Apa yang menjadikan Vietnam menjadi negara berkembang dengan cepat

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Vietnam yang terus tumbuh membuat negara tersebut diprediksi akan menyusul Indonesia dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun mendatang.Ibnu Hadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, mengungkapkan prediksi tersebut sembari menghimbau agar tidak memandang negara tetangga di Asia Tenggara itu dengan sebelah mata.

"Kalau kita nggak hati-hati dengan pertumbuhan ekonomi, bisa-bisa, mungkin nggak sampai lima tahun ya, tiga tahun [sampai] lima tahun mungkin sudah menyusul Indonesia. Sekarang ini mungkin sudah hampir sama," kata Ibnu saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Kamis (15/2/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mengatakan perekonomian Vietnam tumbuh cukup pesat karena negara itu sekarang menjadi salah satu magnet untuk komoditas, investasi dan pariwisata.Pada tahun 2017, Vietnam mencatat penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) senilai US$35,9 miliar (Rp 486,7 triliun), menurut data yang dikutip oleh pihak Kedubes RI di Vietnam. Jumlah FDI Vietnam memang lebih rendah daripada Indonesia yang mencatat investasi asing mencapai US$42,5 miliar tahun lalu. Namun, tren investasi asing di Vietnam secara konsisten lebih tinggi daripada Indonesia sejak tahun 2012.

Dalam hal peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) di tingkat Internasional, Vietnam berada di posisi 68, lebih tinggi daripada Indonesia yang menempati posisi ke-72.

Ibnu mengungkapkan hal tersebut terjadi karena ongkos produksi Vietnam relatif lebih rendah daripada Indonesia di beberapa indikator. Di antaranya adalah upah buruh yang lebih rendah, utilitas, serta proses perijinan yang lebih mudah."Kalau masuk ke kawasan industri, orangnya [pelaku usaha] malah nggak perlu ke BKPM [badan koordinasi penanaman modal] karena di kawasan industri semua sudah di-assist [dibantu]," kata Ibnu.Faktor keamanan yang lebih stabil juga menjadi pendorong kemudahan berbisnis di negara tersebut. Hal lain yang membuat Indonesia berpotensi disaingi oleh Vietnam karena komoditas pertanian dan kelautan nasional cenderung kalah.

Ibnu memberi contoh ekspor udang Vietnam yang mencapai US$3,8 miliar tahun lalu, melampaui Indonesia sebesar US$ 1,8 miliar. "Padahal tahun 2016, Indonesia lebih tinggi daripada Vietnam," katanya, menambahkan bahwa Indonesia kalah di ekspor ikan, udang, kopi dan lada.Ibnu mengungkapkan bahwa harus diakui produksi kopi Indonesia kalah dari Vietnam, yang kini sudah menjadi eksportir kopi terbesar nomor dua di dunia sementara Indonesia ada di posisi keempat. Vietnam memproduksi 2,5 ton kopi per hektar karena didukung sistem pertanian yang maju, sementara Indonesia hanya menghasilkan 700 ribu kilogram per hektar.Indonesia masih lebih unggul sebagai eksportir karet terbesar nomor dua di dunia setelah Thailand, tetapi Vietnam berada tepat di belakang Indonesia dan berpotensi menggeser posisinya.Oleh karena itu, Ibnu berharap pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi bersifat stakeholder dari organisasi pengusaha ke Vietnam untuk menjalin kerjasama di tengah kompetisi bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini.

Ia juga berharap pemerintah mulai memikirkan negara-negara yang lebih maju daripada Indonesia. "Indonesia memang maju, tapi [negara] yang lain lebih maju lagi," katanya.


(roy/roy)

Perekonomian Vietnam berada dalam posisi ke-47 terbesar di dunia menurut produk domestik bruto nominal (PDB) dan ke-35 terbesar di dunia bila diukur berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP). Negara ini juga merupakan anggota APEC, ASEAN dan WTO.

Ekonomi Vietnam

Ho Chi Minh City adalah pusat keuangan Vietnam.

Mata uangđồng VietnamTahun fiskalTahun kalenderOrganisasi perdaganganAFTA, WTO, APEC, ASEAN, FAOStatistikPDB$219.379 milyar (2016, nominal)[1] $594.9 milyar (2016, PPP)[1]Pertumbuhan PDB
6.1% (2016) [2]PDB per kapita$2,371 (2016, nominal)[1] $6,377 (2016, PPP)[1]PDB per sektorPertanian: 17%, industri: 39%, jasa: 44% (2016 est.)[3]Inflasi (IHK)
2.8% (2016)[3]Penduduk
di bawah garis kemiskinan8.4% (2016 est.)[3]Koefisien gini 0.376 (2014)Angkatan kerja54.93 juta (2016 est.)[3]Angkatan kerja
berdasarkan sektorPertanian: 44.3%, industri: 22.9%, jasa: 32.8% (2015 est.)[3]Pengangguran3.7% (2016)[3]Industri utamaberas, kopi, karet, katun, teh, lada, kedelai, cashews, tebu, kacang, pisang, unggas, ikan, makanan lautPeringkat kemudahan melakukan bisniske-68 (2018)[4]EksternalEkspor
$169.2 milyar (2016)Komoditas eksporpakaian, sepatu, produk kelautan, minyak mentah, elektronik, produk kayu, beras, kopi, mesinTujuan ekspor utama
 
China 27.2%
 
South Korea 21.2%
 
Japan 8.0%
 
Taiwan 6.0%
Others 37.4% (2017 est.)[5]Impor
$161 milyar (2016)Komoditas impormesindan perlatan, bahan bakar minyak, produk baja, bahan mentah untuk industri sepatu dan pakaian, elektronik, plastik, mobilNegara asal impor utama
 
United States 19.4%
 
EU 18.4%
 
China 13.9%
 
Japan 8.5%
Others 39.8% (2017 est.)[6]Modal investasi langsung asing
US$114.7 milyar (2016)[7]Utang kotor luar negeri US$78.88 milyar (Dec 2016 est.)Pembiayaan publikUtang publik 54.9% GDP (2016)[8] $594.9 milyar (PPP, 2016 est.)[8]Pendapatan$48.04 milyar (2016 est.)[8]Beban$57.21 milyar (2016 est.)[8]Bantuan ekonomi$2,174 milyur (2016)Peringkat utangStandard & Poor's:[9]
BB- (Domestik)
BB- (Foreign)
BB- (T&C Assessment)
Outlook: Stabil[10]
Moody's:[10]
B1
Outlook: Stabil
Fitch:[10]
BB-
Outlook: StabilSumber data utama: CIA World Fact Book

Sejak pertengahan 1980-an, ketika masa reformasi Doi Moi, Vietnam telah bergeser dari ekonomi terencana terpusat menjadi ekonomi campuran yang menggunakan perencanaan indikatif melalui rencana lima tahun. Selama periode itu, ekonomi telah mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada abad ke-21, Vietnam dalam periode yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Hampir semua perusahaan Vietnam adalah usaha kecil dan menengah (UKM). Vietnam telah menjadi eksportir pertanian terkemuka dan menjadi negara tujuan yang menarik bagi investasi asing di Asia Tenggara. Saat ini ekonomi Vietnam bergantung sebagian besar pada investasi langsung asing untuk menarik modal dari luar negeri untuk mendukung ekonominya.[11] Investasi Asing di hotel mewah dan dan resorts naik untuk mendukung industri pariwisata.[12]

Menurut perkiraan PricewaterhouseCoopers pada bulan Februari 2017, Vietnam mungkin menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Potensi tingkat pertumbuhan PDB tahunan sekitar 5,2%, menjadikan ekonomi negara ini berada pada urutan ke-20 terbesar di dunia pada tahun 2050.[13] Gua

 

Bank Nasional Vietnam, Ho Chi Minh City.

Pada tahun 2003, Vietnam memproduksi sekitar 30,7 juta meter kubik kayu. Pada tahun 1992, dalam menanggapi berkurangnya hutan, Vietnam memberlakukan larangan ekspor kayu bulat dan bahan baku kayu. Pada tahun 1997, larangan itu diperpanjang untuk semua produk kayu kecuali artefak kayu. Selama tahun 1990-an, Vietnam mulai membebaskan lahan untuk hutan dengan program penanaman pohon.[14]

Industri perikanan Vietnam memiliki sumber daya yang melimpah berkat panjang pantainya yang luar biasa dan jaringan sungai dan danaunya yang ekstensif. Pada tahun 2003, total tangkapan sekitar 2,6 juta ton. Namun, ekspor makanan laut meningkat empat kali lipat antara tahun 1990 dan 2002 hingga lebih dari US$2 miliar, digerakkan oleh peternakan udang dan lele di Selatan. Dengan menjual udang dan lele dalam jumlah besar ke AS, Vietnam memicu keluhan antidumping oleh AS, menyebabkan dikenakannya tarif ikan lele dan sedang dipertimbangkan untuk hal yang sama untuk udang. Pada tahun 2005, industri makanan laut mulai berfokus pada permintaan domestik untuk mengkompensasi penurunan ekspor.[14]

Vietnam adalah salah satu negara pengekspor beras terbesar di dunia, tapi keterbatasan peralatan petani Vietnam skala kecil menyebabkan kualitas produksinya menurun.[15]

Energi, pertambangan dan mineral

Minyak bumi adalah sumber energi utama, diikuti oleh batubara, yang memberikan kontribusi sekitar 25% dari energi negara itu (termasuk biomassa). Cadangan minyak Vietnam berada di kisaran 270-500 juta ton. Produksi minyak naik dengan cepat ke 403.300 barel per hari (64.120 m3/d) pada tahun 2004, tetapi keluaran ini diyakini telah mencapai puncak dan diperkirakan menurun bertahap.

Convert

value

403300

from unit

oilbbl/d

to units

m3/d

Pada tahun 2003, pertambangan dan penggalian menyumbang 9.4% dari PDB, dan mempekerjakan 0.7% angkatan kerja. Minyak bumi dan batubara adalah ekspor utama. Mineral lain yang juga ditambang adalah antimon, bauksit, kromium, emas, besi, alam fosfat, timah, dan seng.[14] Minyak mentah adalah komoditas ekspor terbesar Vietnam sampai akhir tahun 2000-an, ketika perusahaan listrik teknologi tinggi muncul menjadi penyumbang ekspor terbesar (pada tahun 2014, minyak mentah hanya menyumbang 5% ekspor Vietnam, sedangkan pada tahun 1996 mencapai 20% dari total ekspor). Hal ini karena di Vietnam sumbangsih minyak mentah mencapai puncaknya pada tahun 2004, ketika mewakili 22% dari semua pendapatan ekspor.[16] Ekspor minyak bumi di Veitnam dalam bentuk minyak mentah karena Vietnam memiliki kapasitas penyulingan sangat terbatas. Kilang satu-satunya Vietnam di di Cat Hai, dekat Ho Chi Minh City, memiliki kapasitas hanya 800 barel per hari (130 m3/d). Per tahun 2012, Vietnam hanya memiliki satu kilang, kilang minyak Dung Quat, tapi yang kedua, Kilang Nghi Son direncanakan dan dijadwalkan konstruksi pada Mei 2013.[14][17]

Convert

value

800

from unit

oilbbl/d

to units

m3/d

Cadangan antrasit batubara negara ini diperkirakan 3,7 miliar ton. Produksi batubara hampir 19 juta ton pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 1999 hanya 9,6 juta ton. Cadangan potensi gas alam 1,3 triliun meter kubik.

Mata uang Vietnam adalah Vietnam đồng.

Nilai tukar

Per tanggal 1 Januari 2017, 1 dolar AS bernilai 22.769 Vietnam đồng.

  1. ^ a b c d "World Economic Outlook: Vietnam". International Monetary Fund. October 2013. Diakses tanggal 25 April 2017. 
  2. ^ "GDP Growth Rate of 2015". GSO. 
  3. ^ a b c d e f gso.gov.vn
  4. ^ "Ease of Doing Business in Vietnam". Doingbusiness.org. Diakses tanggal 2017-01-23. 
  5. ^ "Export Partners of Vietnam". CIA World Factbook. 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-02. Diakses tanggal 2013-07-23. 
  6. ^ "Import Partners of Vietnam". CIA World Factbook. 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-17. Diakses tanggal 2013-07-23. 
  7. ^ "COUNTRY COMPARISON :: STOCK OF DIRECT FOREIGN INVESTMENT - AT HOME". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 12 November 2015. 
  8. ^ a b c d "Vietnam". [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ "Sovereigns rating list". Standard & Poor's. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-03. Diakses tanggal February 18, 2013. 
  10. ^ a b c Rogers, Simon; Sedghi, Ami (15 April 2011). "How Fitch, Moody's and S&P rate each country's credit rating". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-01. Diakses tanggal 28 September 2012. 
  11. ^ //www.imf.org/external/pubs/ft/seminar/2002/fdi/eng/pdf/doanh.pdf
  12. ^ //www.vir.com.vn/room-remains-for-growth-in-luxury-hotel-segment.html
  13. ^ "The World in 2050" (PDF). PricewaterhouseCoopers. Diakses tanggal 24 April 2017. 
  14. ^ a b c d Vietnam country profile. Library of Congress Federal Research Division (December 2005). This article incorporates text from this source, which is in the public domain.
  15. ^ Rosen, Elisabeth (24 April 2014). "Why Can't Vietnam Grow Better Rice?". thediplomat.com. The Diplomat. Diakses tanggal 26 April 2014. 
  16. ^ "What did Viet Nam export in 1996? - The Atlas Of Economic Complexity". Diakses tanggal 23 July 2016. 
  17. ^ "Sẽ khởi công xây dựng nhà máy lọc dầu Nghi Sơn vào tháng 5/2013". 17 November 2012. Diakses tanggal 23 July 2016. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ekonomi_Vietnam&oldid=20526034"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA