Apa yang menyebabkan berkembangnya budaya politik dalam masyarakat

Salah satu problem yang dominan di negara berkembang, termasuk Indonesia adalah kesenjangan perilaku politik, antara masyarakat kota (urban area) dan masyarakat desa (rural area). Kesenjangan tersebut melahirkan dikotomi antara pusat (center) dan pinggiran (phery-phery). Kondisi ini ditandai dengan masyarakat kota cenderung tumbuh menjadi lebih kritis, sensitif, dan peka dalam memahami masalah-masalah politik dan kehidupan lainnya. Supra dan Infrastruktur politik yang memadai memudahkan masyarakat kota untuk melakukan interaksi dengan dinamika politik yang terjadi. Sementara masyarakat desa cenderung memegang image sebagai masyarakat yang tertinggal dan asing dengan permasalahan-permasalahan dinamika politik. Kesenjangan di atas memiliki potensi yang besar dalam menumbuhkan kemiskinan kultural dengan terbentuknya nilai-nilai a-politik di desa-desa pinggiran, termasuk juga Desa Transmigrasi. Sebagai “daerah baru “ hasil bentukan Pemerintah dan belum memiliki ikatan yang mapan, menimbulkan berbagai keterkejutan sosial, budaya dan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut penyusun berupaya mengamati budaya politiknya yang terbentuk di Desa Transmigrasi dari aspek kognitif, afektif dan evaluatif-nya dengan berbagai faktor yang menyebabkan. Penelitian ini lebih menfokuskan pada hubungan faktor media massa, interaksi politik praktis, dan tingkat pendidikan dengan budaya politik. Dengan menggunakan unit analisis warga masyarakat di Desa Transmigrasi (UPT) Palingkau SP-1 Kabupaten Kapuas. Selanjutnya dalam penelitian ini penyusun menggunakan analisis statistik untuk menguji hipotesis hubungan variabel-variabel tersebut dan ditemukan hasil-hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis korelasi product moment diperoleh hasil bahwa hubungan antara media massa dengan budaya politik memiliki hubungan yang positif dengan keeratan hubungan yang sedang/cukup. Hubungan antara interaksi politik praktis dengan budaya politik memiliki hubungan yang positif dengan keeratan yang sedang/cukup pula. Dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan budaya politik memiliki keeratan hubungan dalam kategori agak rendah. 2. Berdasarkan analisis korelasi parsial bahwa hubungan antara variabel media massa, interaksi politik praktis, tingkat pendidikan dengan budaya politik adalah hubungan yang bersifat murni. 3. Berdasarkan analisis koofisien determinasi diperoleh hasil bahwa hubungan antara media massa, interaksi politik praktis, tingkat pendidikan dengan budaya politik adalah sebesar 62,2%. 37,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti etnis, agama, status ekonomi dll. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini melalui ketepatan prediksi dengan membandingkan standard error estimate dengan standard deviasi kriterium, dinyatakan tepat/ akurat.

One of dominant problems in developing country, including Indonesia, is the imbalance in political behavior, between urban area and rural area. This imbalance creates dichotomy between the center and Pheryphery. This condition is indicated by the urban people tend to be more critical, more sensitive in understanding political matters and other live matters. Reliable political Infrastructure enables urban people to interact with all politics changing. Meanwhile, rural people tend to keep their image as under developed people and always feel weird with politic dinamics. This imbalance has big potentiality in growing cultural poverty as a-politics values grow in rural areas, including villages in transmigration areas. As new government shaped areas and yet have no steady emotional connection, they grow social, cultural and economic shocks. Based on those phenomenon, we try to observe their political cultures which have already been formed in transmigration villages from cognitive, affective, and evaluative aspects. This research is focused on some factors, they are mass media, practical politics interaction, and level of education in connection with political culture. By using people in Transmigration village (Palingkau SP-1) in Kapuas Regency as analysis unit and analyzed by using statistic analysis to test the hypothesis of those variables connection, and it is found as below: 1. Based on analysis of product moment correlation, it is found that the relation of mass media and political culture is significant. And the relation of practical politics interaction with political cultural also shows positive relation. And the relation between level of education with political culture has high connection between both of them. 2. Based on partial correlation analysis that relation between mass media variable, practical politic practice, level of education with political culture shows pure connection. 3. Based on analysis of determination coefficient, it’s found that relation between mass media, practical politic practice, level of education with political culture is 62,2%. 37,85 of them is influenced by other factors like ethnic, religion, economic status, and so on. Hypothesis proposed in this research through the accuration of prediction by comparing standard error estimate with standard deviation criteria, is stated accurate.

Kata Kunci : Interaksi Politik, Budaya Politik, Masyarakat Trasmigran

M Yusuf


Perkembangan budaya politik di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber daya masyrakat. Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata lain bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan, dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu  seperti berlangsungnya pada masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimana salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Perkembangan budaya politik di Indonesia tidak terlepas dari peradaban budaya politik yang terjadi di Indonesia.


Jika berbicara mengenai politik tentunya ini adalah hal yang sangat menarik untuk kita kupas tuntas dan lebih dalam ya sobat, karena memang seyogianya kita hidup di dunia politik. Dalam dunia politik kita harus selalu mengupdate informasi yang ada dan harus terus menambah wawasan kita akan politik, karena hal ini tentunya alan sangat berpengaruh kepada perkembangan politik tersebut dan juga untuk menambah wawasan kita tentang politik yang ada. (Baca juga mengenai Sifat Kedaulatan Rakyat)

Kata politik muncul mulanya dari bahasa yunani yang disebut sebagai polis dan teta. Arti polis sendiri yakni negara, sedangkan arti dari teta yakni urusan. Dari kedua kata tersebut bisa ditarik kesimpulan mengenai politik ialah suatu bidang ilmu yang fokus untuk mendalami dan mempelajari hal – hal yang berkenaan dengan masalah kenegaraan dengan memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan keadaanya, sifat – sifat dasarnya dalam berbagai bentuk atau menifestasi pembangunannya.

Pengertian Budaya Politik

Pengertian budaya politik secara umum yakni suatu pola perilaku yang ada pada masyarakat dalam ruang lingkup kehidupan bernegara, aktivitas yang berkaitan dengan administrasi negara, hukum, politik pemerintahan, dan juga kebiasaan yang sudah bisa dipahami serta diresapi oleh semua individu. Kemudian ada faktor penyebab berkembangnya budaya politik di Indonesia yang artinya perilaku acuh tak acuh masyarakat yag berhubungan dengan semua hal mengenai berbagai gejala politik. (Baca juga mengenai Contoh Budaya Politik Kaula)

Sikap apatis ini biasanya dilatar belakangi oleh rendahnya ketertarikan dan kepercayaan masyarakat terhadap duni politik itu sendiri. Selain itu, pemicu lainnya adalah dominasi politik yang diciptakan oleh beberapa politisi yang lebih cenderung condong untuk memperhatikan karir politiknya tanpa melihat dan memperdulikan apa yang terjadi di negara yang bersangkutan secara keseluruhan. Atau dengan kata lainnya bidaya apatis adalah budaya politik dimana sebagaian besar masyarakatnya bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli tentang proses politik yang ada dalam lingkungan atau negaranya.

Penyebab Berkembangnya Budaya Politik 

Dalam pemikiran masyarakat yang apatis, warganya tidak peduli akan proses politik baik proses pemilihan wakil rakyat dan pemimpin negara maupun jalan pemerintahannya. Biasanya hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

  • Masyarakat apatis berpikir bahwa pilihan politiknya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa.
  • Masyarakat apatis berpikir bahwa tidak adanya perbedaan yang bisa mereka nilai dari satu calon dengan calon yang lainnya.
  • Masyarakat apatis kecewa dikarenakan pilihan mereka yang sebelumnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
  • Masyarakat apatis berpikir tidak adanya tindakan apapun dari pemerintah jika mereka tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan politik tersebut.
  • Masyarakat apatis berpikir warga secara langsung tidak faktor penyebab berkembangnya budaya politik di Indonesia  akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan apapun yang ada dalam negara, jadi buat apa memilih? Kira – kira begituah sobat yang ada dalam benak mereka.

Akibat sikap apatis ini, rendahnya partisipasi warga sebenarnya akan berpengaruh terhadap jalannya atau proses politik yang terjadi dalam wilayahnya atau negaranya, tetapi tidak sedikit diantara mereka yang tidak perduli akan hal tersebut. Sikap apatis ini sendiri muncul pada kalangan minoritas, pemilih yang masih muda, dan kalagan yang tergolong miskin dan tidak mengerti akan apa itu politik yang sesungguhnya. Kalangan – kalangan ini  merasa tidak memiliki pengaruh dan merasa tidak terlibat juga dalam penentuan kebijakan negara. (Baca juga mengenai Contoh Partisipasi Politik di Lingkungan Sekolah)

Contoh Sikap Penyebab Budaya Politik

Tentu hal seperti ini sering kita dengan atau bahkan kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat ya sobat. Berikut adalah contoh budaya politik:

  1. Bersikap acuh tak acuh terhadap masalah yang ada di sekitarnya.
  2. Bersikap bodo amat dan tidak mau tau terhadap organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungannya.
  3. Bersikap tidak peduli terhadap kegiatan sosial di daerah tempat tinggalnya.
  4. Bersikap bodo amat terhadap kegiatan politik apapun yang ada di sekitarnya.
  5. Bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan bersama yang ada di tempat tinggalnya.
  6. Bersikap tidak mau tahu akan kegiatan atau hal apapun yang ada dilingkungan tempat tinggalnya.
  7. Tidak ikut atau golput dalam pemilihan kepala daerahnya (kepala desa).
  8. Tidak ikut atau golput dalam pemilihan kepala kecamatannya (camat).
  9. Tidak ikut atau golput dalam pemilihan kepala daerah ibukotanya (bupati).
  10. Tidak ikut atau golput dalam pemilihan kepala provinsinya (gubernur).
  11. Tidak ikut atau golput dalam pemilihan kepala negaranya (presiden).

Itulah beberapa contoh yang bisa penulis sebutkan pada kesempatan kali ini sobat. Semoga sobat semua bukanlah salah satu dari orang apatis dengan ciri-ciri seperti diatas ya sobat, karena memang seyogianya sikap apatis ini hanya akan merugikan diri anda sendiri sobat. (Baca juga mengenai Contoh Ancaman Politik)

Karena pada dasarnya bergabung dalam organisasi apalagi yang berhubungan dengan sosial sangatlah bagus untuk anda lakukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja, tetapi agar hidup anda lebih berguna dan bermanfaat bagi yang lainnya ya sobat. Sebenarnya sikap apatis ini bisa saja dihilangkan dengan cara meningkatkan sedikit kepedulian terhadap lingkungan sekitar terlebih dahulu, kemudian aktif lah mengikuti organisasi sosial yang berguna untuk kepentingan bersama, agar hidup anda lebih bermakna dan berguna bagi orang lain.

Oke sobat sampai disini dulu pembahasan mengenai faktor penyebab berkembangnya budaya politik di Indonesia kali ini, selain itu anda juga bisa melihat Contoh Budaya Politik Kaula. Semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat semua. Sampai ketemu diartikel selanjutnya. Salam hangat selalu.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA