat untuk bermain di Newport Jazz festival adalah Jeanne Moutoussamy-Ashe, janda mendiang pemain tenis Arthur Ashe.

11. Joey kali pertama memainkan "Giant Steps" dari John Coltrane ketika ia berusia delapan tahun.

12. Tahun ini, Joey tampil dalam Dizzy's Club Coca-Cola pada 15-17 Januari 2016.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA